Jealous

1.4K 86 3
                                    

Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan celana sepaha dan sweater panjang, Gabby merangkak naik ke ranjang dan memainkan ponselnya.
     Menerka-nerka apakah yang akan 'suami'nya itu lakukan padanya malam ini. Bercinta dengan laptop atau tertidur
saling membelakangi.
     Tapi sekarang hal itu tidak begitu menyita perhatiannya, yang ia pikirkan adalah rasa kesalnya pada sosok wanita sok kenal itu.
     Kenapa pula Keano bisa tertawa lepas dengan wanita lain tapi tidak dengan istrinya sendiri? Huh dasar bajingan. Maksudnya dasar ganteng!
     Ia menggeser sedikit tubuhnya saat ia merasa ranjang disebelahnya bergerak. Ia juga tidak menutup matanya seperti sebelumnya, atau mencengkeram selimut seperti orang kesurupan. Malam ini, ia lebih rileks. Konsisten dengan perasaan kesalnya.
     "Gab...?"
Bodoamat! Tanpa berniat membalas, gadis itu justru tetap fokus memainkan ponselnya. Membalas pesan-pesan dari beberapa teman dan penggemarnya. Biar bebal begini, Ia cukup konsisten menjalani karirnya sebagai penulis, sehingga ia tidak terlalu bergantung masalah finasial pada Keano.
"Gabby..."
Setan! Kenapa suaranya seberat itu ya Tuhan, kalau seperti ini, mana tahan marah lama-lama.
Tanpa diduga, Keano berbaring menghadap istrinya dan melingkarkan lengan kokohnya diatas pinggang ramping Gabby.
Rasanya seluruh napasnya terhenti di tenggorokan. Lelaki ini kenapa sih?! Selalu menggoyahkan hatinya yang rapuh!
     "Ih apaan sih lo!"
     Tahan Gabby... Jangan terpedaya setan setan yang dipanggil oleh suami tercinta untuk meluluhkanmu.
     Eh? Kenapa tiba-tiba hening. Suara Keano tidak lagi terdengar. Hanya hawa napas panasnya yang menderu ditengkuk Gabby. Serta rengkuhannya yang semakin mengerat.
     "Tadi itu..." Ucapannya sedikit tertahan. "Tadi itu siapa sih?!" Tanyanya.
     Keano tidak langsung menjawab. Hanya memajukan wajahnya agar semakin dekat dengan leher wanita yang ada dipelukannya itu. "Hm? Jadi kamu kesal dengan Sinta?" Tebak Keano.
Ya iyalah Badrolll! "Nggak! Orang nanya doang, nggak dijawab juga nggak papa," jawabnya acuh.
     Mana sudi dia dikira cemburu pada wanita antah berantah itu. Lagi pula belum tentu wanita itu bisa membuat Bola Bola Kuase. Aduh! Hehe
     "Yasudah, saya diam."
     Otak tongkol emang! Gabby makin kesal saat lelaki itu malah benar-benar tidak memberi tahunya.
     "Gab..." Ujarnya dengan suara rendah. Eh? Dia sedang menahan sesuatu kah?
     "Saya masih menunggu kamu siap."
     Shit! Gabby langsung melepas rengkuhan lengan Keano dan menghempaskannya begitu saja. "Minggir! Tangan lo berat!" Ucapnya benar-benar kesal!
     Selang berapa waktu Keano bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi. Hingga suara gemercik air membuatnya larut dalam mimpi.
•••
Pagi ini Gabby sengaja bangun lebih awal, menaati kodratnya sebagai seorang istri. Ia mati-matian menahan matanya agar tidak terlelap saat mengolah berbagai bahan makanan di dapur.
Satu persatu bahan dimasukan kedalam penggorengan hingga menghasilkan aroma sedap. Tapi aroma sedap tidak menjamin rasa sedap juga.
Saking sibuknya memasak, ia sampai tidak menyadari kalau seorang lelaki dengan jas rapih sudah menatapnya sejak tadi.
Menatap gadis berambut cepol dan sweater oversize yang membuat paha jenjangnya terekpos. Demi Tuhan, Keano tidak akan pernah membiarkan wanitanya berpergian dengan pakaian laknat semacam itu.
Ia kemudian mendekat. Mencium aroma masakan yang hampir mirip dengan kemarin. Semoga saja, rasanya lebih baik. Hehe.
"Eh?" Gabby terlonjak kaget saat Keano sudah berada di belakangnya. Kemudian entah kenapa mata liarnya justru tertuju pada dasi yang ia kenakan sedikit kurang rapih. Dengan luwes, tangannya menyentuh dasi itu dan membetulkan tata letaknya. Kemudian tersenyum, sebelum akhirnya berjijit dan menarik bahu lelaki itu. "Gue nggak bisa pasangin dasi dari depan... Besok-besok gue belajar biar bisa pakein di leher lo," ucapnya berbisik sambil sedikit terkikik.
Keano tersenyum. Tapi jauh dalam hatinya sedikit tercekat saat napas gadis itu beradu ditelinganya. Ini masih pagi, suara gemercik dipagi hari sepertinya bukanlah ide yang bagus.
     "Nahhh... Ini lebih enak sumpah deh," ujar Gabby memuji hasil masakannya sendiri. Ia tidak akan membiarkan Keano mencicipinya terlebih dahulu dan menilainya atas dasar belas kasihan.
     "Sini cobain," ia menyendokan nasi gorengnya dan menjejalkannya ke mulut Keano.
     "Gimana?" Tanyanya dengan pandangan berbinar.
     "Masakan kamu enak."
     Hmzh. Tidak ada heboh atau ucapan apapun. Dasar kanebo kering!
     "Yaudah lah lo makan nih sendiri, gue kan juga mau sarapan sendiri!"
•••
     "Saya berangkat."
     "Hm."
     Keano mengangguk dan tersenyum, kemudian beranjak menuju mobilnya.
     "Eh!" Seru Gabby sesaat sebelum Lelaki itu menjalankan mobilnya.
     "Kenapa?"
     "Hm.. Itu, nanti gue ke Century Book..." Ucapnya sedikit ragu.
     "Jadi?"
     "Hah? Jadi? Jadi ya...anu yaudah gajadi apa-apa, ngasih tau doang!" Sambil menahan malu, Gabby berlari ke dalam rumah dan menutup pintunya keras keras.
     Dih ngapain segala ngomong! Nggak pentinggg!
     Ia terus merutuki dirinya sendiri yang entah kenapa mendadak menyebalkan.
     Keano is calling...
     Nah loh?! Kenapa nelpon segala!
     "Apaan..."
     "Jangan lupa waktu."
     Hanya itu. Setelah itu panggilan dimatikan sepihak. Dasar cowok ganteng bebas!
     Ia kemudian naik keatas dan membersihkan diri. Kalau dipikir-pikir, sejak insiden menikah mendadak itu, Gabby belum pernah membersihkan rumah sama sekali. Lagipula, setiap ia terbangun, rumah ini seperti bersih secara otomatis.
     Akhirnya ia memutuskan untuk sekadar membereskan rumah. Dimulai dari kamarnya yang penuh eeeerrr..
     Ranjangnya masih berantakan. Tapi setiap ia kembali dari luar, ranjangnya akan kembali rapih. Ia jadi penasaran, tukang bersih-bersih seperti apa yang dipekerjakan oleh Keano.
     Ia menarik sprei putih itu. Kemudian menyentuhnya. Semalam... Ini hari kedua ia tertidur diranjang ini. Berdua dengan lelaki idamannya selama ini. Hal itu mau tak mau membuatnya tersenyum.

Merriage But AvailableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang