Step 4

4.9K 511 45
                                    

Demi Neptunus, rasanya aku ingin menghilang saja hari ini. Terlebih ketika menjumpai pria paling aku ingin hindari.

Dia duduk disana, di dekat mejaku yang telah dipesan Soonyoung untuk acara kencan buta -aku menerimanya setelah merasa terkejut jika sahabatku mengencani temanku sendiri.

Soonyoung mengencani Jihoon.

Buru-buru, kunyalakan ponselku untuk membatalkan pertemuanku bersama si gadis kencan buta. Hm... sebenarnya hanya pindah tempat, karena sangat tidak mungkin aku makan di samping manusia tiang aneh yang mengejarku tiada henti.

"Jiyeon-ssi, bisakah kita bertemu di tempat lain? Mobilku mogok dan kurasa aku tak bisa meninggalkannya begitu saja," jelasku -bohong melalui telepon sembari menyembunyikan diri di gang sempit sebelah gedung. Tiba-tiba merasa panik sebab keberadaanku ternyata diketahui Mingyu melalui kaca besar yang memenuhi sisi restaurant.

Mengapa aku harus terkejut tadi, sial.

Aku yakin sekali kami sempat bertatapan mata, meski itu hanya sepersekian detik.

Jantung berhenti berdetak kencang, kau tidak boleh takut.

"Ah, baiklah aku akan menyusul Anda, bisakah Anda mengirim alamatnya se-"

Bip bip bip bip bip...

Panggilan terputus begitu saja, dan lihatlah siapa yang menyeringai di belakangku seraya menggenggam ponselku.

"Kembalikan."

Dengan segera dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Tidak memberiku sedikit pun celah untuk mendapatkan benda elektronik itu dengan mudah.

Benar-benar, apa dia sedang mengejek tinggi badanku?

"Ah, sudahlah. Ambil saja ponselku," ujarku merasa lelah. Hampir saja aku pergi dari sana. Namun, Mingyu lebih dulu mencekal tanganku, menyuruhku berbalik arah. "Apalagi?!"

"Sekali saja, tahan amarahmu jika bertemu denganku?"

"Wah~ Kim Mingyu, kau pikir aku sudi selalu marah-marah seperti ini? Jika kau berhenti mengangguku, kurasa aku akan bersikap baik padamu."

"Hyung, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin kau mengerti perasaanku." Aku kembali geram, dan pergerakanku selanjutnya adalah meraih kerahnya.

Berusaha mengancamnya.

"Aku tidak ingin mengerti, buang perasaan itu.

Dan pergi dari hidupku."

.

Kencan butaku kacau balau. Ya, ini semua memang salahku yang terlampau kalut malam itu. Bersyukur teman kencanku adalah orang yang sangat baik -dan kurasa aku akan mengajaknya bertemu lagi kapan-kapan.

Tidak, aku tidak ingin berkencan dengannya. Hanya saja, aku merasa dia pantas mendapatkan perilaku lebih baik dariku.

Sehingga saat aku mengantarnya ke subway terdekat, aku memintanya untuk bertemu lagi nanti -ketika perasaanku membaik.

"Tentu, terima kasih untuk hari ini. Sampai jumpa, Wonwoo-ssi."

Lantas kami pun berpisah, menuju arah berlainan dengan aku yang berjalan kembali ke rumah. Aku sempat ingin memeriksa ponselku, lalu teringat jika benda itu tak ada padaku.

"Aku mulai merasa gila."

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk sampai di apartment. Kurang lebih 20 menit kemudian, aku bisa mencapai kasurku dengan selamat.

From Truth or Dare | MEANIE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang