Berisik, sangat berisik. Penuh, lautan manusia. Pusing, cahaya ruangan itu yang membuatnya. Bau yang menguar, alcohol menjadi dominant nya. Jingkrakan orang diingiringi musik adalah pemandangan awal ketika masuk. Kim Seokjin melangkah masuk,menghiraukan tatapan orang-orang yang ada disana. Kaos putih, dilapisi jaket hitam dan jeans hitam dengan tas punggung yang terkait dikedua bahuanya. Surai ungu, sungguh luar biasa. Wajah tanpa celah , dibalik remangnya suasana.
Seokjin menatap sekitarnya, menemukan makhluk aneh yang melambaikan tangan kearahnya. Dengan gerutukan kecil yang keluar dari bibir indahnya dan hentakan kaki, Seokjin bejalan kearah sahabat menyebalkannya. Jung Haesok yang melihat tingkah namja imut yang baru duduk disampingnya itu terkehkeh pelan, dibarengi tangan yang mengusap lembut surai namja manis itu.
"Kau..! Dasar makhluk aneh menyebalkannya!."
"Astaga jinnie , aku ini tampan. Bukan makhluk aneh menyebalkan seperti yang kau sebut tadi." Ucap Haesok dengan senyum konyolnya yang membuat namja manis itu ingin menampol wajah idiot sahabatnya dengan teplon kesayangannya yang ada di rumah.
Seokjin mengerucutkan bibirnya kesal, sangat kesal. Sampai membuat namja di sebelahnya tak tahan ingin mencubit kedua pipi bapaunya.
"Aww, sakit baka!" Teriak Seokjin ketika merasakan tarikan di kedua pipinya
Jung Haesok terkehkeh ketika mendengarnya. Membuat namja di sampingnya sebal luar biasa.
Seokjin menatap sekeliling, menyerngit "kemana yang lain?"
"Mereka tidak datang." Ucap haesok kembali meminum wine di depannya.
Seokjin menatap bingung."kenapa? Bukankah ini acara reuni? Kenapa tidak datang?"
"Entahlah." Jawab Haesok Santai.
Seokjin yang merasa ada yang yang janggal, perlahan menatap namja disampingnya dengan tajam membuat namja pecinta dancer itu meneguk ludah kasar.
"J-jujur aku tidak tau. . Jadi, bisakah kau tidak menatapku seperti itu ? Itu sangat menyeramkan tau.."
Seokjin mengerling malas melihat tingkah sahabat anehnya. Menghela nafas berat. " kalau gitu, aku pergi." Ucapnya bangkit dari duduknya.
"Tunggu!"
Sreeettt
Haesok menatapnya, makhluk dengan pesona yang membuat hatinya bergemuruh. Entah apa.... tapi yang pasti , ia sangat menyukai hal itu. Mata indah, bibir seperti kelopak bunga mawar dengan warna alami yang menarik perhatiannya. Tangan halus, dengan jari lentik di genggamannya membuat dirinya tak ingin namja itu pergi. Denga persaan gugup yang tak sadar telah menyelimuti nya saat ini, jung Haesok sekali lagi tak bisa melepaskan pandangan yang membuatnya melupakan segalanya.
Masih dengan posisi yang sama, namja berambut coklat mahoni tersebut melanjutkan perkataannya."Seokjin emm...maksudku Jin , bisakah kau menemaniku? Maafkan aku... aku tau kau marah karena menipumu dengan alasan reuni ini. Sungguh aku tidak bermaksud lain. Aku... aku hanya..."
"..."
".."
"..."
"Hanya apa jung haesok?" Tanya namja manis keoada namja yang masih memegang lengannya tanpa ada niatan untuk melepaskannya.
'Terlalu bingung dengan perasaan ini, hingga tanpa sadar aku mulai menyadari bahwa aku menyukaimu.'
Ingin sekali namja pecinta dencer itu mengatakan sebait kalimat yang membuatnya frustasi memikirkannya selama setahun ini. Ya... dia menyukainya, ah tidak lebih tepat mencintai namja surai ungu yang telah menjadi sahabatnya selama dua tahun ini. Entah sejak kapan perasaan itu muncul, Tapi yang pasti itu karena kebersamaan mereka dan pertemuan awal hubungan itu terjadi. Jung Haesok tak mengerti, dalam hidupnya ia tak pernah mengenal kata cinta. Yang ia tau cinta itu hanya ada untuk keluarganya, orang tuanya, adiknya, dan sepupunya yang telah ia anggap sebagai adik kandungnya. Cinta Keluarga. Bukan cinta yang ada di film-film romansa yang sering di tonton adik sablengnya itu. Haesok tak mengerti, setelah sekian kali ia menolak pernyataan cinta dari orang yang menyukainya, mengabaikannya tanpa melirik sedikitpun ia tak merasan apa-apa. Tapi ketika sosok itu datang tanpa disengaja, dengan pertemuan yang menurutnya sedikit memukau di matanya, yang membuatnya tersenyum tanpa ia sadari ketika mengingat kembali kenangan itu. Kilasan dimana dirinya bertemu pujaan hatinya, manis dan cantik. Halte bus, adalah kenangan yang tak akan ia lupakan. Cinta pertama yang berjung pada persahabatan seolah terhubung dengan takdir yang membuatnya mengerti arti kata cinta yang sering di serukan oleh adiknya, setelah menonton drakor yang membuat yeonja sengklek + SAbleng itu menangis meraung karena sang tokoh utama dalam cerita tersebut tak bisa bersatu dengan pujaan hatinya setelah 10 tahun ia memendam perasaan itu. Haesok kini mengerti, perasaannya pada namja yang berstatus sebagai sahabatnya adalah nyata. Ini bukan ketertarikan semata atau rasa penasaran yang sering hinggap di sebagian orang yang merasakannya. Ia tau, cintanya lepada kim Seokjin adalah sebuah anugrah dan keberuntungan yang paling berharga untuknya. Namun di balik itu semua, dirinya masih takut untuk mengatakan semuanya. Perasaan, dan fakta yang ia ketahuai tentang namja itu. Seberapa besar cinta yang ia berikan, dirinya tau, seberapa sulit untuk masuk kedalam hati yang tertutup itu. Hanya satu kalimat yang ia pegang dan ia jadikan sandaran sampai sekarang, dengan seribu makna ia tuangkan didalamnya begitupun hati dan perasaan yang masih berharap.
"Aku hanya khawatir padamu Jinnie. Kau tau, kau kan sudah sebulan ini tak pernah jalan-jalan keluar. Sebagai sahabatmu, aku hanya ingin mengajakmu refleshing untuk menghilangkan penatmu karena novel sialan itu. Gara-gara dia kau jadi jarang berkunjung ke kedai. Kau tau, bibi pemilik kedai yang sering kita kunjungi itu terus saja menanyakan mu selama dua minggu ini. Dia sangat khawatir dengan keadaanmu, apalagi aku sebagai sahabatmu. Jadi. Jinnie... maafkan aku . Aku tau aku salah karena telah membohongimu. Tapi aku melakukan ini untuk mengurangi bebanmu karena mengerjakan novel sialan itu ." Ucap Haesok panjang lebar, menatap namja bermarga kim itu dengan perasaan bersalah.
Mengerti maksud dari ucapan sahabatnya, Kim seokjin kembali duduk.
"Ya, aku mengerti. Aku memaafkan mu untuk itu dan maaf atas kesibukanku sebulan ini, tapi... bisakah kau tidak menyebut pekerjaan yang sedang kukerjakan itu sebagai novel sialan?! Dasar kuda menyebalkan!! Seenaknya saja menyebut karya seni seperti itu.!"
"E-eh j-jinie , aku tidak bermaksud.... sungguh aku hanya terlalu terbawa suasana." Ucap haesok memberi gestur dengan menggoyangkan tangannya didepan namja manis itu seolah dirinya tak sengaja melakukannya.
"Ok, kali ini aku memaafkanmu Jung (bangkit lagi) Ayo.."
"Ya..?" Tanya haesok dengan tampang bodohnya.
"Ayo kita pergi, aku kangen dengan masakannya bodoh! Bukankah kau bilang baasan selalu menanyakanku?." Balas Seokjin dengan nada tajam, meskipun Haesok menangkap sedikit rengekan di tengah kalimat tersebut. Tersenyum, menyusul namja yang mendahuluinya itu. Jung haesok menatap pungguh ringkih namja itu.
"Ya, " ucapnya dibalik dengungan musik khas bar.
'Sebagai sahabat aku akan selalu di sisimu, untuk menjadi musim semi di tengah musim salju yang menghalangimu. Kim Seokjin.'
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last (Namjin)
Fanfictionspesial Namjin shipper boyxboy penasaran?, langsung baca kak.