Pemecah Kesunyian

4 4 0
                                    

NB : Kali ini gak pake bagian (1) atau (2)
Hehehe
Dari "Ini Dea Ivana (1)" sampe "Pemecah Kesunyian" adalah kejadian dalam satu hari yaaa. Bukan hari yang berbeda. Jadi, dalam sehari ada banyak scene nya. Makanya dibagi jadi beberapa bab.
Jangan bingung yaaa

***

Pintu lipat terbuka sedikit demi sedikit. Wajah Raka tampak kebanjiran keringat yang terus menetes saat seluruh tenaganya terkuras mendorong pintu dengan engsel yang sudah berkarat itu. Meski akhirnya Doni menyelesaikannya dalam sekali dorongan. Namun, plastik yang berkibar itu tampak lebih indah, seperti sayap bidadari yang terjatuh dari langit.

"Tadaaa!!!"

Wahyu membentang kedua tangannya, dengan tangan kanan yang masih menggenggam plastik.

Dea tak dapat menggubris lebih dari sekedar menatap dalam diam hadiah yang diberikan teman-temannya itu. Meskipun kenyataannya itu bukanlah suatu hadiah dimana benda itu sejak awal adalah miliknya, namun ketiga temannya itu memperbaruinya menjadi lebih indah, sehingga Dea tak dapat berkata apa-apa.

"Woi..." Raka mengibas-ngibaskan tangannya di wajah Dea.

"Melongo, lagi. Gue nanyak, hasilnya bagus, gak?"

Dea menghampiri matic hitamnya yang telah disihir ketiga temannya itu dalam waktu seminggu.

"Bagus buanget ini!" ujarnya girang.

Dea mengamati setiap garis perpaduan warna hitam dan ungu yang meliliti beberapa bagian dari motor itu.

Seminggu sebelum kepulangan kedua orang tuanya, Dea sempat membeli motor bekas yang tampangnya sungguh tak layak. Banyak goresan akibat kecelakaan di setiap body motor itu. Namun selama seminggu itu juga, Doni, Raka, dan Wahyu mengubahnya menjadi seperti baru lagi.

Dea tak menyangka kemampuan yang mereka miliki sudah sejauh itu dalam memodifikasi motor. Walaupun mereka tak menginjak sekolah dasar sampai tamat, cara mereka berpikir sungguh cepat. Dea masih dapat mengingat saat ia bertemu dengan mereka, sejak itu Dea seringkali bermain ditempat itu. Tempat yang mereka akui sebagai tempat tinggal mereka, bengkel milik seorang pengurus mesjid. Pak Ridwan.

Namun karena orang tua itu sakit-sakitan, dan tak mampu lagi meneruskan kegiatan di bengkel itu, bahkan dia tak memiliki sanak saudara, beliau mengizinkan Doni, Raka, dan Wahyu untuk mengelolanya menjadi seperti semula.

Mereka bertiga mendapat banyak pengarahan dari pak Ridwan, sampai akhirnya mereka berhasil menarik banyak pelanggan kerena hasil kerja mereka yang begitu disukai banyak orang.

Orang tua itu meninggal disaat bengkelnya mulai makmur dan dikenal banyak orang. Namun Doni, Raka, dan Wahyu tetap melanjutkan perjalanan mereka mengamalkan apa yang diajarkan olehnya. Sudah begitu lama. Tak heran jika mereka sudah ahlinya dengan urusan memodifikasi seperti ini.

"Tapi, De. Itu masih urusan luarnya, urusan dalamnya masih sebagian." Ucap Raka.

Wahyu mencolek lampu sen belakang motor itu, "Belum sempat, masih banyak yang mau diurus lagi soalnya" ucapnya sambil mengilap ujung jarinya ke baju.

"Gak masalah, ini aja udah bikin gue seneeeeng banget"

"Kalo gitu artinya ntar malam.....

"KITA BALAPAAAAN!"

***
Dea menarik-narik gas motornya, meskipun masih sebagian mesin yang mereka kerjakan, namun masih saja menghasilkan suara yang indah diantara deruan motor-motor lain yang berderet rapi disamping kanan dan kiri Dea.

Sebentar lagi pertandingan akan dimulai. Dea sudah tak sabar melarikan motornya hingga garis finish lebih dulu sebelum yang lainnya, sudah lama ia tak menikmati malam yang indah seperti ini di atas sepeda motor dengan lawan-lawan yang cukup tangguh.

WAIT (Tunggu, Aku akan mencintaimu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang