"Satu bulan lagi aku akan merilis album baruku. Tugasmu besok adalah menunggu ku recording di studio. Aku harus menyelesaikan rekaman sembilan lagu lagi, kau mengerti?" Aku mengangguk. Untung Harry tidak marah padaku karna aku menguping pembicaraannya dengan orang yang tak kukenal itu. Aku beralasan hanya lewat dan tidak mendengar percakapan mereka. Untungnya dia percaya.
Hari ini ia free, tidak ada acara apapun. Tetapi hari ini ia ingin hang out dengan teman-temannya. Aku diajak? Tentu tidak, mana mau dia mengajakku.
Aku duduk di sofa ruang keluarga. Aku menonton televisi di sana. Aku melihat talkshow yang Harry isi kemarin. Aku pun menontonnya. Ah, dia masih seperti yang sebelumnya aku kenal. Ramah, ceria, selalu tersenyum. Berbanding terbalik dengan dunia nyata.
"Hei Barbz mengapa kau senyum-senyum sendiri melihat Tuan Harry di layar televisi?" Suara Joan mengejutkan. "Ya kau tau, saat kau melihat idolamu di televisi" kataku. "Tapi kau melihatnya setiap hari" kata Joan.
"Ya, benar. Tapi itu berbeda, kau tau sifatnya sangat berbeda di layar televisi dengan dunia nyata" kataku. Dia terkekeh sebentar. "Ya kau benar. Aku sudah biasa menghadapinya" kata Joan.
"Kau ingin makan? Aku memasak pancake" kata Joan. "Uhm oke" kataku. Lalu kami berjalan menuju ruang makan. Joan menyuguhkan sepiring pancake dengan ice cream vanilla diatasnya. Jangan lupakan maple syrup nya.
Saat sedang menyantap pancake buatan Joan, tiba-tiba ponselku berdering. Aku pun langsung mengangkat telfonnya.
"Barbara? Kau Barbara, kan?"
"Ya aku Barbara, dengan siapa aku berbicara?"
"Ahh, kau tidak mengenali suaraku ya? Aku Niall" dengan spontan aku menjauhkan ponselku dan menatap nomor telepon yang tidak ada namanya itu. Bagaimana bisa dia mendapat nomor teleponku?
"Apa kau keberatan jika aku menyimpan nomormu? Aku meminta nomormu pada Alice. Tidak apa, kan?"
"Y-ya, that's okay, Ni"
"Kau di mana sekarang? Apa kau sedang sibuk?"
"Aku berada di rumah Harry. Hari ini dia off"
"Ah begitu. Eum, kau mau berjalan-jalan?"
Hening.
"Tidak apa jika kau tidak mau, aku—"
"Tentu saja. Jemput aku di rumah Harry. Akan ku kirim alamatnya padamu"
"Baiklah, see you Barbie!"
Hatiku sedikit terhenyak karena dia menyebutku Barbie. Dulu dia memanggilku Barbie, dia sangat jarang memanggil namaku. Aku jadi teringat masa laluku dengannya.Aku pun menggerakkan jariku untuk mengetikkan alamat rumah Harry. Ah tidak lupa setelah itu aku menyimpan nomornya. Setelah pesanku terkirim, tidak sampai semenit Niall langsung membalasnya.
From : Niall H.
Ok, I'm on my way and I'll be there in 15 minutes. See yaaa! x
Aku tidak berniat untuk membalasnya. Setelah menghabiskan pancake ku aku segera memasuki kamarku untuk berganti baju dan bersiap-siap.
***
"Jadii, apa Harry tidak marah jika aku membawa asistennya ini?" Tanya Niall dengan meletakkan nada candaan di dalamnya. Saat ini kami sedang berada di Nando's.
"Entahlah, kurasa tidak apa. Apa pedulinya" balasku dengan tawa hambar. Niall langsung merubah raut wajahnya mendengar jawabanku.
"Apa yang terjadi?" Aku menatap Niall bingung. "Kau mengerti maksudku, Barbie. Apa yang telah ia lakukan padamu?"
"Apa yang telah ia lakukan padaku? Tidak ada?" Balasku yang terdengar seperti bertanya.
"Apa ia kasar padamu?" Aku menatap Niall tepat di manik biru matanya. Ah, aku suka sekali menatapnya.
"Tidak, Niall. Dia tidak melakukan apapun padaku, apalagi kasar denganku" maafkan aku Niall aku harus berbohong. Aku tidak ingin memberitahu siapapun bahwa Harry sering membentakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 A.M ✖️ h.s
Fiksi Penggemar"Don't let him take your heart away" "Stay away from him" "He never treats me like a human" "He's a bastard" "But I realised" "That I love him" "And I realised" "That he becomes a devil after 3 a.m" Copyright © 2020 by zarxmalik