Step 6

4.7K 481 87
                                    

Klasik dan klise. Awal pagiku terlalu drama untuk diingat. Jika ini adalah sebuah tontonan ditelevisi, pastilah rating yang kudapat akan sangat rendah sebab alur cerita yang begitu menjijikan. Namun, aku bisa apa. Bagaimanapun juga pagiku ini berjalan karena takdir -aku tidak bisa mencegahnya ataupun menghapusnya dari jalan hidup yang perlu aku lalui.

Aku tahu itu terdengar terlalu melankolis, ditambah air mataku yang masih mengucur akibat rasa sakit secara jiwa dan raga yang tumbuh di dalam tubuhku. Pada akhirnya, aku berhenti, berusaha mengusap mataku yang berlinang dengan punggung tanganku. Namun, jari-jari Mingyu terlebih dahulu melakukannya.

"Aku jelaskan setelah sarapan, okay?" Ia menawariku beserta sapuan kecil di ujung mataku, dan jangan lupa tatapannya yang teduh -lembut menenggelamkanku yang hampir lupa darat.

Tanpa sadar aku memerah, ritme jantung pun memburu sejalan dengan kecupan Mingyu yang mengenai dahiku. Tak cukup lama sebelum aku sadar dan memukulnya di area dada.

"Berhenti kurang ajar," gumamku padanya, menghindar sekuat tenaga dari sentuhannya lain.

Lalu, bersamaan dengan itu aku berbalik, memeriksa lantai dimana sebuah kemeja tergeletak tak jauh dari kakiku. Bisa kuingat itu milik Mingyu dan aku ingin salah satu dari kami memakaian -sungguh, aku sudah merasa cukup untuk melihat tubuhnya semalaman, juga aku mendadak malu bertelanjang begitu saja di hadapannya.

Ya, aku tahu aku naif tapi tolong mengertilah.

Nahan, dia malah menunduk dan mencium punggung telanjangku. Tak lupa lengan kekarnya melingkar lebih erat dari sebelumnya -mencegahku yang hendak meraih kemeja di bawah ranjang tidur. Tentu rasa geli menjalar, gejolak juga serta merta datang bersama rasa terkejut yang hampir meloncatkan jantungku dari tepatnya.

"Berhenti mengodaku." Seperti tak ada kata menyerah, bocah yang telah terlalu jauh menyentuhku itu naik dan tangannya malah memilin putingku yang telah kembali  memerah -membuatnya tegang dan mengeras.

"Beri aku 15 menit," ujarnya memohon. Aku jengah. Segera, kusambar kemeja di bawah sana, lalu kujadikan benda itu sebagai alas memukul wajah Mingyu saat itu juga.

"Aku baru saja meredakan emosiku dan sekarang kau ingin aku kembali mengamuk?"

"T-tunggu hyung, tapi ini salahmu. Kau membuatnya bangun lagi." Dia meringis diantara penjelasannya yang membuatku kembali pusing. "Kau tak sengaja menggeseknya dengan lututmu tadi, jadi-."

"Bangsat!"

.

"Biar kuobati." Aku hampir saja melempar susu yang kuminum jika saja aku tak ingat betapa malasnya aku membersihkan rumah hari ini. Jadilah, aku hanya memberinya tatapan tajam sebagai balasan. Yang kemudian dia hanya bisa tersenyum mafhum.

"Jelaskan dengan sejujurnya, dan pergilah. Tugasmu cukup ringan mengapa sedari tadi terus saja berbelit-belit."

Sejak detik itu, mata hitam si kim berubah serius yang mana berhasil membuatku berbidik takut untuk melihatnya.

"Aku menyukaimu."

Hah? Apa?

"Aku menyukaimu, Jeon Wonwoo. Semua hal gila yang kulakukan ini adalah akibat rasa yang kumiliki padamu."

Hening.

Waktu seperti berhenti, pula telingaku berdengung pada kalimat terakhir yang Mingyu ucap lantang.

Jelas sekali, hingga rasanya seperti mimpi di pagi hari.

"K-kau bercanda... aku tahu, aku tahu jika ini hanya lelucon belaka. Katakan Mingyu, aku tidak akan marah jika ini hanya sebuah kepura-puraan. Karena itu jujurl-"

From Truth or Dare | MEANIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang