Lima

23 2 3
                                    

      Hari ini adalah tepat dimana hari aku dan Dean memilih baju dan tema untuk pernikahan kita. Aku pun tidak tahu mengapa semua terjadi secepat ini. Dua hari yang lalu Dean bilang dia akan kuliah dulu di Jepang baru datang kembali untuk menikahi ku. Lantas kenapa jadi secepat ini?

      Padahal yang aku ingin kan adalah masuk islam saat Dean sedang kuliah. Namun bagaimana cerita ini akan berlanjut saat Dean tiba tiba memajukan pernikahan ku bulan depan?

      Sesampai di tempat yang telah Dean tentukan, aku bertekad akan mengatakan ini semua pada Dean. Aku berharap Dean menerima pernyataan ku dan mengikuti langkah ku untuk masuk islam.

      "Nih udah sampai sayang. Kita masuk yuk." Dean turun membuka kan pintu untuk ku. Aku hanya tersenyum getir.

      Dean mengapit jari jemari nya dengan milikku. Aku hanya melirik kecil tidak merespons gerakan tangan Dean yang mengelus tangan ku.

      "Dean, ada yang pengen aku bilang ke kamu." Dean hanya berdeham. Aku memejam kan mata dalam dalam. "Gaby, kamu kenapa?" Dean memberhentikan langkah nya. Mengangkat dagu ku.

      "Apa kamu tetap akan menikahi ku apapun yang terjadi pada ku?" Aku memberanikan diri menatap Dean, Dean mengangguk pasti. "Iya dong. Kan aku cuman cinta sama kamu sayang." Dean memajukan wajah nya hendak mencium ku. Aku mendorong dada nya pelan.

      "Aku mau masuk islam."

PLAK!
     Tamparan keras melayang tepat di pipi ku. Aku meringis memegangi pipi ku kasar. Satu tetesan air mata jatuh diantara jari tanganku. Aku benar benar tidak kuat dengan ini semua.

      "Apa maksud mu? Mempermalukan paman Alvero? Dasar tidak tahu di untung. Lihat aku!" Dean mengangkat dagu ku-- lagi, dengan kasar. aku memejamkan mata. Tidak sanggup untuk melihat.

      Kenapa Dean menjadi kasar? Bukan kah dia sudah berjanji akan tetap menikahi ku.

     "Kamu jahat Dean! Kamu jahat!" Aku memukul dada Dean keras. Sesaat kemudian Dean membawa ku ke dalam pelukan nya.

     'Aku harap kamu bisa terima keinginan ku, Dean.'

     "Aku akan tetap menikahi mu." Satu permohonan ku terkabul. Ingin rasa nya aku berteriak dan mengatakan bahwa aku sangat mencintai dan menyayangi Dean. "Tapi kamu tidak akan pernah bisa masuk ISLAM!"

      Dean jahat! Dia menghancurkan harapan ku. Dia benar benar menekan kan kata kata nya apalagi dalam kalimat Islam. Aku benar benar benci hidup ku sekarang. Ya Allah. Bagaimana aku harus menjalani ini semua?

      "Kita akan tetap menikah. Ikut aku dan kita pilih keinginan kita sekarang." Dean menarik tangan ku secara paksa.

      Hati ku benar benar sesak sekarang. Kepada siapa selanjutnya aku harus berbagi semua ini. Aku menghapus air mata ku dengan cepat. Berharap aku tidak akan menikah dengan Dean.

          ❣❣❣

     "APA?!"
PLAK!!!!

      Tamparan keras kembali aku dapat kan. Kali ini pipi kanan ku yang menjadi sasaran kemarahan mami.

      Iya! Dean yang melaporkan ini semua. Dean yang mengatakan keinginan ku untuk masuk islam. Dean benar benar menyiksa ku.

      "Mami! Tanpa aku masuk islam pun aku tidak akan pernah mau menikah dengan Dean Mami! Dean ka--"

     "Cukup Gaby! Kamu tetap akan menikah dengan Dean." Mami meninggalkan ku yang kembali terisak. Aku menatap Dean sinis. Ia hanya melemparkan tawa jahat nya.

      "Aku benci kamu!" Aku pergi berlari meninggalkan Dean. Aku hancur sekarang. Aku harus apa?!

      Aku membanting pintu kuat kuat. Duduk lemas memeluk kuat kedua kaki ku. Ya Allah. Aku benar benar ga bisa dengan ini semua ya Allah. Tolong aku.

     "Haa.. Halo Aini?" Aku memutuskan untuk menghubungi Aini. Dia adalah jalan satu satu nya. Mungkin Aini bisa memberiku sedikit peluang.

      "Iya kenapa? Eh Gaby, kamu kenapa nangis?" Hanya dengan pertanyaan kecil Aini, aku kembali menangis kencang. Aku tidak dapat menahan air mata ini agar tidak turun. Aku menceritakan semua nya pada Aini. Sesekali isakan ku membuat Aini iba.

      "Udah udah, mending kamu kesini ya, cerita sama Aku. Biar kamu bagi masalah kamu ke aku." Mendengar pernyataan Aini aku sedikit tersenyum. Setidaknya aku tau bahwa aku tidak sedang sendiri sekarang.

      "Aku ganggu kamu?" Pertanyaan bodoh macam apa ini Gaby! Ayolah! Jangan sampai melewatkan kesempatan.

      "Gapapa. Aini juga lagi ga ngapa ngapain kok di rumah. Udah ya, kamu kesini aja cerita sama Aini."

     "Iya Aini." Aku membersihkan diri ku. Mengusap air mata yang masih terus mengalir ini agar tetap tenang. Ya Tuhan bantu aku.

      Dari balik tembok aku memperhatikan Dean yang benar benar asik bercengkrama dengan Mami. Aku tetap berjalan tenang seakan akan tidak terjadi sesuatu.

     "Kamu mau kemana sayang?"

Skak!
Aku diam di tempat. Aku tidak memikirkan alasan akan jawaban ku nanti. Aku mengambil nafas tenang dan menoleh kecil. "Gereja." Jawab ku enteng dan kembali berjalan.

      "Aku temenin sayang." Dean berlari menghampiri ku. Aku menoleh dan menggeleng. "Aku butuh waktu sendiri. Kamu gausah ngerasa kamu ga punya salah sedikit pun sama aku. Permisi."

      Aku berjalan dengan terburu. Alasan itu sekilas muncul dengan cepat di difikiran ku. Biarlah. Aku tidak peduli. Yang jelas sekarang aku akan bercerita pada Aini.

      Jalanan cukup padat sekali hari ini. Banyak sekali para pengendara yang berlalu lalang dengan sangat tidak tertib. Aku menghela nafas kasar dan membanting stir mobil.

     "Ya Allah beri aku akhir cerita yang indah." Pinta ku kepada Allah. Kalian tahu, aku benar benar merasa tidak berguna saat ini.

     "اللهم اني اسألك حبك و حب من يحبك و الأعمال الذي يقربني إلى حبك." Aku melantunkan doa yang kemarin sempat aku hafal bersama Aini

      Aini pernah bilang, dulu dia sempat suka dengan seorang laki laki. Tapi umi nya melarang dan mengatakan itu adalah sebuah zina hati. Jika kita menginginkan sesorang, cukup simpan dia dalam doa dan pinta lah dia dalam kasih.

      Aku hanya bingung mendengar pernyataan Aini. Dan ternyata Aini menjawab dan memberikan ku doa tersebut.

      Lagi lagi ini yang aku suka dari Islam. Mengapa Islam memiliki banyak sekali kata kata indah? Bahkan benar, gombalan sekali pun akan kalah jika dibanding kan dengan surat Ar-Rahman yang umi jelaskan tempo lalu.

      Jika mengingat tentang Islam mungkin aku akan sedikit bersyukur karena aku termasuk orang yang di beri hidayah untuk memeluk agama ini. Dan aku sudah fikirkan matang matang, aku akan menerima Dean menjadi suami ku, dan mengajak nya pelan pelan bersama ku untuk memeluk Islam.

      "Aini, aku punya cerita tentang seseorang di mimpi ku." Aku tersenyum dan memandang lurus ke depan. Memberanikan diri ku untuk tekad yang akan datang.


Bias Cinta IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang