Selama masa hidupku yang hampir seperempat abad. Baru kali ini kujumpai satu kisah cinta yang sesungguhnya begitu menggelikan. Lebih buruknya lagi, kisah itu merupakan bagian dari hidupku. Rasanya aku ingin menertawainya, tapi tak sanggup menilik pelakunya adalah diriku sendiri.
Berat, hanya saja aku tak menapik apa yang sekarang terjadi harus aku lalui. Termasuk, membangunkan beruang besar yang menyita sebagian hidupku.
Kurendahkan badanku, sejajar dengan milik adik tingkatku -Kim Mingyu. Kutebak dia masih berada di alam mimpi, yang mana wajahnya ingin kupandang lamat-lamat sembari merenung akan sifatnya yang luar biasa aneh.
Ayolah, aku tidak benar-benar mengerti jalan pikirannya. Bagaimana seseorang mendeklarasikan diri menyukai dua orang sekaligus dalam satu hari? Bahkan salah satunya ia jadikan sepasang kekasih. Jika itu bukan gila, aku tidak tahu lagi.
Lagipula, mengapa dia yang bertingkah seolah-olah meminta pertanggungjawaban? Aku ingat pasti, lubang dibagian selatanku nyeri bukan main -bukankah seharusnya aku yang meminta hal itu? bukan dia yang jelas-jelas memangsaku dan menjadikanku pihak yang didominasi.
"Kim Mingyu, sampai kapan kau akan tertidur dan menghalangi jalan masuk rumahku?"
Kutepuk pipinya perlahan menggunakan sebelah tangan, dan beberapa detik kemudian tepukan itu berhasil bekerja. Sayup-sayup mata layaknya anjing itu terbuka, memandangiku dengan dahi berkerut khas orang bangun tidur.
"O...oh hyung, sudah pulang?"
"Ya, dan kau juga seharusnya pulang bukan menjadi penghalang layaknya batu besar di depan rumahku." Tubuh besarnya bangun, berdiri dengan aku yang mengikuti. Membuat kami saling berhadapan.
"Aku akan pulang, tapi sebelum itu aku ingin memastikan- "
"Tidak perlu. Aku sudah bilang aku tidak ingat, apapun yang terjadi dulu anggap saja tidak pernah ada. Biarkan semua berjalan seperti biasanya, aku tak menerima perubahan apapun," jelasku. Hanya beberapa detik aku memandangi wajahnya yang berubah muram, selebihnya aku lebih berfokus pada tanganku yang mencoba membuka pintu apartment. "Pulanglah, aku tak ingin tetanggaku marah karena kegaduhan kita."
"Hyung... kau... kau benar-benar tidak peduli pada perasaanku?"
"Aku tanya sekarang, menurutmu apa tindakanmu sekarang benar? Apa kau juga pernah berpikir soal perasaanku?"
Final, dan pintuku kututup tanpa menghiraukan Mingyu yang pada akhirnya menggedor pintu memintaku untuk kembali "mengobrol".
Sialan, aku tidak peduli.
Berpikirlah lebih jernih sebelum kau berani datang padaku.
.
Suara itu, dia datang dengan nada panik mencari junior kami yang paling kecil bernama Chan. Mingyu berlari menuju meja kerja si bontot sembari sedikit menaikkan nada tingginya.
Dia marah, karena file minggu ini belum juga dikirim ke pihak percetakan.
Begitulah.
Sebuah kebiasaan ketika artikel kami sudah hampir mendekati jatuh tempo untuk terbit. Untuk beberapa detik semua orang mengarahkan fokusnya pada si tiang -yang sialnya tampan dan selalu berhasil mencuri atensi orang lain, hingga tiba dimana ketua kami berteriak menyuruh Mingyu untuk memelankan suaranya.
"Kupikir dia menjadi sedikit haus perhatian akhir-akhir ini?" Ucapan Lee Jihoon yang biasanya tak peduli akan lingkungan sekitar membuatku tertarik.
"Apa maksudmu, Lee?"
"Kim Mingyu itu, sejak pulang dari villa dia terlihat lebih berisik dari sebelumnya. Kau tahu, aku jadi sedikit kesal."
Dahiku mengerut. Aku tidak mengira, bocah antisosial -rekan kerjaku di perkumpulan ini akan berkata demikian. Dan jika diingat-ingat, ya -memang lelaki Kim itu entah mengapa sedikit berubah. Tidak secara langsung, hanya saja -sekarang ini eksistensi Kim Mingyu lebih menonjol lagi daripada sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/191247927-288-k904312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From Truth or Dare | MEANIE ✔
Fanfiction[COMPLETE] Semuanya berawal dari permainan konyol nan kekanakan yang kami mainkan malam itu Note: - Pwp - Boy x boy - R-18 - dubcon Please be smart reader ☺