Your Persona

836 74 26
                                    

Disini, setiap jam istirahat aku dapat melihatnya yang sedang berkumpul bersama para sahabat-sahabat.

Karena dia selalu duduk di meja tengah-tengah kantin sehingga siapapun bisa melihat kalian, termasuk aku.

Entah sejak kapan aku suka sekali melihat senyum tipis yang tercipta dari bibir menawannya.

Lalu tawa yang terdengar lepas dan ringan saat sampai di pendengaranku.

Dia terlihat sangat nyaman dengan sahabat-sahabatnya itu. Ingin rasanya aku menjadi salah satu dari mereka, agar aku dapat merada didekat dia.








"Hey, kau sedang memperhatikannya lagi?" tanya seseorang sambil menepuk bahuku pelan.

Aku melirik sejenak sahabatku yang duduk disampingku, lalu kembali menatap orang yang selalu menarik perhatianku.

"Apa kau tak ada niatan untuk menyapanya terlebih dulu?" dia sedikit menyenggol lenganku sebelum menyuapkan makanannya kedalam mulutnya.

Aku? Menyapanya terlebih dulu? Hah, itu tak akan pernah terjadi.

"Tidak, aku terlalu malu untuk mendekatinya."

Nah, itu adalah alasanku.

"Ayolah, ini sudah lebih dari satu semester, dan kau masih terus saja seperti ini? Dan kau tau, kau itu terlihat seperti penguntit."

Apa benar selama itu aku terus memperhatikannya? Dan apa aku terlihat seperti penguntit atau semacamnya? Apa separah itu kah? Aku rasa itu terlalu kejam.

Dan ku rasa, aku hanya memperhatikannya di sekolah saja, tanpa ada niatan untuk membuntutinya atau semcamnya.

"Yak, itu terlalu kejam. Dan aku bukan penguntit." ucapku kesal, menyeruput kasar banana milk yang sejak tadi ada di genggamanku.














Saat ini aku lebih memilih berada di koridor kelas, karena kebetulan kami semua mendapatka free class. Dan disini- dari kelas atas, aku dapat melihatnya. Dia tengah bermain basket bersama sahabatnya.

Meski matahari sedang panas-panasnya, tapi itu tak menyurutkan semangat kalian untuk terus bermain basket. Rambut kalian terlihat sudah lepek karena keringat.

Sudut bibirku terangkat karena melihat tingkah dia yang terus berusaha melakukan Three Shoot point, tapi tak ada satu pun yang berhasil dan itu membuat nya mendapatkan ejekan dari para sahabatmu.

Dia berjalan gontai meninggalkan lapangan dengan wajah mengerut kesal dan bibir yang terpout. Namun, langkahnya mendadak terhenti lalu dia medongkangkan kepala- menatap lantai tiga, dimana tempatku berdiri lalu tersenyum tipis entah untuk siapa.

Tunggu dulu, dia tersenyum dan menatap kearah ku? Aku langsung melihat sekelilingku memastikan jika ada orang lain. Namun, disini tak ada siapa pun.

Aku kembali melihat kebawah, memastikan bahwa dia masih ada disana.

Dan benar saja, dia masih disana dengan senyum yang semakin mengembang dan melambaikan tangannya seraya mengatakan 'Hai' tanpa suara.

Oh, tidak sepertinya dia tau jika aku memperhatikannya. Tanpa memperdulikannya aku segera pergi dan masuk kedalam kelas.

Dengan tergesa aku langsung duduk di bangku.

"Oh god, jantungku." ku rasa jantungku berdetak tak karuan.

"Hey, kau kenapa?" sahabatku duduk di bangku sampingku. Dia meletakan buku paket dan catatannya diatas meja. Sepertinya dia baru selesai mengerjakan tugasnya.

"Ah, tidak." jawabku pelan, karena berusaha menetralkan detak jantungku.

"Hmm..." dia pun kembali sibuk membereskan mejanya.

Pikiranku kembali mengingat kejadian beberapa menit lalu yang berhasil membuat jantungku berdetak tak karuan.

Ya tuhan, senyumnya benar-benar membuatku meleleh di tempat.

Okey, silahkan sebut itu berlebihan. Tapi, ayolah mendapatkan senyum manis dari orang yang kau suka itu sangat- ah, aku tak bisa menjelaskannya.






"Hey, apa kau akan terus berdiam diri disini? Semua orang sudah pulang tau." lamunanku buyar ketikan mendengar pekikan sahabatku.

"Ah, ya apa?" aku menatap sahabatku yang melayangkan tatapan geram, mungkin.

"Ya Tuhan, Hii-chan kau ini kenapa sih? Sejak tadi aku perhatikan kau terus saja tersenyum seperti orang bodoh?"

"Eh... semua orang kemana?" heranku karena kelas telah kosong- menghiraukan pertanyaan sahabatku, dan didalam kelas hanya tersisa kami berdua.

Aku mendengar sahabatku menghela nafas panjang.

"Hari ini sekolah pulang lebih awal. Jadi, sekarang apa yang mebuat tersenyum tak jelas seperti orang bodoh?"

Aku hanya menanggapi sahabatku dengan cengiran lebar, kemudian segera membereskan barang-barangku.

"Ayo kita pulang."setelah memakai tas, aku langsung menarik tangan sahabatku- pergi meninggalkan kelas dengan wajah yang cemberut karena pertanyaannya tak terjawab.

.
.
.

Hey hey hey~~ gimana? Lanjut jangan ini?

Hey dek jangan lupa komen kamu seulrene04

Feeling's ||Ssambbang||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang