Awal Mula Petunjuk

380 16 0
                                    

Rapat di balai desa, sengaja dilakukan tanpa persetujuan dari Pak RT. Dikarenakan kondisi Pak RT yang semakin memburuk, dan semakin menjadinya teror arwah Bu Marni.

"Apa yang harus kita lakukan, untuk menyelesaikan masalah arwah itu?!" tanya seorang wanita tua yang sepertinya telah muak dengan kejadian di desanya.

"Sabar, Bu Lisma. Kita masih harus memikirkan, cara yang tepat agar semua ini dapat selesai dengan tenang. Karena ini merupakan kasus di luar nalar sehat." jawab seorang pria muda dengan bijaksana.

"Bagaimana jika kita panggil paranormal ternama di kampung sebelah? Dan kita usut seorang yang mirip dengan, bu Marni," usul seorang pria yang tiba-tiba membuat hening rapat itu.

"Jadi, Mas juga tahu wanita yang mirip bu Marni?" tanya pria yang tadi menyanggah omongan Bu Lisma.

"Tentulah tahu, Pak! Karena dialah yang kemarin, membuat dagangan saya kacau balau," jawabnya dengan nada emosi.

"Kalau begitu besok saya akan menemui paranormal itu, berharap dia bisa mengakhiri semua teror ini," ucapnya mengakhiri rapat itu.

***

Sebuah rumah kecil yang sunyi, terletak di seberang kuburan lama. Rumah itu dahulunya, merupakan tempat tinggal bu Marni. Tampak walau seminggu kepergian bu Marni, rumahnya masih terlihat terurus.

"Hai! Coba lihat rumah itu," ucap seorang anak menunjuk rumah bu Marni.

"Iya, emangnya kenapa?" tanya temannya.

"Kata ibuku, itu rumah pocong. Pocong itulah yang membuat, budhe Santi masuk rumah sakit jiwa."

"Kalo begitu pulang saja, yuk. Lagi pula buat apa kita kemari, sudah hampir magrib nih," ucap temannya ketakutan.

"Iya, makanya aku ajak ke sini. Kita tangkap pocong itu, lalu kita berikan kepada Pak RT," saran anak itu yang sukses mendapatkan satu pukulan dari temannya.

"Kamu itu sudah kehilangan akal, atau memang ingin menantang maut? Aku enggak mau!"

"Sudah jangan takut! Orang pocong itu takut sama satu hal."

"Apa itu?" tanya temannya yang mulai penasaran dengan rencananya.

Detik kemudian anak itu, mengeluarkan cermin dari tas keresek. Dengan hati-hati kedua anak itu, mulai berjalan mendekati rumah bu Marni.

"Tunggu! Bagaimana cara kita memanggil pocong itu?" tanya temannya menghentikan langkah anak itu.

"Caranya cukup mudah, lempar batu tepat mengenai pintu rumahnya. Begitu selesai lompat seperti pocong, mundur tiga kali. Lempar bawang putih ini, hanya satu siung," jelasnya.

Kedua anak kecil itu, telah berdiri tidak jauh dari pinggir rumah. Mereka mengambil nafas pendek, dan langsung melempar sebuah batu tepat di pintu rumah bu Marni. Dengan cepat mereka melompat mundur ke belakang, sebanyak tiga kali seperti pocong. Begitu langkah ketiga, anak itu melempar satu siung bawang di depan rumah bu Marni.

Beberapa menit kemudian, tidak ada tanda-tanda kemunculan sosok yang mereka cari. Hingga akhirnya temannya memutuskan untuk pulang, diikuti oleh anak itu.

Malam hari pun datang, seluruh rumah warga terlihat tertutup meskipun lampu mereka menyala.

"Dion! Jangan lupa tutup jendelamu!" perintah seorang Ibu kepada anaknya yang asyik menonton televisi.

"Iya, Buk!" ucapnya beranjak dari depan televisi dan berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar terlihat salah satu jendela, yang masih terbuka menghembuskan hawa dingin. Dengan pelan Anak itu berjalan mendekati jendela, tapi langkah kakinya terhenti lantaran sebuah bayangan putih melompat tepat di luar jendela. Tiba-tiba bau anyir tercium menyengat, dan hawa dingin yang menyebabkan bulu kuduk berdiri.

"Ibu! Cepat ke sini!" teriak anak itu yang melihat sebuah benda putih meloncat dari kejauhan menuju jendela kamarnya. Bayangan putih itu semakin lama berubah seperti tubuh, dengan wajah pucat dan mata yang hampir terlepas melotot.

"Dek! Temani Ibu main, yuk!" ucap seorang wanita yang terbungkus kain kafan dengan hidung tersumbat kapas.

"POCONG!" teriak anak itu yang sontak membuat ibunya berlari ke kamar anaknya.

"Dion! Cepat buka pintunya!" teriak ibunya mencoba membuka pintu kamar.

Hingga akhirnya gagang pintu itu, dapat terbuka tapi memperlihatkan seorang anak kecil tengah terbaring di atas lantai dengan tangan menunjuk atap langit kamar.

Bersambung

Pocong The Legend From Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang