Throwback

285 48 15
                                    

Saat pertama kali Seungcheol memelukku, saat itu aku jatuh cinta padanya...
Saat pertama kali Seungcheol menghapus dukaku, saat itu aku jatuh cinta padanya...
Dan saat pertama kali Seungcheol mencuri ciuman pertamaku, kala itu aku jatuh cinta padanya...


Jadi, apakah bisa aku terus jatuh cinta pada pria itu? Bolehkah?. Aku sudah jatuh cukup dalam, awalnya memang aku hanya menyukai sebagai teman. Berempati akan hidupnya yang selalu dipenuhi teriakan dari kedua orang tuanya. Aku juga tak suka sifat dingin yang ia tunjukkan. Tapi semakin aku dekat, Seungcheol mulai menunjukkan senyum yang ternyata begitu indah. Hatiku berdebar karenanya. Sejak hari itu genggaman tangannya pun mampu membuat jantungku berdetak anomal...


Cinta itu tumbuh, tapi aku takut. Takut untuk kehilangan Seungcheol meski ikatan antara kami menjadi lebih kuat sebagai sepasang kekasih. Kami akan segera lulus, Seungcheol memutuskan untuk melanjutkan sekolah di kepolisian karena cita-citanya adalah menjadi seorang detektif. Dan aku sendiri akan melanjutkan ke fakultas kedokteran sesuai passion yang ku miliki.


Apakah cinta kami akan seperti captain Yoo Shijin dan Kang Mooyeon?. Jika ia aku akan sangat bahagia karena mereka memiliki happy ending bahkan hingga ke dunia nyata.


Tuhan, bisakah jaga Seungcheol untukku? Jangan biarkan gadis lain selain diriku masuk ke hatinya.

Aku bersumpah, Seungcheol akan terus menjadi satu-satunya pria yang mengisi hatiku untuk pertama...dan terakhirㅡ


Shia menghentikan coretan pena biru pada kertas dibuku diary bersampul violet miliknya. Atensinya kembali tertuju pada segerombol murid lelaki yang tengah bermain basket di lapangan sekolah. Meski dari jarak cukup jauh, Shia masih bisa menatap gerak gerik Seungcheol diantara yang lain padahal ia sendiri duduk dibawah pohon maple besar sambil menulis catatan harian. Selalu seperti itu, karena Shia malas duduk dipinggir lapangan. Suara murid perempuan lain selalu sukses membuat telinganya panas.


'Seungcheol semangaaatt!'.

'Aishiteruuu'.

'Seungcheol ayo lihat kesini'.


Ingin rasanya Shia menyiram mereka satu persatu dengan air mendidih lalu berkata kalau Seungcheol itu sudah punya kekasih. Tapi itu hanya akan membuatnya malu. Jadi Shia memilih untuk memperhatikan lelaki itu dari jarak jauh seperti seorang manito.


Selang beberapa menit, akhirnya mereka bubar. Seungcheol meneghampiri Shia yang masih setia menunggu dibawah pohon yang daunnya mulai menguning lantas berjatuhan, ini adalah musim gugur.


"Ah, mereka berisik sekali". Ucap Seungcheol yang ikut bersandar pada pohon di sisi Shia sambil mengatur nafas. Keringat bercucuran banyak hingga anak rambutnya basah, menambah kesan tampan pada pria berdarah campuran antara jepang dan korea.


"Tapi kau suka kan?". Shia memberenggut tapi mencoba bersikap lebih santai agar Seungcheol tak curiga jika dirinya tengah cemburu.


"Kau cemburu?".


Shia gagal. Tentu saja, jika ada yang paling paham tentang dirinya selain sang ibu, jawabannya adalah Choi Seungcheol.


"Tidak..".

"Jangan bohong, kau cemburu".


"Tidak Seungcheol aku tidak cemburu".

"Baguslah, lagi pula salahmu 'kan..yang tidak mau orang lain tau aku sudah memiliki kekasih".

Seungcheol menjatuhkan kepalanya pada paha Shia lalu mengambil posisi terlentang dengan nyaman. Shia tak keberatan, Seungcheol memang suka begitu. Dan untuk masalah merahasiakan hubungan, seperti apa yang dikatakan Seungcheol. Alasannya? Shia takut dibully. Begitu-begitu, Seungcheol itu termasuk dijajaran pria populer di sekolah karena ketampanannya. Shia? Semua orang mengenalnya, tapi hanya sebagai anak berotak pintar kesayangan para guru.

"Shia..". Panggil Seungcheol dengan mata terpejam.

"Hmm?".


"Minggu depan aku akan ke daegu, ayah mengajakku menjenguk nenek kau mau ikut?".


"Kau mau bolos lagi?".

"Ayah akan meminta izin ke sekolah, mau ikut tidak?".


"Tidak, aku harus belajar agar diterima di fakultas kedokteran".


"Jadi kau serius ingin jadi dokter?".


"Ya tentu, aku suka menolong orang".


"Sebelum menolong orang, tolong aku dulu".


"Memangnya kau kenapa?".


Seungcheol membuka matanya, menatap obsidian kembar milik Shia yang telah lebih dulu menatap. Digenggam jemari gadis itu dan diarahkan tepat di dada kiri, dimana jantung yang kini berdegup lebih cepat dari seharusnya. "Bantu aku menetralkan debaran ini..terkadang aku sulit bernapas. Tapi itu terjadi hanya ketika kita berdekatan".


Shia terdiam, jangankan Seungcheol, ia pun merasakan hal yang sama. Lantas bagaimana bisa Shia membantunya?. Apa yang Shia pelajari tentang hal medis belum sejauh itu, mencari apa penyebab debaran-debaran yang menyenangkan itu terjadi ketika sepasang manusia saling mencintai berdekatan.


Perlahan, ditariknya tengkuk Shia agar lebih mendekat lalu Seungcheol juga mengangkat sedikit kepala agar Shia tak terlalu membungkuk hingga bibirnya dapat menjangkau milik Shia. Jakun Seungcheol bergerak naik turun karena sang empunya meneguk sendiri saliva, dengan sangat hati-hati, memagut bibir Shia sambil mengusap lembut tengkuknya.



Keduanya merasa teramat mencinta satu sama lain, dan berjanji tak akan saling meninggalkan. Janji yang diucapkan sepasang remaja tanggung memang selalu terdengar manis bukan?.




-TBC-




Ini kisah Nayeon Seungcheol wktu di SMA ya jgn bingung...lui udh pasang judul throwback kan hehehe...double up for today, happy reading gays capt selanjutnya akan lebih menguras emosi kalo dipikiram lui...gatau lui bisa ga menumpahkannya dalam bentuk tulisan ^^

Lovers Sonata [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang