#3

1 1 0
                                    




Selain jam kosong, ada satu lagi yang menjadi kebahagiaan siswa-siswi seantero sekolah. Apalagi kalau bukan tidak adanya upacara pagi di hari Senin. Suatu kebahagiaan karena anak-anak tidak diharuskan pergi ke sekolah sepagi mungkin untuk menghindari hukuman dari Pak Tarno. Tidak ada razia pagi-pagi mengenai seragam sekolah, atribut upacara dan rambut yang mulai memanjang. Dan juga tidak ada ceramah yang membosankan dari Pak Kemal.

Pagi ini Alea sudah duduk manis di kursi kebangsaannya di kelas, ketika Kaila datang dan ikut duduk di samping Alea yang sudah fokus pada game perang-perangan di ponselnya. Bukan Alea kalau tidak menghabiskan waktunya dengan bermain game. "Lo berangkat pagi-pagi cuma buat main game doang?" tanya Kaila yang juga mengeluarkan ponselnya dari saku.

"Abis latihan tadi. Trus udahan cepet," jawab Alea datar. Tatapannya masih tertuju pada layar ponselnya, ketika suara tembakan terdengar begitu keras dari ponselnya, disusul suara teriakan dari Alea. "Susu pesenan gue mana?" tanya Alea ketika melihat Kaila sudah duduk manis sembari bermain ponselnya.

"eh iya, gue lupa. Lo beli sendiri deh di koperasi," jawab Kaila tanpa mengalihkan tatapannya. Alea sendiri menyapukan tatapannya ke penjuru kelas dan mencari sosok Bayu, Jefri, Panjul ataupun Bowo. Tapi tidak satupun dari keempatnya yang sudah berangkat. Alea pun mencoba menghubungi Bowo untuk titip membeli susu, ketika suara Kaila di sebelahnya membuatnya terlonjak kaget. "Ey, kenapa lo?" tanya Alea dengan tatapan terkejut.

Kaila menatap Alea dengan bibir melengkung kebawah, dan tatapan yang sayu. Khawatir terjadi sesuatu dengan Kaila, Alea pun mencoba mengusap punggung Kaila, ketika tiba-tiba saja cewek itu berkata, "Akhirnya akun instagram gue di accept sama Bara. Lemes banget badan gue." Mendengar jawaban Kaila, Alea pun mencengkeram leher belakang Kaila dan membuatnya berteriak geli. "Geli, bego!" teriaknya pada Alea.

"Ya lagian gue kira lo kenapa-napa, taunya cuma gara-gara siapa tadi? Bara? Bara siapa pula," gerutu Alea kesal.

"Tuh kan. Makanya kalo punya grup itu digunakan sebagaimana mestinya. Jangan cuma di mute doang. Kalo ada yang butuh bantuan trus lo nggak liat gimana? Keburu mati yang minta tolong," omel Kaila yang dibalas cibiran oleh Alea. Tak berselang lama, Kaila menjulurkan ponselnya kearah Alea. "Itu yang namanya Bara. Bara Pradipta. Anak baru di kelas sebelah," kata Kaila menunjukkan sebuah foto pada Alea.

Alea menyipitkan kedua matanya melihat foto seorang cowok yang ditunjukkan Kaila padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alea menyipitkan kedua matanya melihat foto seorang cowok yang ditunjukkan Kaila padanya. Ia merasa begitu familiar dengan wajahnya, dan mencoba mengingat dimana Alea pernah bertemu dengan cowok itu. "Gimana? Ganteng kan? Gue bilang juga apa. Awas aja kalo lo ikutan naksir," ancam Kaila yang menatap Alea membisu. Menatap foto itu lebih lama dari yang dia kira. "Eh udah, jangan ngeliatin mulu. Ntar beneran naksir lo."

"Bentar deh. Gue kayaknya pernah ketemu deh sama siapa? Bara?" tanya Alea menatap Kaila ketika ponsel milik cewek itu berhasil diambil kembali. Kaila menatap kembali foto Bara, dan ikut mengerutkan dahinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntouchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang