Beberapa hari tampak mereka alami bersama, mencoba melahap semua kebahagiaan di dunia.
Mulai terbit fajar, sampai langit senja sudah menjadi langit malam.Hingga suatu saat, sang pemudi terdesak keadaan.
Ia harus pergi meninggalkan pemuda itu, jauh ke seberang lautan.Sang pemuda menghela napas dalam seraya berkata
"Tak apa, lakukanlah apa yang mesti kamu lakukan."
Mereka terdiam, sesekali sang pemuda menatap wajah pemudi itu.
Berusaha menghafal setiap jengkal dari wajahnya.
Lalu ia bertanya.
"Hati hati bawaanmu, apa ada yang tertinggal?"
Sang pemudi membalas.
"Rindu?"
"Tidak, rindumu harus kau bawa. Sebagai semangatmu untuk pulang kepadaku nanti." Ucap sang pemuda.
"Hmm, kamu?" Tanya pemudi.
Sang pemuda menunduk, lalu berkata.
"Jika bisa..." Kata-katanya terhenti sejenak.
"Tidak. Aku harus tetap di sini, sebagai alasanmu pulang nanti." Lanjutnya.
Dengan berat ia pun mengantar pemudi itu pergi.
"Cepatlah pulang, hingga aku bisa memulangkan rinduku padamu!"Mereka dibatasi lautan luas.
Hanya berseberangan, namun tak bisa berjumpa.Sesekali khawatir.
Namun mereka selalu menyangkal.
"Aaah, masih di bawah langit yang sama. Ia pasti baik-baik saja." Katanya.
Terus begitu.
Kepercayaan masih menjadi modal yang mulai sedikit dipertanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAHAM.
Short StoryKetika jarak memisahkan kami. Dan waktu menunjukkan kehebatannya.