Mate ! [part 5]

479 72 16
                                    

Darren Gardolph pov ●

Aku berlari tak tentu arah, tubuhku hanya mengikuti Rodolph yang tergesa gesa entah kenapa. Rasanya seperti akan menemukan sesuatu yang berharga, sesuatu yang entah kenapa terus menarik perasaanku padanya.

"Hei, kau mau kemana?." Aku menghubungkan mindlink ku dengan Rodolph, kami memang jarang bicara tapi bukan berarti canggung.

"Lihat saja nanti."

Rodolph terus menaikkan tempo berlarinya, sampai beberapa menit kemudian ia melambatkan langkahnya menuju semak semak. Udara disini tak kalah dingin dengan udara di tempat tingggalku, banyak hewan tengah berhibernasi untuk musim salju yang panjang.

Pandanganku tertuju pada seorang gadis yang berada tak jauh dari tempatku sekarang, mataku seolah terkunci saat melihatnya. Dialah yang akan memimpin kerajaan bersamaku, Belve princiella adalah mate ku. Jadi inilah kenapa aku bahagia tanpa alasan tadi, ternyata aura Belve sudah tercium oleh Rodoplh. Aku tersenyum senang mengetahui bahwa pertemuan kami akan berjalan sebaik ini, aku tinggal memperkenalkan diriku dan mengajaknya menikah. Tidak tidak.... bagi manusia menjadi sepasang kekasih adalah hal yang wajib dilakukan sebelum menikah, ya aku akan mengencani dia dulu.

Aku teralih dengan harum badannya yang begitu manis seperti apel merah, harum itu memenuhi pikiranku. Apakah dia habis berenang atau mandi ? Karena pakaiannya basah menjadi transparan, dan memperlihatkan langsung tubuh indahnya padaku.

"Hei mesum, apa yang kau pikirkan." Tegur Rodolph membuatku tersenyim tipis, memangnya hanya aku yang mesum. Bahkan air liurnya sampai menetes saat melihat Belve tadi, mungkin kalau ada yang melihat akan mengira kalau Rodolph sedang kelaparan.

"Lihatlah tubuh itu Rodoplh... she's mine!."

"Milikmu ? Kau bahkan kurang peka untuk merasakan keberadaanya." Sudah kuduga respon Rodolph akan begitu, yaa aku memang werewolf yang kurang peka. Aku jarang menggunakan tenaga atau pikiranku selain untuk strategi perang, karena itu sangat melelahkan.

"Perih." dalam sekejap senyumanku lenyap oleh suara menyedihkan itu, setelah di perhatikan ternyata dia tengah meringis kesakitan.

Apa yang membuatnya menangis hingga aku bisa merasakan kesedihannya, ada pula rasa penuh bersalah. Dia ingin tetap hidup tapi tidak kuat dengan kehidupannya, tapi jika dia mati berarti dia tidak tahu
terimakasih.

"Bisakah aku mendekatinya?." Tanya Rodolph yang tak kalah penasaran, lalu aku mendekatinya dengan pelan masih dalam wujud serigala.

Aku melihat gadisku dengan tubuh kurusnya, ia menunduk lemah sembari terisak meneteskan air mata yang tak kunjung berhenti. Tubuhnya gemetaran, ada beberapa bercak darah di pakaiannya yang membuatku mabuk dengan baunya. Perlu kalian ingat aku juga punya darah vampire, aku bisa tergoda oleh aroma darah apalagi darah semanis milik Belve.

Ggrrrhrrhhh

Sialan! Rodolph menggeram, aku sudah mengira bahwa ia tak bisa menahan emosinya karena aku juga merasakanya. Dia pasti tidak terima melihat Belve menangis seperti itu, tapi setidaknya jangan malah membuatnya takut.

"Diamlah!."Bentakku pada Rodolph, lalu menatap Belve kembali yang Anehnya tak menghiraukan geramanku. Atau mungkin dia tak mendengarnya?? Aku semakin mendekatinya, kini aku berada sekita 2 meter di belakangnya.

Hikksss hikksss

Suara tangisnya semakin terdengar olehku, hatiku merasakan sakit yang luar biasa. Aku sudah tak tahan, aku ingin memeluknya, menghapus air matanya, melindunginya dengan kekuatanku. Ia terlihat seperti mencari sesuatu di dalam tasnya yang terikat diperut rampingnya.

Phoenix for AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang