🍓1🍓

76 15 2
                                    

Kuhirup udara sebanyak yang aku bisa dan menghembuskannya perlahan. Baiklah, aku siap memulai hari ini.

Aku berjalan kaki meninggalkan rumah kecilku berniat mengunjungi suatu tempat yang hampir setiap hari aku datangi.

Rumahku dekat dengan pusat kota, cukup berjalan selama 5 menit dan kau akan disiguhkan dengan pemandangan gedung-gedung yang menjulang tinggi.

Langkahku terhenti sejenak saat seseorang membagikan sebuah brosur.

"Halo kak, silahkan mampir ke toko kami." Sambil menyodorkan brosur ditangannya kepadaku dengan antusias.

"Terima kasih." Aku menerima brosur tersebut seraya tersenyum singkat. Cafe baru ya? Sepertinya menarik. Kupikir aku masih memiliki waktu beberapa jam lagi. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengnjunginya sejenak.

Begitu aku masuk, penciuman ku langsung membaui aroma kopi yang cukup menyengat. Aku menyukainya, menurutku ini menenangkan.

"Selamat datang di Cafe Omotesando. Silahkan pilih tempat yang anda inginkan." Ucapnya ramah.

Aku mengedarkan pandangan mencari tempat yang terlihat nyaman. Netraku menangkap sebuah panggung kecil dengan beberapa alat musik disana. Sepertinya akan ada pertunjukan. Mungkin akan seru jika aku mengambil tempat duduk didekat panggung kecil itu.

"Apa akan ada pertunjukan hari ini?" Tanyaku memastikan.

"Anda datang disaat yang tepat! Sekitar 5 menit lagi akan ada yang mengisi panggung itu."

"Kalau begitu, aku akan duduk disana." Aku menunjuk bangku tepat didepan panggung kecil.

"Mari, saya antar.."

Cocok. Tempat ini sangat nyaman. Pemandangan dari sini pun tidak membosankan.

"Ini menunya, apa ada yang ingin anda pesan?" Tanya si pelayan sambil mengeluarkan sebuah catatan kecil dan pulpen.

"Umm.. aku pesan caramel latte dan cheesecake saja." Ujarku.

"Baik, silahkan ditunggu." Pelayan tersebut membungkuk ramah lalu pergi.

Sambil menunggu pesanan dan pertunjukan, aku memutuskan untuk membuka laptopku, memeriksa tugas kuliahku yang harus dikumpulkan sore ini.

Tak lama pesananku datang bersamaan dengan seorang lelaki yang menaiki panggung sambil membawa gitar.

"Selamat menikmati." Ucap si pelayan.

"Terima kasih." Balasku singkat lalu kualihkan kembali perhatianku ke panggung. Sepertinya ia akan tampil.

"Test.. test.." Terdengar suara dari speaker ditepi panggung. Pria berbadan cukup tinggi tengah menyiapkan posisi nyamannya didepan sana.

"Selamat pagi semuanya. Semoga anda terhibur dengan penampilan saya." Tanpa memperkenalkan diri dan lagu yang akan dibawakan, pria tersebut langsung memetik gitarnya.

Alunan musik pun mulai terdengar. Rupanya ia menyanyikan lagu Heroine dari back number.

Tak terasa sudah hampir 30 menit aku berada disana. Begitu tersadar, aku pun bergegas meninggalkan cafe dan tak lupa membayar tagihanku.

***


Yap! Gedung kesenian adalah tempat yang ingin aku tuju hari ini. Bisa dibilang, aku salah satu seniman ditempat ini. Tapi tolong jangan bayangkan Da Vinchi atau Pablo Picaso. Levelku jelas masih terlampau jauh dibawah mereka.

Sebenarnya aku membuat lukisan hanya untuk mengisi waktu luang saja, namun ternyata dengan senang hati mereka mau membayar hasil karyaku.

Karena tempat ini bertajuk "Kesenian" maka banyak hal yang bisa kau temui digedung ini. Tidak hanya lukisan, di gedung kesenian ini juga terdapat alat musik tradisonal maupun modern. Kalau sedang tidak ramai, biasanya aku bermain piano.

Aku segera menuju ruang Yukisaki, tempat khusus dimana karya-karyaku dipajang. Pengelola gedung ini kebetulan kenalanku dan dia dengan mudahnya memberikan ruangan khusus ini untukku. Berlebihan memang, untuk seorang amatir sepertiku. Ditambah lagi, baru ada 7 lukisan diruangan ini. Yukisaki sendiri diambil dari namaku. Yukino Sasaki.

Sebisa mungkin aku merapihkan ruanganku, walaupun sebenarnya sudah terlihat rapih karena setiap hari ada petugas yang membersihkannya.

Sekitar sepuluh menit aku berbenah, sebatas memindahkan barang-barang, memilahnya, lalu membuang yang sudah tidak terpakai.

"Kau baru datang?" Kualihkan pandanganku menuju sumber suara. Rupanya Aina, pengelola gedung kesenian yang tadi aku bicarakan.

"Sepuluh menit yang lalu mungkin. Ada apa?" Aku meletakkan satu papan kanvas yang baru saja aku buka bungkusnya. Ah, aku bahkan lupa memberi tahu alasan aku datang ke gedung kesenian hari ini.

"Karya terbaru?" Tanya Aina sambil melirik kanvas yang kuletakkan di meja.

"Begitulah.. sepertinya sudah cukup lama aku tidak mengisi ruangan ini." Memang kalau dipikir-pikir sudah hampir tiga bulan aku tidak membuat karya baru. Biasanya aku membuatnya sebulan sekali atau paling tidak dua bulan sekali.

"Nanti aku bilang pada Hikari untuk memasangnya. Sekarang, ayo ikut aku." Segera aku mengekorinya dengan beberapa pertanyaan dibenakku namun memilih tak kugubris. Toh nanti juga akan tau.

***

Aina menghentikan langkahnya, membuatku ikut menghentikan langkahku.

"Pria ini terus meminta agar diizinkan bergabung disini. Aku sedikit kesulitan untuk memutuskan, dan kurasa kau bisa membantuku, Yu." Kulihat didepan kami ada seorang pria yang tengah duduk di tangga, membelakangi kami.

Aku berpikir sejak, kenapa Aina meminta pendapatku? Bukankah dia yang paling berhak untuk memutuskan?

"Hei, kau yang duduk ditangga." Panggil Aina.

Mendengar suara Aina, pria tersebut berbalik kearah kami dan memperlihatkan wajahnya.

"Tunggu!" Kataku tiba-tiba. Sentak mereka mengalihkan perhatiannya padaku.

"Aku seperti mengenal wajahmu.." Kuamati lagi wajahnya yang benar-benar tidak asing bagiku.[]



Halo~
Gimana part 1 nya? Maaf ya kalo jauh dari kata bagus.. ini debut pertama aku di wattpad hihi

Kenapa aku tulis 'Versi 1.1 Hayato cast' di sinopsis? Karena Versi 1.0 nya Mizuki cast. Tapi dianya keburu grad :(

Ngga banyak yang aku revisi. Paling nama cast nya aja yang aku ubah.

Makasih buat yang sudah mau mampir..

Slow update!

See yaa🍓

05.06.2020

Paint My Heart (On hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang