Aku hanya tertawa mendengar semua lelucon teman teman ku. Terkadang menghela nafas panjang sembari memainkan bola mata.
"Kamu bosen?" Aku menoleh saat Dean menyenggol tangan ku. Aku tertawa kecil. "Kamu paham maksud mu kan?" Aku bertanya pelan. Dean mengangguk.
"Sama sama hargai aja ya." Aku mengangguk. Rata rata teman ku ini adalah orang Islam. Dan mereka sekadar membicarakan masa lalu mereka saat masih sekolah dulu.
"Gue juga inget waktu lu ketiduran di kelas dan malah masuk kelas agama Islam. Ya kan Dean." Hubby memojokkan Dean, Dean mengerutkan keningnya.
"Haha iya. Lu masih inget aja sih. Bikin gue malu, ahahhah.." Dean menarik lengan baju nya keatas. Menyenderkan tubuhnya pada sandaran bangku.
"Eh iya, Gab. Ada rencana kuliah dimana?" Ray memecahkan bising nya suasana. Aku hanya cengengesan tidak teratur. "Aduh gatau. Mau coba coba tes dulu aja deh tu." Aku tersenyum simpul. Menarik nafasku panjang.
'Plis dong. Jangan kuliah mulu yang di gosipin.'
Aku masih asik mendengarkan celotehan teman teman ku. Sambil sesekali aku mencomot kentang Kenzo diam diam.
"Guys, aku duluan ya. Kayanya umi butuh bantuan deh tu. Soalnya nelfonin aku mulu. Maaf ya guys." Aini tersenyum. Melangkahkan kaki nya pelan keluar rombongan. Aku memperhatikan langkahnya, 'Apa gue ikut Aini yah? tapi ngapain?'
"Aini tunggu. Aku mau ikut kamu aja deh." Aku memutuskan keluar dari perbincangan ini. Kemudian berlari kecil menyusul Aini.
"Eh, gab? Ga salah?"
"Enggak kok. Ayo!" Aku merangkul Aini kemudian berjalan berdampingan dengan nya."Ni, pulang pake apa?" Aku berhenti ketika dia juga berhenti di pinggir jalan. Aku ingin menawarkan mobil ku untuk mengantarnya pulang. "Angkot kayanya. Kamu mau naik angkot juga, gab? Panas loh."
"Ahh... Pa..nas? Yaa??" Aku mengelus keningku dan memperhatikan sekitar. 'Ikut? Yaudah deh gapapa ikut aja. Mobil urusan belakang.'
"Iya Aini, aku ikut." Aku tersenyum manis. Aini juga menyambut senyuman ku.
Sesampainya di dalam angkot. Aku tak henti memperhatikan kalung yang di penuhi dengan bola bola kecil yang terus menerus berputar karena Aini. Ku perhatikan juga mulut nya yang tak henti mengucap. Entah apa yang ia ucapkan itu. Aku pun bingung.
"Aini, aku mau nanya." Aku memberanikan diriku untuk bertanya. Ini ga bisa di biarin. Aku benar benar penasaran dengan kegiatan Aini semenjak SMA ini.
"Ya apa?" Setelah mengucapkan kalimat itu Aini kembali mengoceh tak bersuara. Lagi lagi aku dibuat penasaran setengah mati.
"Kalung dengan bola bola kecil itu apa fungsinya? Lagi pula apa yang selalu kamu ucapkan dari mulut mu?" Aku tertawa pelan. Takut salah bicara, Aini mengangkat sebelah alisnya.
"Kalung bola bola? Ohh ini?" Aini mengangkat kalung itu sedikit lebih tinggi. Kemudian tertawa halus. "Ini namanya tasbih. Aku sedang mengucap dzikir pada Allah, maka dari itu mulut ku tak pernah henti berucap." Aku menganggukan kepala ku tanda aku mengerti. Lalu kembali angkat suara.
"Dzikir yang kamu ucapkan itu seperti apa, Ni?" Aku tak takut takut untuk bertanya. Senang rasanya sedikit sedikit mengetahui tentang Islam.
"Ya bermacam Gab. Misalnya Subhanallah, Alhamdulillah, Laa haula walaa quwwata illa billahi, Allahu akbar, dan sejenisnya yang mengandung pujian serta sanjungan kepada Allah dan Rasul nya, Gab." Aku kembali mengangguk mengerti. Kemudian hanya meng 'oh' kan kalimat Aini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bias Cinta Illahi
RomanceKetika cinta terhalang Agama? patut kah untuk di lanjutkan? atau hanya bisa melambaikan tangan? 'Aziz dan Gabriella yang akan menjawab kisah mereka berdua.