Chapter 16

8.9K 262 3
                                    

Belum saja ia masuk sepenuhnya kedalam club, dentuman musik remix disertai asap rokok menyeruak masuk ke indera penciuman. Devlin menghela napas sejenak. Ternyata, masih satu minggu tidak menginjakkan kaki di klub malam, membuat Devlin harus membiasakan diri untuk menghirup asap dari nikotin itu.



Ia melangkah melewati ratusan manusia yang sedang menari-nari dengan erotis, mengiringi musik yang memecahkan gendang telinga. Bersusah payah harus mendorong mereka untuk memberinya jalan. Sebagian ada yang memaki karena telah mengganggu, sebagian lagi memilih untuk menggoda gadis itu.

Tentu saja seorang Devlin Hellary tidak tergoda oleh senyuman nakal dari pria-pria yang dilewatinya. Bagi Devlin, pria yang ada disini adalah buaya. Menerkam adalah hal paling bahaya.

Maka dari itu Devlin mempercepat langkahnya mendekati bar. Ia bernapas lega ketika berhasil melewati lautan pria dan wanita yang masih memiliki tenaga ekstra untuk menari.

Devlin duduk di kursi dekat meja bartender, memesan sebotol sampanye. Sekilas ia melirik wanita disampingnya. Wanita itu hanya memesan air putih.

Yang benar saja?! Pakaian wanita itu cukup berkelas, namun ia terlihat tidak nyaman dengan bagian atas yang terbuka, menampakkan belahan dadanya. Tapi kenapa wanita itu hanya meminum segelas air putih saja?

Jika diperhatikan lagi, Devlin seperti mengenalinya. Kepala wanita itu berputar memperhatikan kesekitar dengan wajah takut. Bagaimanapun, Devlin juga seorang manusia yang mempunyai rasa tak tega. Ia menyentuh tangan wanita itu.

Wanita dress merah itu menoleh dan Devlin memangut pelan. Dia adalah wanita yang diselamatkan oleh Devlin dari kelompok lemah Dark Worker.

Pertanyaan yang ada dibenak Devlin adalah; mengapa wanita ini ada disini? Sebelumnya Devlin sudah menyuruh Zien untuk menyembunyikannya di markas.

"Kau sendirian saja?" tanya Devlin datar. Gadis itu menerima botol sampanye dan menuangkan cairan itu ke gelas kecil dan menyesapnya.

"Uhm, tidak." jawabnya ragu. Wajahnya masih menyiratkan ketakutan.

Devlin mengisi gelasnya lagi dan menoleh. Tangannya menggoyangkan gelas, memainkan cairan didalamnya. "Kupikir kau sedang berada di kondisi yang sulit."

Wanita disampingnya menggoyangkan kaki yang dibalut heels senada dengan dress. "Hm ya, kamu memang benar. Kondisi yang sulit.." Ia tersenyum miris. "Banyak sekali kejadian sulit yang menimpa diriku. Dijodohkan, diusir, diculik, kemudian hampir diperkosa.." Tanpa sadar ia bercerita tentang apa yang dialaminya.

"Siapa namamu?"

Ia terdiam, menunduk sejenak, lalu menyesap minuman jernihnya. "Marsha."

"Sebaiknya kau jangan sembarangan memberi tahu namamu. Kau tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Lebih baik kau gunakan nama samaran, itu terdengar bagus." papar Devlin sembari menyesap habis sampanyenya.

Marsha menoleh, menatap gadis disampingnya dalam diam. Wanita itu tidak tahu siapa dia, tetapi entah kenapa Marsha yakin kalau gadis itu tidak jahat.

"Ide kau terdengar bagus. Kalau begitu nama samaranku adalah Lucy." jawab Marsha dengan polosnya.

Devlin menyunggingkan senyum miring kemudian berdiri sembari membawa gelasnya. "Aku mau mencari komplotanku. Kau mau disini saja?" tanyanya.

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang