Kalau lo laki, jangan sakitin perempuan - Kenand
🍃🍃🍃
Ajaran baru dimulai, siswa SMA Immersion berlarian untuk bertegur sapa setelah terpisah selama sebulan. Beda halnya dengan anak baru yang menenteng peralatan MOS dan terbirit-birit menuju lapangan upacara. Siswa kelas sebelas dan dua belas hanya melihat dari jauh dan langsung masuk ke kelas masing-masing setelah mendengar bunyi bel.
Tidak ada yang berbeda dari suasana kelas 11 IPS 4. Penghuninya duduk bergerombol bersama gengnya sendiri. Seluruh perhatian sontak tertuju pada orang yang baru saja masuk setelah 15 menit bel berlalu. Lelaki yang dipandang dan kedua temannya itu berjalan santai menuju bangku pojok paling belakang. Sejak kelas sepuluh, mereka bertiga kompak menandai bangku tersebut menjadi wilayah mereka.
"Biasa aja dong liatnya, lo kangen ama gue? Baru juga sebulan nggak ketemu," ucap Dean pada siswi-siswi yang bergosip di sebelah bangkunya.
"Diem lo," sahut R, lelaki yang paling mencolok di antara mereka.
Dean berpura-pura tengah mengunci mulut lewat aksinya yang seakan menutup ritsleting bibir. Loen hanya terkekeh melihat sikap temannya yang payah hanya gara-gara gertakan R. Namun, mereka tak bisa pungkiri bahwa apa pun yang dikatakan lelaki itu merupakan magic word. Semua akan segera tanggap melakukan perintahnya.
"Gayanya doang yang sok," ucap salah satu siswa dengan pelan.
"Siapa yang bilang?" R berteriak sambil menggebrak meja. Walau sangat pelan, ia masih dapat mendengar dengan jelas.
"Emang bener, kan? Mereka beraninya sama kita, giliran sama lo juga langsung kicep!"
R langsung berdiri dan menendang kursinya ke samping. Teman sebangkunya refleks memegang tangan R, berusaha menahan lelaki itu agar tak membuat onar di hari pertama. Namun, bukan R namanya kalau hasratnya bisa dicegah. Laki-laki itu sudah berdiri di depan siswa yang baru saja berani mengolok sahabatnya.
"Bisa, nggak, mulut lo dijaga kalau ngomong?" tanya R dengan penuh penekanan. Ia menatap wajah lelaki yang tengah duduk manis di bangkunya.
"Gue, kan, nggak lagi ngomongin lo, R. Gue malah muji lo karena mereka udah kayak anjing yang nurut banget ama majikannya," jawab lelaki itu sambil menoleh, saat ia mengucap kata mereka. Ia sama sekali tak berani menatap wajah R. Penampilan yang sangar sedikit-banyak berpengaruh pada tingkat kepercayadirian lawan.
R kembali menggebrak meja yang membuat siswa lainnya terkejut. Banyak dari mereka mengelus dada karena prihatin. Baru 15 menit ajaran baru dimulai, R sudah mengacaukan mood belajar mereka. Megan dan Loen segera berdiri saat melihat aksi temannya itu. Walau tak berniat ikut campur, mereka siap menggantikan R apabila ia ingin menghajar siapa pun.
"Minta maaf," ucap R.
"Hah?"
"Minta maaf gue bilang!"
"So-sori, De."
R meraih kerah lelaki gagu di depannya dan menatap tajam, sedangkan yang diangkat memilih menatap lantai, menghindari kontak mata dengan cowok itu. Siswa lain hanya diam menyaksikan hal tersebut. Bagi mereka, hal ini tidak asing sama sekali.
"Jangan sampai gue denger lo hina temen gue lagi!"
•••
Mia membawa dua mangkok bakso yang ia racik sendiri. Suasana kantin tak seramai biasanya karena sebagian siswa mengurus MOS dan siswa baru makan dari berkalnya masing-masing. Gadis itu langsung menghampiri sahabatnya yang melambaikan tangan. Mereka kerap kali membagi tugas, salah satu memesan makan dan yang lain mencari tempat duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aristostela ✔
Teen Fiction[Pindah ke KaryaKarsa] "Aristoteles belajar arti cinta sejati berkat tugas dari gurunya. Ia harus mencari bunga terindah di taman bunga yang luas dengan syarat ia harus berjalan lurus. Hasilnya ia pulang dengan tangan kosong." "Ia pun berkata: Aku t...