Wibi itu receh sama garing, semua orang tahu itu. Semua orang di kalimat sebelumnya ditujukan untuk semua orang yang ada di hidupnya, bukan hanya ateez. Wibi bisa bikin kalimat pernyataan yang dilontarkan teman-temannya jadi lelucon nyeleneh yang nggak bakal sampai ke otak mereka semua.
Selain karena receh, Wibi juga terkenal di seantero kampus karena ganteng. Cewek-cewek akan minta nomor dia hampir tiap hari, baik secara langsung atau nggak langsung.
Untuk hari ini, Wibi udah ditanyain nomor telepon padahal baru jam 11 dan dia baru sampai kampus.
"Wib," ujar seseorang yang bikin Wibi reflek nengok ke sumber suara.
"Apa, Ren?" yang barusan memanggilnya ternyata Darren, temen seangkatannya. Darren nyengir dulu sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Nomor telepon lo berapa?" Wibi tersenyum saat terbersit ide di kepalanya.
"Ada dua, satu buat telepon soalnya ada pulsanya, satunya buat ngisi paket internet," cengiran di wajahnya tersungging, ingin mengindikasikan bahwa dia lagi melawak.
"Ck, buru ih, ada kating minta tuh." Darren tersenyum kecil, walau rasanya guyonan Wibi nggak ada lucunya sama sekali.
"Wah, nggak bisa."
"Kenapa?"
"Kalo diminta katingnya, terus aku nelepon ibuku pake apa? Kan jadinya nggak ada sim cardnya, Darren."
Darren ingin rasanya menjedotkan kepalanya sendiri ke meja kantin.
"Nggak gitu, Wib..."
"Hehe iya, paham kok." Wibi segera menuliskan nomor teleponnya di kertas. Ia terkekeh kecil setelah Darren berlalu dengan kertas tadi. Selalu ada ide konyol terbersit di otaknya.
Sorenya, Wibi jongkok bersama Sandi untuk mengelus kucing mungil yang sering berkeliaran di kampus.
"San, kok kayaknya dia haus sih." Wibi menggerutu sendiri melihat Sandi yang tidak peka terhadap keadaan kucing tersebut. Sandi menengok ke arahnya sebentar, "Oh iya bener juga."
Sandi baru saja hendak membuka tasnya, namun gerakannya ia hentikan.
"Baru inget gue nggak bawa air mineral botol," ujarnya sedih, "gimana dong? Masa mau dikasih air keran? Kalau pun iya di dekat sini nggak ada wadahnya."
Wibi menunjuk sesuatu di tas Sandi dengan dagunya. Sandi menengok lalu menatap Wibi dengan heran, "Apaan?"
Sandi menunjuk sari kacang hijau yang diselipkan di kantong tempat botol minuman ranselnya. Wibi mengangguk.
"Gila! Emang bisa kucing minum ini?"
Wibi mengangguk, "Bisa kok."
"Beneran?"
"Iya minumnya bisa," jedanya, "nyernanya belum tentu."
Dan Wibi segera ngibrit dari tempat itu sebelum Sandi meminta bantuan Jovan untuk memukulnya menggunakan besi portal.
KAMU SEDANG MEMBACA
lokal • ateez
Fiksi Penggemar-secuil keanehan ateez, alias anak teeteezan (read: anak titisan) yang berisi hosea, sofyan, yosef, mirza, sandi, jovan, wibi, dan cio. mostly in fake social media form. an ateez lokal! au by papermoont, 2019.