Jangan menyesali pilihanmu sendiri. Kalau dulu memilih karena suka, sekarang cobalah untuk menyukai apa yang kamu pilih – Teo
Ramon mendongak setelah seseorang menggebrak mejanya. Aksi potong kuku yang ia geluti sejak lima menit yang lalu lantas terusik. Ia buru-buru menurunkan kaki yang sejak tadi ditenggerkan di atas meja. Laki-laki berumur 27 tahun itu terkejut melihat pelanggan terbesarnya datang sambil berkacak pinggang.
"Pagi, Bos," sapanya sambil merapikan rambut.
Laki-laki itu segera mengusir asisten-asistennya. Ia mempersilakan sang tamu untuk duduk dengan senyum terbaik miliknya. Namun, orang tersebut hanya menatapnya dengan penuh amarah.
"Nggak usah basa-basi deh, lo! Nih, gue bayar sisa kemarin. Mulai besok, gue nggak bakal pakek jasa di sini lagi."
Belum sempat Ramon menjawab, laki-laki itu sudah meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa. Ramon yang mulai memahami situasi segera berlari guna mengejar penghasilan terbesarnya tersebut. Melihat bosnya kalang kabut, anak buah Ramon pun ikut berlari mengikutinya.
"Sabar dulu, Bos. Bisa dijelasin dulu, pelan-pelan," bujuk Ramon setelah berhasil menyamai langkah laki-laki yang lebih tua darinya itu.
"Sabar gimana? Lo kasih yang jelek begini, padahal gue udah bayar mahal-mahal."
Laki-laki itu memberikan ponselnya pada Ramon. Ia menunjukkan foto seorang gadis yang menemaninya tadi malam. Ramon menelan ludahnya kasar, ia segera menoleh ke asistennya dengan tatapan penuh tanya. Asisten Ramon hanya dapat menunduk dan tidak berniat ikut campur.
"Ada kesalahan sedikit, Bos. Besok kita kasih yang kelas atas, bagaimana? Atau Bos mau malam ini saja? Kasih kesempatan dulu lah, Bos," tawar Ramon dengan tampang memelas kasihan.
"Gue nggak mau ya yang kayak gini lagi!"
Laki-laki itu segera merebut ponselnya dan meninggalkan markas Ramon. Sebuah mobil Bentley telah menunggu untuk ia naiki. Ramon segera menutup mulutnya saat melihat tumpangan seharga milyaran itu. Ia takjub karena baru kemarin client-nya itu datang membawa mobil sport keluaran McLaren. Berkali-kali ia menghela napas lega karena negosiasinya berhasil.
"Siapa yang handle servis kemarin?" tanya Ramon pada Kiko, salah satu tangan kanannya.
"Fania, Bos."
"Suruh dia bawa anak-anak kumpul ke ruangan malam ini, yang cowok juga."
Kiko dan Awan, asisten Ramon yang lain mengangguk tanda mengerti. Mereka segera izin untuk melakukan kontrol di bar. Ramon hanya mengiakan dan masuk ruangannya.
Laki-laki itu mencari rekapan biodata member dalam lima bulan terakhir di rak khusus miliknya. Ia bawa tumpukan buku tersebut ke meja tamu dan membukanya satu per satu. Ramon mengambil buku terbaru dan fokus pada halaman VIP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aristostela ✔
Novela Juvenil[Pindah ke KaryaKarsa] "Aristoteles belajar arti cinta sejati berkat tugas dari gurunya. Ia harus mencari bunga terindah di taman bunga yang luas dengan syarat ia harus berjalan lurus. Hasilnya ia pulang dengan tangan kosong." "Ia pun berkata: Aku t...