Vote, komen, dan follow penulis jangan lupa yaaa
Biar semangaat...
Hehehe***
Perasaan gak pernah bikin kasus, deh.
Tadinya Dea sempat berpikir begitu. Namun pikirannya lenyap begitu Bu Ratna emosi habis-habisan saat melihat kejadian tadi pagi.
“Jadi, untuk apa kamu manjat-manjat tembok pagar? Kalau bukan terlambat, lalu untuk apa?”
Emang telat, sih, Bu.
“Mau maling maksud kamu?”
“Hah?!” teriak Dea kaget. “Nggak, Bu. Nggak!” sangkalnya.
“Ya sudah, berarti kamu terlambat!”
“Memang iya, Bu.” Ucap Dea pasrah.
“Deaaa….” Geram Bu Ratna dibalik giginya.
“Saya, Bu?”
“Saya bukan panggil kamu…”
“Barusan ibu sebut nama saya, kan?”
“Saya ini marah. Marah!”
Dea menelan ludahnya dengan gugup melihat guru fisikanya itu mulai menunjukkan wajah amarahnya.
“Sudah dua tahun, Dea... dua tahun!” ucap Bu Ratna histeris, teriakannya terdengar seperti tertahan.Huffffhh..!! Dua tahun ya?
Dea membayangkan prestasinya yang semakin menurun selama dua tahun terakhir hanya karena dirinya tak dapat membiasakan diri bangun pagi sejak kedua orang tuanya itu lebih sering tidak dirumah.
Dea jadi malas pulang, dan lebih senang berada diluar rumah. Memang benar yang dikatakan gurunya itu, dua tahun. Sudah dua tahun ini Dea mendadak terserang insomnia, susah tidur dimalam hari.
“Ibu lelah ngurusin kamu terus, De. Bagaimana kamu bisa lulus Ujian Nasional kalau kamu begini terus?”
Bu Ratna, guru fisika sekaligus wali kelas, sudah begitu kesal kepadanya yang kerap kali datang terlambat dan tertidur di kelas. Nama Bu Ratna hampir tercoreng di mata guru-guru lainnya, karena ulah Dea yang setiap kalinya membuat para guru kesal.
Namun, Dea, sebagai murid yang rajin, sering mengikuti berbagai kegiatan, pintar, dan berprestasi, terutama dalam pelajaran fisika, Bu Ratna merasa begitu berat memberi hukuman padanya.
Namun hal itu tak dapat mengubah pandangan guru-guru lain terhadapnya, sebagai guru sekaligus wali kelas yang tak becus. Perasaannya terluka saat harus menangkap sinyal ‘tak becus’ dalam dirinya saat dia berada diantara dua pilihan. Dan, sekarang wanita itu benar-benar harus memilih.
“Kamu… saya berhentikan selama dua minggu” ucap wanita itu, cepat.
Dea terkejut. Jantungnya mendadak ingin berhenti. Dia berharap apa yang di dengarnya itu salah.
“Tapi.. Bu..” sangkal Dea dengan terbata.
Seharusnya skors satu minggu bukanlah apa-apa bagi seorang Dea, namun pelajaran juga hal terpenting dalam hidupnya, apalagi kedua orang tuanya juga pasti akan sangat murka –setelah pulang dari kei-el. Dan, diberhentikan sementara itu bagaikan neraka. Sangat memalukan!
“Tidak bisa, Dea. Sudah dua tahun, kamu tidak ada perubahan sedikit pun. Datang terlambat, tiduran dikelas, apalagi kamu ketahuan ibu memanjat tembok pagar belakang sekolah, kalau guru-guru lain juga melihatnya, ibu pasti malu sekali.” Ujar guru yang mulai menua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAIT (Tunggu, Aku akan mencintaimu)
Teen Fiction[Cerita ini akan di upload setiap hari] [Namun ada beberapa bab yang di privasi] [Saya harap kalian follow atau ikuti saya agar kalian dapat membaca seluruh cerita] °°° [Terima kasiihh] °°° Nyaman itu tidak dapat terdefinisi. Terdefinisi sebagai tem...