Part 1

1.3K 69 0
                                    

5 Tahun Kemudian

     Matahari muncul dengan sinarnya. Ciutan burung dan deruan angin menjadi kesan pertama dipagi ini. Raut wajah yang dingin sudah ada lima tahun yang lalu, tanpa beban dia sudah terbiasa. Namja dengan surai ungu menatap semuanya. Kehidupannya, khayalan dan angan  yang tersimpan lama. Keinginan nya sudah hilang, hidupnya hanyalah formalitas semata, yang harus dijalani. Tanpa ada emosi.

Tubuh kurus dibalut sweeter kebesaran membuat nya terlihat imut, meski raut yang ditampilkan tetap datar. Langkahnya yang menawan memperlihatkan kaki jenjang, yang bisa membuat kaum hawa yang melihatnya berdecak kagum dan iri di saat yang bersamaan. Menggapai handuk, menggapai pintu lain, mengakhiri kegiatan bangun paginya.

.
.
.
.
.

"Bagaimana? Kau akan datangkan?."

".."

"Ayolah Jinnie, kau sudah beberapa kali tidak datang ke acara reuni ini." Ucap Haesok dengan wajah idiotnya, merayu sosok malaikat yang masih tak mengindahkan permintaan nya. Seakan otaknya tak habis dengan ide busuk yang terlempar sia-sia. Tak menyerah. Tapi pasti, Jung Haesok namja kelebihan cairan ion mendekat, menatap wajah namja yang masih berkutat dengan acara ketik - mengetik dibenda kotak yang ajaibnya bisa dibuka seolah telah dibelah (laptop), didepannya penuh minat. Seokjin yang masih berkutat akibat dikejar deadline untuk penerbitan buku barunya, menyerngit ketika tidak mendengar ciutan dari manusia aneh yang telah mengganggu nya dua puluh menit yang lalu. Menoleh, terkejut, menahan amarah dan berteriak dihadapan namja seangkatannya.

"Jung Haesok!, dimana matamu hah?!, kau ingin aku mencongkelnya?!." Teriak seokjin kesal dan hanya dibalas kehkehan namja idiot itu. Merasa lelah dengan tingkah temanya, seokjin menghela nafas.

"Baiklah, tapi aku tidak janji aku akan menikmati acara konyol itu." Putus Seokjin pasrah.

"Hoooorree.. yang penting kau datang .. aku sudah senang Jinnie-ku yang manis." Ucap Haesok dibarengi cubitan maut  dikedua pipi namja mungil didepannya.

"Adaw, sakit bodoh!. Pipiku yang malang.."

"Kau tetap cantik dengan pipi bapaumu itu Jinnie ~."

"Aku tidak cantik, aku tampan tau. "

"Ya, ... kau tampan, tapi cantik dihatiku."

"Yakk...! Aish.."

.
.
.
.
.


     Indah. Satu kata, namun cukup mendalam dihatinya. Langit yang dipulas biru dengan taburan benda berkelap-kelip menghiasi malam. Surai abu berantakan, dengan mata yang tersembunyi dibalik benda bernama  kaca mata. Hidung bangir dihiasi lesung pipit dikedua pipinya, tak lupa tiga kancing yang lepas dari lubang kemeja memperlihatkan dada bidang yang menambah kesan cool, liar dan sexy. Namja dengan perwakan tegap, berdiri memandang langit dibalik kaca yang menjadi penghalang. Pikiran nya yang entah kemana, membuat nya sesekali memijit pangkal hidungnya. Ditengah keheningan yang melanda, sebuah notifikasi mengalihkannya dengan isi pesan yang membuat namja itu tersenyum tipis.




"Ahh.., aku jadi merindukannya.."







#Tbc.
😄🙏

The Last (Namjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang