Part 6

3K 50 2
                                    

ISTRIKU TUA

PART 6 👉

Jam di dinding menunjukan pukul 11.20, aku sudah bersiap untuk berangkat kerja untuk hari perdana ini. Fani juga sudah pulang dari sekolah, dia sengaja pulang awal agar dapat mengantarku kerja.

"Mau berangkat belum, Mas?" tanya Fani.

"Ayo!" aku memasukan ponsel dan rokok ke tas kecil selepangku.

"Lhoh, kok baju seragamnya belum dipakai?" Fani menatapku.

"Nanti Mas ganti pakaian di toilet Mall saja, malu kalau dari rumah sudah pakai dinas satpamnya." Aku menunjuk kantong plastik hitam yang kusimpan di atas meja ruang tamu. "Oh ya, Dek. Jangan lupa pakai maskernya!"

Fani hanya terlihat menarik napas, kemudian kami berangkat. Memakan waktu 15 menit untuk sampai di Mall tempatku berkerja.

"Sampai sini saja, Dek. Gak usah ikutan masuk kedalam," aku menyipitkan mata melihat Fani yang sudah bersiap meninggalkan motor di parkiran.

"Oh, ya sudah. Adek pulang dulu kalau gitu, Mas yang semangat ya kerja dihari pertamanya," ujar Fani sembari mencium punggung tanganku.

Aku mengangguk saja dan kemudian masuk kedalam Mall. Aku celingukan mencari toilet untuk segera berganti pakaian kerja, maklum aku baru di kota ini. Setelah pacaran dengan Fani, aku diboyongnya ke sini. Hem, aku jadi terkenang awal perkenalan kami yang hanya lewat ponsel karena keisenganku mengacak nomor. Hingga pada akhirnya Fani yang kesepian menjadi tergila-gila padaku, sering menelpon dan mengirim pesan. Juga mengisikan pulsa. Diawali dengan saling curhat karena rumah tangganya yang tidak harmonis, lalu kuberikan dia perhatian-perhataian kecil. Karena setiap hari selalu berkomunikasi, menjadikan kami semakin akrab dan timbul benih-benih suka. Walaupun waktu itu aku sudah tahu umurnya yang sudah tua, yang kupikirkan saat itu adalah keuanganku semakin mencair semenjak berkenalan dengannya. Kenapa tidak? Pulsa 100ribu seminggu, udah gitu di kirim uang juga. Awal perkenalan yang hanya bermodalkan ponsel butut, aku menjadi bisa beli ponsel androit. Kata Fani waktu, agar bisa vidoe callan. Aku sih senang-senang saja. Pas dia meminta aku jadi pacarnya, aku 'yes' saja.

Lalu pas dia mau perjalanan dinas ke Jakarta, Fani mengajak bertemu untuk yang pertama kalinya. Hatiku bimbang juga, tapi karena uang untuk tiket pesawat pun sudah dikirim, ya sudah aku beranikan diri melakukan perjalanan dari desaku di Boyolali menuju Jakarta. Ini perjalanan pertamaku, sebab aku belum pernah melakukan perjalanan keluar dari desaku.

Hatiku dag-dig-dug ketika bertemu Fani di Bandara Soekarno-Hatta, aku sedikit segan karena dia menggunakan pakaian dinas ala PNS.

"Benarkan dia pacarku yang di ponsel?" aku membatin.

"Mas Fahmi," sapa Fani tersenyum ramah.

Aku hanya terpaku dan membiarkan saja wanita itu mencium punggung tanganku.

"Ayo, Mas, kita langsung ke hotel saja! Biar bisa istirahat, Mas pasti capek. Adek sudah pesan taxi," Fani menggandeng tanganku.

"Fahmi, ya?" sapa seorang pria baruh baya yang membuat lamunanku sirna.

Aku tergagap dan memperhatikan orang itu dengan canggung.

"Saya, Deni. Suami teman istri kamu, Fani." Pria itu mengulurkan tangan padaku.

"Oh, Bang Deni. Maaf, Bang. Tadi habis ganti pakaian," jawabku agak salah tingkah dan kemudian keluar dari toilet bersamaan dengannya.

Kami berjalan menuju bioskop citimax yang berada disebelah kanan pintu masuk.

Singkat cerita, setelah Bang Deni memperkenalkanku pada atasan dan menjelaskan cara kerja. Bang Deni langsung pamit. Aku bertugas duduk di depan meja penjaga tiket masuk bersama rekanku, Wiwit namanya. Orangnya cantik, dengan bentuk tubuh ideal serta berkulit putih mulus. Dagu runcing, lesung pipi menghiasi wajahnya kala tersenyum. Rambut lurus panjang, berbulu mata lentik dengan alis tebal tercetak indah. Dia benar-benar wanita idaman setiap pria. Aku berdecak kagum.

Istriku TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang