Bab (2)

13 5 0
                                        

Terik matahari melewati jendela. Udara yang dingin karena AC dan suasana yang hening. Perpustakaan. Tempat untuk membaca buku. Biasanya mahasiswa akan datang untuk membaca buku pelajaran dan membaca novel. Tidak denganku, kalian tahu kan?, Komik.

"Christy!", Panggil seseorang dan aku pun menengok ke belakang dan mendapati Misella yang sedang membawa banyak buku.

"Kamu mau baca segitu banyaknya?", Tanyaku.

"Iya, bosen banget soalnya", jawab Misella yang memang kutu buku.

"Baca komik makanya, jangan novel terus" , tawarku.

"Komik itu memang bagus, tapi lebih bagus novel, karena dengan novel, kamu bisa belajar lebih banyak. Makanya pas kamu ulang tahun aku kasih novel terbaik, aku harap kamu memahami benar isinya", jelas Misella.

"Hemm, iya-iya", jawabku malas. Sebenarnya aku ingin sekali marah, namun kalo aku marah, ini pun akan merugikanku.

Ponsel ku bergetar. Eriko mengirimi ku banyak pesan.

Eriko
Chris, kamu jangan dateng, ya?
Aku serius.
Jangan dateng, oke?
Aku harap kamu bisa membaca pesanku lebih cepat.

Christy
Kenapa?
Kenapa aku gak boleh dateng?

Eriko
Aku takut nanti ada penolakan kalo salah satu tim kalah, aku takut ribut, lebih baik kamu gak dateng, ok?

Christy
Hemmm.

--
Mood ku kembali jadi berubah, benar-benar menyebalkan. Harusnya aku datang dan menonton tapi dilarang. Aku suka sekali dengan basket.

"Chris, menurut kamu penulis yang kemaren ganteng gak?", Tanya Misella.

"Hem? Emang bisa liat, ya? Udah jelas dia pake masker, gimana cara liatnya?", Jawabku.

"Kamu kira-kira aja", jawab Misella.

"Mungkin iya, dan mungkin tidak, jangan banyak berharap dengan penulis itu", jelasku.

"Aku tidak berharap kok!, Aku tidak sebucin kamu!", Jawab Misella dengan kesal. Misella adalah orang yang sensitif.

"Aku bucin? Apa maksudmu?", Tanyaku serius.

"Sudah dari awal kubilang, jangan pernah menyukai orang yang tidak menyukaimu, tapi kau sama sekali tidak menghiraukan perkataan ku", jelas Misella.

"Siapa yang kau maksud? Eriko?", Tanyaku.

"Sudah jelas dia, kuperingatkan sekali lagi, sebaik-baiknya kucing ke manusia, lama-lama mereka juga bakal mencakar", peringat Misella.

"Tolong ke intinya saja", kataku karena aku tidak mengerti kata-kata yang seperti itu.

"Sebaik-baiknya Eriko, lama-lama dia bakal sakiti kamu, ngerti?", Jelas Misella.

"Kamu benci banget ya sama Eriko?", Tanyaku.

"Banget, udah ah, aku mau ke kelas, byeee", ucap Misella sebelum pergi dengan buku-buku nya.

-----
Hemmm, entah apa yang membuat dirinya membenci Eriko, tapi kalau dipikir ada benarnya aku merasa terlalu suka pada Eriko. Eriko juga kadang tidak peduli dengan ku. Aku harap apa yang dikatakan Misella salah, karena aku mencintai Eriko.

"Christy?", Panggil seseorang.

"Hem??", Tanyaku kepada orang yang berada di depan ku.

"Kamu Christy, kan?", Tanya orang itu sekali lagi.

"Iya", jawabku singkat.

"Boleh aku duduk di sampingmu?", Tanya orang itu.

"Boleh", jawabku.

Siapa orang ini? Aku tidak pernah melihat nya sebelumnya... Apa dia stalker? Atau dia lawan basket Eriko? Apa dia ada niat jahat kepadaku?

"Kau tidak mengenalku, ya?", Tanya orang itu lagi.

"Tidak sama sekali", jawabku polos karena memang tidak kenal.

"Baguslah", jawab orang itu.

"Apa kau ada niat jahat? Kenapa kau datang tapi tidak memberi tahu namamu dulu?", Tanyaku serius.

"Kau berpikir terlalu jauh, namaku Lewi" , jelasnya.

"Aku tidak pernah melihatmu, makanya aku curiga. Dari mana kamu tahu namaku?", Tanyaku.

"Aku kuliah jurusan yang berbeda, makanya asing buat kamu. Aku tahu kamu dari M&G kemaren, aku liat kamu", jawab Lewi.

"Oh", jawabku singkat.

"Kamu suka sama novel, ya?, Menurut kamu novelnya gimana yang kemaren?", Tanya Lewi dengan raut penasaran.

"Aku tidak suka novel, kemarin hanya menemani sahabat", jelasku.

"Ti..ti...dak suka?, Kenapa?", Tanya Lewi dengan raut wajah kecewa.

"Hem? Apa? Apa di dunia ini ada peraturan jika kita harus menyukai novel? Tidak sama sekali", ucapku.

"Memang tidak, kamu suka komik, ya?", Tanya Lewi.

"Iya", jawabku singkat.

"Sudah tertebak, biasanya orang tidak menyukai novel karena kata-katanya yang sulit dimengerti dan terlebih lagi biasanya orang-orang yang suka membaca komik", jelas Lewi.

"Kau pandai membaca pikiran orang", kataku.

"Heheh iya", jawabnya singkat.














Only comics I understand.














My Boyfriend is a Writer ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang