Detingan garpu-sendok di ruangan itu. Suasana hening dengan dua orang saling berhadapan tanpa ada percakapan dari keduanya. Pria dengan surai hitam terdiam, menatap namja yang masih menundukkan kepala setelah acara makan yang berlangsung dingin. Suasana canggung dan menyedihkan hinggap diantara keduanya, perasaan bersalah menyelimuti. Namjoon. Kim Namjoon, menatap orang itu. Seseorang yang dulu pernah mengisi hati dengan tatapan yang sulit diartikan. Pria itu menghela nafas berat memutus memulainya.
"Jadi.."
Masih diam
"..."
"Aku akan menikah minggu depan. Kuharap kau datang." Ucap namjoon menyerahkan undangan berwarna putih gading diatas meja. Namja itu perlahan mengambil -membaca apa yang tertera diatas kertas tersebut.
"..."
"Setelah menikah, aku dan calon istriku akan tinggal di london. Mengambil alih perusahaan yang ada disana."
Pria itu masih terdiam dengan posisi yang sama. Tangannya yang terkepal dibawah meja menahan sesuatu yang dirasakan, tanpa bisa membantah. Ia menatap , tersenyum dan berkata.
"Selamat, aku pasti akan datang untuk mendukungmu." Masih dengan senyum yang sama yang pernah ia tampilkan dihadapan pria itu, berusaha menutupi keadaannya. Dan Namjoon tau apa yang diucap adalah kebalikanya. Karena dia tau perasaan namja itu dan dirinya masih terhubung meski keduanya menutupi dengan dinding tak kasat mata.
"Ya, terimakasih." Hanya kata itu yang mampu ia ucapkan ,meski hatinya ingin bersamanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
#TbcDitunggu..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last (Namjin)
Fanfictionspesial Namjin shipper boyxboy penasaran?, langsung baca kak.