.
.
.
"Kau gila ya?" Haechan menatap pemuda didepannya ini dengan tatapan mencemooh.
"Aniyeo, aku tidak gila. Kau memang mamaku dan aku anakmu."sudut bibirnya berkedut menahan senyum lantaran ekspresi Haechan yang sangat menghibur menurutnya.
Haechan berdeham kemudian menampilkan senyum manisnya. "Kau ada masalah? Apa kau butuh teman bicara? Dimana orang tuamu? Ah... kau pasti lapar, benarkan? Atau kau mabuk? Sehingga kau berbicara ngawur seperti ini."
Pemuda itu menghela nafas kemudian bersedekap dada. "Tidak ada yang benar dari semua pertanyaanmu ma, orang tua ku? Kau adalah mamaku dan papa..."
"Kau ini bicara apa sih? Sebentar, kepalaku mendadak pening."Haechan memijit keningnya. "Chogiyo, kurasa kau mabuk atau berhalusinasi saat ini. Lebih baik kau pulang sekarang juga, atau kau ingin meminjam ponselku untuk menghubungi keluargamu? Atau kau sedang menjahiliku ya?"Haechan memberi tatapan sinis.
"Su..."
"Hey! Siapapun itu, kalian sudah berhasil menjahilku ok. Keluarlah dan selesaikan liputan kalian karena aku ingin pulang." Haechan berteriak kemudian menoleh kesana-kemari sembari melambaikan tangannya.
"Dengarkan aku."Pemuda tersebut berujar datar.
Haechan terdiam seketika dan menelan ludahnya gugup. Ia khawatir jika pemuda didepannya ini tidak waras atau mungkin saja pemuda jangkung ini adalah seorang kriminal yang akan merampoknya atau lebih parah ia akan diculik saat ini. Haechan menggelengkan kepalanya cepat mengusir prediksi-prediksi menakutkannya.
"Oh! Apa itu?"Tiba-tiba Haechan memekik dengan telunjuknya menunjuk sesuatu didepannya. Setelah melihat pemuda tersebut menoleh kebelakang, Haechan berniat lari saat itu juga jika saja seseorang tidak menarik kerah hodienya kuat sehingga membuatnya nyaris tercekik dan batuk.
"Yak!"Haechan menatap jengkel pada pemuda tak waras dihadapannya ini kemudian menyentak tangan itu kasar dari kerahnya. Berdecak kasar dan bertolak pinggang. "Jika kau hanya ingin berguyon denganku, hentikan saat ini juga. Ini tidak lucu kau tahu? Kau benar-benar pembual. Aku ini masih muda dan juga seorang laki-laki, bagaimana mung..."
Grep
Tak tahan mendengar ocehan nyaring Haechan, ia pun segera menarik tubuh sintal Haechan kedalam pelukannya. Haechan tentu saja mencoba memberontak namun entah kenapa jantungnya menjadi berpacu cepat saat ini.
"Maafkan aku, aku pasti sudah mengagetkanmu. Tolong dengarkan aku dan jangan memotong perkataanku. Tapi, tak bisakah kita berbicara dirumah dan setidaknya beri aku makanan karna aku merasa sangat lapar dan haus saat ini."Pemuda itu semakin mengeratkan pelukannya.
.
.
.
Haechan termangu melihat pemuda tak waras didepannya tengah sibuk melahap nasi goreng kimchi yang dibuatnya barusan karena hyungnya tidak sempat memasak dan lagipula bibi Kim sedang sakit saat ini jadi mau tidak mau Haechan harus memasak sendiri. Ia pun menyodorkan segelas air.
"Pelan-pelan saja, tidak akan ada yang mengambil makananmu bocah."
"Jisung."
"Huh?"
"Namaku Jisung."Menelan makanannya.
"Ah geurae, jadi Jisung-shi silakan habiskan makananmu setelah itu kau harus menjelaskan semuanya jika tidak aku akan mengusirmu arraseo."Haechan mempersilakan Jisung untuk menghabiskan makanannya terlebih dahulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MAZE ( MarkHyuck/Nohyuck/Jaehyuck)
FanficHaechan si berandal kecil dan biang onar terkenal di sekolahnya merasa hidupnya menjadi jungkir balik saat dirinya terlibat cinta segi empat dengan empat pria tampan yang ia temui dalam hidupnya. Hidupnya makin runyam ketika tiba- tiba saja seorang...