Mawar 3

77 12 0
                                    

Gus Juna POV

Wanita tercipta sebagai mahluk unik dengan sederet keistimewaan yang diberi oleh Sang Hyang Widhi, ia menjadi kawah lahirnya ciptaan yakni rahim, olah rasanya memiliki strata yang tinggi, hingga mampu peroleh kedudukan setingkat laki2, kecuali predikat Nabi.

Dari sekian nama perempuan yang berada dalam galaksi hatiku, tak ada satupun nama yang terpahat sedemikian dalam seperti namanya, Kinanti. Gadis kecil yang Abah bawa dari Kajen, Pati, dengan gelar ning setelah Abah Ibu mengangkatnya sebagai anak, itu yang ku tau.

Aku tumbuh bersamanya hanya sampai usia ke 12 ku, saat Abah mengirimku nyantri ke Bangkalan, ia masih duduk dikelas 3 Madrasah Ibtida, dan sudah seminggu ini aku kembali bertemu dengannya, ketika ia lulus kelas 6, tiga tahun pulau Madura seolah memejarakanku pada keindahan, azamku tuntas dengan tanpa pulang dan dikunjungi keluarga sampai tahun ketiga.

"Nan ... Ayo pulang, ditunggu Ibu dirumah" kataku mendatanginya diperpustakaan, hafal benar aku, Kinan kecil tak pernah berubah, kecintaannya pada buku bisa membuatnya lupa waktu. Dan saking cintanya, Kinan pernah menangis seharian gara2 bukunya hilang.

Ia berjalan mengekor dibelakangku,
" Nan... Kamu berangkat ke Kudus kapan ?" tanyaku menemukan topik pembicaraan,
"Minggu depan gus" jawanya singkat,
"Yang rajin ya menghafalnya, nanti tengah semester tak sambang, tak bawain buku" balasku menyulut semangatnya, tahun ini Abah berniat memondokkannya di Yanbuul Ulum, Kudus.

"Iya kah ? Yeeeee, siaaaap laksanakan gus" ungkapnya sumringah, matanya berbinar menatapku memastikan ucapanku,
"kebiasaan kamu itu nan, ucap hamdalah dulu kalau nrima nikmat" kataku sembari mengangguk,
"Nggeh gus, alhamdulillah maturnuwun" putusnya menurut.

***

Keakrabanku dengan Kinan berlanjut, meski jarak membuat kami jarang bersua raga, setelah serangkaian studynya ditanah air, ia berangkat ke negeri piramid melanjutkan s2 nya, aku yang sudah setahun terahir menetap di Surabaya, hanya bisa mengawasi adik angkatku itu dari jauh, ia tetap menjadikanku sebagai tempatnya bertukar pikiran hingga lemari rahasi kisahnya, termasuk perihal hati,

"Assalamualaikum gus..." suaranya terdengar resah,
"Waalaikumsalam nan, ada apa?" tanyaku langsung memastikan ia baik2 saja,
"Hemhh iku gus....iku..." kalimat yang sengaja tak ia selesaikan,
"Iku apa ta Nan? Cerita yang runtut ada apa? " cecarku tak sabar,
"Tadi Kak Faisal ngajak ketemu Kinan, terus matur arep iku...." lagi2 Kinan menggantung kalimatnya, tapi indra laki2 ku menangkap sinyal yang dimaksud Kinan,

"Dia nglamar kamu?"
"Iya gus..."
"Terus apa jawabanmu?" kinan memang bukan kali pertama dicintai laki2, juga dilamar seorang pria, tapi Faisal diluar perkiraanku akan secepat ini maju, pasalnya ia sangat jarang menyambung komunikasi dengan Kinan, hatiku pun melonjak tak biasa, karena aku tau Kinan mrnaruh kagum untuknya.

"Ku jawab, jawaban Kinan nderek Abah Ibu"
"Yakin kamu jawab seperti itu saja?" tanyaku sangsi,
"Ihh gus Juna iku....ya ada tambahannya dikit" tuturnya
"Apa? Jawab yang lengkap"
"Iya iya gus, ada tambahan kalimat semoga sesuai harapan kakak, seperti itu gus" lanjutnya sukses membuat ritme hatiku seketika berubah, kalimat itu berarti Kinan juga menaruh harapan Abah Ibu mengiyakan,

"Nan ... Suka? Cinta juga sama Faisal?" tanyaku mengatur suara agar terdengar sepi dari hati yang gemuruh,
"Hemmm ndak tau gus, yang pasti Kinan kagum padanya, tapi Kinan suka deg2 an kalau ketemu apalagi bicara, nah kata orang kan kalo deg2 an berarti cinta, ngoten ta gus ?"
"Nan... Kamu kalau ketemu harimau deg2 an ndak Nan ?" gemasku dengan jawaban lugunya,
"Iyalah gus, takut diterkam"
"Nah iku, berarti kamu cinta juga sama si harimau???" ku ahiri tanyaku dengan tawa,

"Ih gus iku ahhh... Ya kan deg2 an nya beda" protesnya,
"Nah lha kamu coq, gelar camlaude S1 nya, hafidhoh pula, penulis juga meski amatiran, masak sepolos itu mendefinisikan cinta si nan?"
"Hahaha, oke oke tuan muda Arjuna, saya perlu belajar dari anda"
"Kaitannya hati, kamu sendiri yang tau nan... Abah Ibu selalu demokratis, keputusan ahir pasti dikembalikan padamu Nan, kalau sudah begitu mau ndak mau kamu harus istihoroh sendiri Nan...." terangku memberikan bayangan,.
"Tapi gus Juna sendiri setuju kalau Kinan dengan kak Faisal kan?"
"Aku selalu mendukung keputusan yang terbaik untukmu nan" jawabanku berusaha menenangkannya, terkadang seseorang perlu mengabaikan hatinya sendiri untuk terlihat baik2 saja, sabit tampak mengangguk tersenyum ke arahku, seolah menghibur hatiku yang tak mampu berbuat apa2 ketika cintaku kian dekat pada musim gugurnya.

Sejak rasa ini tinggal, aku lebih memilih menyimpannya, mencoba berdamai dan mengabaikan, bukan tanpa alasan, status sebagai adik angkat sedari kecil, kehidupannya yang benar2 menyatu dalam keluarga kami, pasti menimbulkan banyak polemik jika ahirnya menikah denganku. Meskipun sejatinya tak ada masalah, tapi untuk menikahi Kinan aku butuh mempertimbangkan banyak hal.

Pekalongan, 21 Juni 2019

Pelan2 ya readers.... ^_^
Terima kasih sudah mampir, mohon dukungan nya,..jangan lupa kasih bintang dan follow ^_^

El Mahabba (Kinan & Gus Juna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang