Gak Percaya

6 2 0
                                    

Vote dan komennya masih diharapkan ^^

***

Arga tidak perlu repot-repot mencari seorang guru privat untuk mengajarinya beberapa bab pelajaran yang tertinggal selama dua bulan -sebelum ia dapat masuk ke sekolah sebagai siswa baru.

Setelah melakukan pemindahan, Arga terserang hepatitis dan dirawat di rumah sakit. Itulah mengapa ia tidak datang ke sekolah saat masuknya ajaran baru. Namun saat masih dalam perawatan itu ia sudah menerima guru privat sementara. Dan kali ini ia menerima tawaran Dea bukan karena pelajaran itu, tapi karena cewek itu.

Keberuntungan itu datang seperti sebuah keajaiban. Seakan sudah ditentukan dalam selembar skenario yang sangat menarik. Semua terasa dikendalikan begitu saja dan Arga hanya perlu berdiam diri tanpa harus banyak berkata selain menerimanya atau menolaknya.

Namun, akan sangat disayangkan jika kesempatan yang mungkin saja tidak akan kembali itu diewatkan begitu saja.

Dan disinilah dirinya berada. Di ruang perpustakaan bersama Dea. Duduk saling berhadapan.

Arga terus menatap Dea yang tengah sibuk bergelut dengan penjelasan-penjelasan yang tak begitu dimengerti Arga. Cewek itu tampaknya tidak begitu berbakat menjadi seorang guru. Penjelasannya masih terdengar begitu semrawut.

Sambil tersenyum-senyum Arga membayangkan, seandainya dirinya bisa berada lebih dekat dengan cewek itu. Saling berpandangan, tersenyum, menghelus rambutnya yang sampai ke pundak itu, memeluk gadis itu saat sedih, lalu tertawa bersama. Begitu banyak hal berputar-putar dikepala Arga sampai ia tak dapat menghentikan senyumannya.

“Mengerti?” Dea menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Kalo gitu langsung gue kasih soal aja deh”
 
Arga masih tetap duduk terpaku dengan senyuman kecilnya.

Dea melirik cowok didepannya sambil berdehem-dehem kecil.

“Tentukan fraksi mol etanol (Mr = 46) dalam larutan etanol 46% massa.” Ucap Dea akhirnya setelah membuka beberapa buku kimia yang sudah disiapkannya tadi malam.

Arga tersenyum lagi saat cewek di hadapannya itu kembali menggaruk kepalanya. Tampak jelas bahwa cewek itu begitu gugup.

“Heh!!”

Brak!!!

“Bukannya di tulis, malah bengong!”

Dea kembali memukul meja.

Arga terbelalak kaget.

“Gue udah capek-capek ngejelasin, lo malah bengong-bengong?” tanya Dea.

“Heh! Asal lo tau ya, gue udah ngerelain waktu tidur gue, waktu makan gue, waktu hepi gue bareng temen-temen, biar bisa kesini buat ngajarin elo!” lanjutnya.

“Makan apa sih, lo tadi?” seru Arga.

“Gue belom ada makan!” cetus Dea lagi. “Kan gue udah bilang, gue udah ngerelain waktu tidur gue, waktu makan gue, wak…

“Iya, iya, iya, iya, iya, iyaaaaa….” Seru Arga. “Gue juga belom makan, jadi sama-sama belom makan, jangan berisik gitu dong”

“Jadi sekarang, udah ngerti apa belom?!!”

“Iya, gue ngerti. Gue pun juga lapar” jawab Arga sambil mengelus-ngelus perutnya.

Wajah  Dea tampak merah padam. Kedua tangannya mengepal.

“Maksud gue, udah ngerti apa belom yang gue jelasin tadi!!!!” teriak Dea histeris sambil berusaha mengatur nafasnya yang tersengal.

Arga manggut-manggut.

WAIT (Tunggu, Aku akan mencintaimu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang