one

166 35 10
                                    

"Don't you ever forget your job, don't you ever let yourself to love her, just remember one thing that I've said to you"

"Yes, my sir"

***

"Selamat datang, Mrs. Palvin" sapa seorang maid yang kutebak usianya sekitar 50 keatas. "Terimakasih" jawabku. "Ah ya, perkenalkan namaku Joan, panggil saja Jo" katanya. Aku hanya mengangguk seraya tersenyum simpul.

"Mari aku antarkan ke kamar barumu" kata Joan membantuku mengangkat tasku, lalu kami menuju kamar ku yang berada di lantai dua. Kuakui, rumah ini cukup besar untuk ditinggali oleh Harry, seorang maid, satpam dan supir.

"Ini kamarmu" kata Joan. "Terimakasih, Jo" kataku seraya menyusun koper dan tas ku. Begitu juga Joan. "Mari kubantu menyusun barang-barangmu" kata Joan.

"Terimakasih atas tawarannya, Jo. Kurasa aku bisa mengatasinya sendiri" kataku. "Baiklah, jika kau memerlukan bantuanku, panggil saja" kata Joan. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu Joan keluar dari kamarku.

Aku pun merebahkan tubuhku diatas tempat tidur king size ini, perlu kau ketahui, kamar ini sangatlah luas. Kurasa kau bisa bermain futsal di sini. Tidak, tidak aku hanya bercanda. Tapi serius, kamarku sekarang besarnya 5 kali lipat dari kamarku yang dulu.

Oke cukup, aku akan beristirahat sebentar seraya menunggu Harry pulang dan segera mengerjakan tugasku sebagai asistennya. It's gonna be fun!!

***

Aku tersentak kaget saat pintu kamarku terbuka secara kasar, aku langsung duduk di tempat tidurku dan melihat seseorang yang telah membuka pintu kamarku secara kasar. Tubuhku menegang seketika saat melihat sang empu yang masuk ke dalam kamarku. Harry Styles. Dia ada di hadapanku.

"Baru hari pertama kau bekerja sudah seenaknya kau tidur" bentak Harry. Aku terkejut saat mengetahui sebuah fakta bahwa Harry adalah orang yang kasar. "M-maafkan aku, aku ketiduran" jawabku berbohong. "Ke ruanganku sekarang" katanya dingin lalu langsung meninggalkan kamarku.

Ya Tuhan, inikah seorang Harry Styles yang sesungguhnya? Aku melihat arloji yang melingkar ditanganku. PUKUL 3 PAGI? Astaga baru berapa jam aku tertidur dari jam 10 malam tadi?

Aku pun segera bergegas keluar kamarku dan langsung menuju ruangan Harry. Tunggu dulu, di mana ruangannya? Bodoh kau Barbara mengapa kau tidak bertanya tadi?

Aku pun mengelilingi rumah besar ini untuk mencari ruangan Harry. "Di sini, bodoh" aku mencari asal suara tersebut, ternyata ruangannya ada di samping dekat dapur. Huh, panggilan bodohnya membuatku sedikit kesal.

"Beberapa klien akan menelfon, aku tidak tahu kapan, yang jelas jika mereka menelfon mereka akan membahas tentang talkshows yang akan kuhadiri mengenai single terbaruku, tugasmu adalah kau hanya boleh menyetujui acara yang sudah kutulis di sini dan di sini sudah tertulis jadwalnya. Jadi kau harus menyesuaikan jadwalnya dan jadwalnya harus pas jadi waktunya tidak bentrok" jelas Harry. Aku mengangguk mengerti.

"Selama bekerja kau harus tetap berada di sampingku dan kau harus mengurus segala keperluan yang kubutuhkan. Dan ini jadwal pekerjaan mu setiap hari, mulai dari pagi sampai malam. Kau harus menghafal jadwalnya dan kau harus menghafal denah rumah ini, jangan sampai kau salah ruangan" kata Harry, lalu ia menyerahkan selembar kertas berupa jadwalku selama bekerja menjadi asistennya.

Akupun membaca jadwalnya.

•7 a.m bangun tidur
•7.05 a.m mandi dan bersiap-siap
•7.30 a.m sarapan pagi
•7.45 a.m ke ruangan Harry
•8.20 a.m bersiap menuju tempat tujuan Harry akan melakukan pekerjaannya.
•12.00 p.m makan siang
•12.20 p.m kembali bekerja
•7.00 p.m makan malam
•7.30 p.m kembali bekerja tergantung lama dan cepatnya pekerjaan Harry.
•(waktu tidak menentu) istirahat malam

Aku mengernyitkan dahiku bingung, aku ingin bertanya tetapi aku takut. "Ada yang ingin kau tanyakan?" Suara dinginnya membuatku tersentak sedikit. "Maaf, maksud dari 'bekerja' di sini apa? Maksudku kau tidak menulis secara spesifik pekerjaan apa yang harus aku lakukan" kataku.

"Kau ini tidak tahu apa itu asisten? Jelas saja arti dari bekerja itu adalah untuk mengurus segala keperluanku! Kau itu bodoh apa bagaimana?" Sentaknya membuatku meneguk ludah. "Baik, baik aku mengerti" kataku. "Kau tetap diruanganku dan kau harus menunggu telfon dari mereka" katanya, lalu ia segera keluar dari ruangannya dan menyisakan aku sendiri di sini.

"Tahu begini aku tidak mau jadi asistennya, ternyata ia sangat berbeda selama ini. Yang kutahu dia adalah orang yang lembut, dan tidak kasar seperti ini" gerutuku seraya duduk di sofanya dan menunggu telfon dari pihak talkshows yang akan didatangi Harry.

***

"Baik, terimakasih" aku menyenderkan badanku di sofa, itu adalah telfon terakhir. Aku melihat arloji ku, sudah jam 5 pagi saja. Sebenarnya aku masih mengantuk tapi aku menahan diriku untuk tidak tidur, aku takut akan bentakan Harry.

Aku kembali tersentak saat pintu dibuka secara kasar, aku menatap Harry yang masuk. "Kalau kau mau tidur, tidur saja. Jadwal talkshow ku yang pertama masih enam jam lagi. Tapi kau harus memasang alarm pada pukul 8.00" kata Harry.

"Baik, terimakasih" kataku kemudian aku keluar dari ruangannya yang sangat dingin itu. Aku pun kembali menuju kamarku untuk tidur.

***

"Selamat pagi, Mrs. Palvin" sapa Joan yang tengah menyiapkan sarapan. "Panggil saja Barbara" kataku. "Di mana Harry?" Tanyaku. "Sebentar lagi dia akan ke sini, tadi aku baru membangunkannya" kata Joan. Aku hanya mengangguk singkat.

Ehm sebenarnya aku ingin memakan sarapan yang sudah tersaji di depanku ini, tetapi tidak sopan kan jika sang tuan rumah belum berada di meja makan?

5 menit kemudian Harry keluar dengan setelan lengkapnya. Kuakui, ia sangat tampan dengan balutan jas hitam itu, tetapi wajah tampannya itu hanya dari luar, dari dalam ia orang yang sangat arogan.

"Silahkan, Tuan Harry" kata Joan. "Mengapa kau belum makan?" Suara dingin Harry mulai terdengar ditelingaku. "Tidak sopan jika aku tidak menunggu sang tuan rumah" jawabku. "Bagus" gumamnya. Lalu ia mulai memakan sarapannya, begitu juga aku.

"Joan, jika Louis datang kemari, tolong kau berikan map biru padanya, map itu ada diruanganku" kata Harry. "Baik, Tuan" kata Joan. "Kita berangkat" kata Harry. "Kau bawakkan semua barang ini" kata Harry seraya memberiku semua barangnya.

Yaampun dia gila atau bagaimana? Mana bisa aku membawa ini semua? Mulai dari bajunya, jasnya, celana, sepatu, tas, dan lain lain. "Bisa tidak membawanya?" Bentaknya. "Bisa" jawabku. Aku pun segera bergegas menuju mobil Range Rovers nya dan meletakkan semua pakaiannya.

***

"Aku ada tiga talkshows hari ini, kau ambil saja mapnya di rumah. Yasudah kita bertemu saat dinner" kata Harry, lalu ia meletakkan ponselnya. Aku yakin itu pasti Louis yang ia katakan tadi. Aku jadi penasaran dengan Louis.

Tak lama mobil pun berhenti tanda kami sudah sampai. "Kau bawakkan semua barangku ke ruang ganti" kata Harry. Aku pun segera mengambil semua barangnya dan langsung masuk ke dalam tempat Harry akan melakukan talkshows. Aku baru pertama kali berada di kantor Late Late Show with James Corden, wow.

Aku bertanya pada staff di sana di mana ruang ganti berada, ia langsung menuntunku ke sana. Untung tidak jauh dari sini. "Terimakasih" kataku. Staff itu hanya mengangguk seraya tersenyum.

Saat aku masuk ke dalam ruangan ganti, aku melihat seorang lelaki yang sangat familiar. Padahal aku hanya melihat punggungnya. Aku pun meletakkan barang-barang Harry. Aku sangat sangat terkejut saat lelaki itu membalikkan badannya. Oh tidak, Niall Horan, mantan kekasihku.

Tbc
Oke oke jd konflik blm ada ya gais
Ini masih menunjukkan sifat harry yang arogan, egois, kasar, dan pemarah. Akan ada sifat harry yg gk diketahui orang, dan nantinya akan diketahui barbara. Ok cukup spoilernya, jgn lupa vomments yaa ehe biar aku semangat lanjutinnya♥️♥️❣️

3 A.M ✖️ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang