Where Is it?

3.2K 139 0
                                    

Untuk sepersekian detik, napas Gabby tercekat saat ia menyadari ada yang aneh ketika ia terbangun dari tidurnya.
     Aroma pinus. Padahal jelas-jelas kamarnya selalu beraroma lavender.
     Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar itu. Putih. Kamar itu didominasi warna putih serta beberapa ornamen coklat dan emas.
     Kamar siapa ini? Kenapa banyak bunga mawar diatas ranjang yang ia tiduri?
     Tak lama kemudian seorang lelaki berjas rapih masuk kedalam kamar itu. Wajahnya sedikit terlihat lelah, tapi tidak mengurangi parasnya sama sekali.
     Oh My God. Gabby tercekat. Bagaimana lelaki itu bisa berada dikamarnya?
     Gabby makin tidak karuan saat lelaki itu melepas dasi yang betengger di lehernya, kemudian dilanjutkan dengan membuka setelan jas hitamnya.
     Damn.
     "Saya akan mandi dulu, kalau kamu lelah kamu bisa istirahat terlebih dahulu," ucap lelaki itu sambil berjalan menuju sudut ruangan.
     "Hah?"
     Dengan tampang innocent-nya, Gabby justru menatap lelaki itu dengan pandangan 'Gila ganteng banget!!!'
     Tapi entah kenapa, lidahnya terasa kelu. Ia bahkan masih tidak dapat mencerna apa yang ia alami saat ini.
     "Kenapa?"
     "Nggak papa..." Jawab Gabby.
     Ia langsung berbalik dan bergelung kedalam selimut tebal yang sejak tadi menutupi sebagian tubuhnya.
     Diraihnya sebuah ponsel hitam yang ada di atas nakas. Ia kemudian men-scan jarinya dan yap! Ponsel itu terbuka.
     Gabby tersenyum lega. Setidaknya disituasi  yang aneh ini ia masih memiliki ponselnya.
     Namun apa yang ia temukan bukanlah sebuah titik terang atau penjelasan. Melainkan sebuah pesan-pesan absurd yang membuatnya semakin berkeringat dingin.
Selamat menempuh hidup baru! Semoga langgeng dan cepet dapet momongan!
Akhirnyaaa lo nikah juga sama cowok idaman lo woy! Jangan lupa kawin!
Ponakan tante akhirnya menikah juga... Selamat ya sayang semoga cepat dikaruniai momongan.
Akhirnya cowok idaman lo jadi juga lu santet!
      Dan ratusan pesan lainnya yang membuat Gabby menahan napas. Apa-apaan ini? Kenapa semua orang memberinya ucapan semacam ini? Dan lagi, kapan dia menikah dengan lelaki idamannya?
     Memikirkan hal itu membuat pikiran cewek itu entah kemana. Tanpa sadar, seseorang telah keluar dari kamar mandi dan sedang menatapnya.
     "Kamu kenapa?"
     "Hah?!" Cewek itu kontan terlonjak kaget saat suara bariton itu memanggilnya.
     "Saya pikir kamu sudah tidur," ucapnya sambil mengeringkan rambutnya menggunakan sebuah handuk kecil.
     Sumpah, kalau ia dalam keadaan sadar sepenuhnya, Gabby akan langsung menerjang tubuh setengah telanjang itu dan memeluknya!
     Sayangnya, kini posisinya lain. Ia yang tiba-tiba terbangun dan ada dikamar bersama big crush nya bukanlah sebuah kejadian yang normal!
     "Tunggu dulu," ucap Gabby. "Gue harus tau kenapa gue ada disini?"
     Lelaki dihadapannya mengernyit. Kemudian tersenyum, senyuman yang mampu membuat cewek itu enggan mengedipkan matanya. Kapan lagi ia bisa memandang orang yang ia sukai sedekat ini?
     "Kita baru saja menikah, saya rasa wajar kalau kamu masih sedikit terkena merriage syndrom," jawabnya tenang.
     Gabby memandangi sosok yang kini tengah berjalan kearah lemarinya. Kemudian memakai kaos hitam polos pedeknya hingga menutup tubuh atletisnya.
     Glek... Cewek itu meneguk liurnya. Demi Tuhan ia rela tidak dibangunkan bertahun-tahun kalau ini cuma mimpi. Tapi rasa nyeri diperutnya seolah membantah kalau ini adalah mimpi.
     "Ayo makan, kamu pasti lapar," ajaknya saat mendengar suara tidak sopan dari perut istrinya. Wait? Istri. Oke thats fine.
     Rumah itu cukup besar dengan dua lantai. Selain didalam kamar tadi, rupanya nuansa putih juga melekat hingga seluruh penjuru rumah.
     "Kamu duduk saja dulu, saya siapkan makan malamnya."
     Gabby mengangguk. Kemudian menarik sebuah kursi makan yang berada tak jauh dari kitchen set.
     "Keano?" Tanyanya iseng.
     "Kenapa?"
     Deg! Ternyata! Lelaki itu benar-benar Keano. Lelaki yang di dambakannya selama ini!
     "Ini, kamu suka omlet 'kan?" Tanyanya sembari menyodorkan sepiring omlet panas.
     Bukannya memakannya, Gabby justru memandang lelaki itu lekat-lekat. Kemudian menaruh kedua telapak tangannya di pipi lelaki yang notabennya telah menjadi suaminya. Oke. Menikmati mimpinya sejenak bukan masalah 'kan?
     "Lo... Beneran Keano? Gazza Keano?"
     Lelaki itu tersenyum. Kemudian mengambil kedua tangan Gabby dan menggenggamnya. "Seperti yang kamu lihat," jawabnya.
     Nyesss... Rasanya Gabby benar-benar ingin menangis dan melompat lompat sekarang. "Tapi kenapa? Ke-kenapa lo disini?"
     "Saya menikahi kamu tadi pagi kalau kamu lupa. Sekarang berhenti bertanya dan makan makanan kamu." Perintahnya kemudian beranjak dari meja makan.
     Dikunyahnya omlet itu. Ada rasanya! Kenapa semua ini terasa nyata?! Menahan kebingungan, ia memutuskan untuk makan dan meninggalkan sosok rupawan yang ada dibelakangnya.

Merriage But AvailableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang