Mawar 4

67 11 2
                                    

*Awaaaaasss fokus, ini edisi alur campuran, upzzz biar tambah greget part2 pembukaannya dan makin rajin ngikutin ya* ^_^

Author POV

Sungai Nil yang nyaris tak pernah kering selayaknya tinta para penulis yang tak pernah berhenti mengalirkan kata, pena yang digeritkan lama kelamaan akan berbekas juga, meski proses akan dilaluinya, embun akan berubah jadi mutiara berkilauan terkena sinar surya, tapi bukan berarti kesejukannya berubah.

Memendam rasa seperti menimbun bom waktu yang ketika waktunya meledak ia akan merusak segala tatanan yang ada, merasakan sesak tiap kali mengingatnya, pagi ini gus Juna sampai di Cairo, menemui dan menjemput Kinan, bukan untuk mengobati rindunya pada gadis berhidung mancung itu, tapi untuk membawanya pulang mengurus perihal pernikahannya, gus Juna sengaja datang ke Al Azhar untuk membantu pengurusan izin Kinan selama tiga sampai empat bulan ke depan.

Entah hatinya terbuat dari baja mana, hingga sekuat itu berperan dalam pernikahan Kinan, wanita yang begitu dalam ia cintai dalam diam, Kinan mungkin tak pernah menyadari betapa banyak peluh dan air mata yang gus Juna korbankan untuknya, bagi gus Juna mencintai dan menikah itu dua hal berbeda, cinta adalah hak prerogratif Tuhan, yang tak bisa dinilai dalam neraca pertimbangan manusia, sementara menikah adalah proses penyatuan yang bisa direncana, sekalipun pada hakikatnya keduanya sama2 berada dalam kekuasaanNya.

Mentari beranjak meninggi, melepaskan sinar terangnya lebih gagah berada disinggasana langit, angin Cairo turut bercerita bersama udara berdebu kota.

                                  ***

Tiba2 gus Juna mengingat perjalanan hatinya dua tahun lalu saat pertama kali merasa kehilangan Kinan, pertama kali merasakan seluruh persendian tulangnya terlepas karena hati yang patah, merasakan betapa palsunya kesakitan yang ditutup dengan senyuman, hingga memaksa kakinya bertolak ke negeri orang, hanya untuk mencari alasan tidak hadir secara langsung saat proses ijab qobul. Dan malam ini untuk kesekian kali gus Juna menyaksikan gadis kecilnya itu terluka karena kenangan pahitnya pembatalan pernikahan itu.

"Guss...kalau sudah diterima tapi krmudian tiba2 ditolak? Padahal sudah memberi yang terbaik? " kinan bertanya menghentikan lamunan gus Juna, " berarti akan diganti dengan yang lebih baik setelah berhasil mengihlas" balas gus Juna dengan senyum berusaha meyakinkan, ia lihat Kinan mengangguk dan tersenyum, "gus Juna tau betul pikiran yang berkelebat dihati gadis kecilnya saat bersinggungan dengan kata ditolak, dari balik pintu ia kembali melihat pemandangan yang sejak dua tahun lalu pertama kali gus Juna saksikan, ketika kembali Kinan menangis seorang diri, isaknya begitu lembut, tapi air matanya mengalir bak anak sungai menuju muara, ingin sekali gus Juna menjadi bahu sandaran Kinan saat ini, membiarkan dadanya basah oleh butir bening yang semestinya tak pantas menetes itu, tapi gus Juna selalu menahan langkahnya, ia lebih memilih membiarkan Kinan memilih melegakan sesak rasa hatinya seorang diri, gus Juna ingat benar saat gadis kecilnya menghambur ke pelukannya dua tahun lalu dengan mata sembab dan isak yang menyayat setiap telinga, "kenapa Kinan dibuang gus ? Kenapa Kinan diminta kemudian dilepas begitu saja ? Kenapa gus ? Yang mencintai berubah memaki ? Yang memuji jadi membenci ?" raung Kinan dengan batin yang papa saat itu, hingga rancau kalimatnya seperti tengah lupa pada ketetapan irodah sang pencipta, titik terendah yang dilewati Kinan, gadis kecil itu memang sembuh dengan cepat, hatinya pulih dengan segera, wajahnya seketika ceria, langkahnya ringan mengabai beban, ttapi gus Juna tau jiwa Kinan hanya melupa, jelas bekas sakit itu menyisakan trauma yang dalam, "Kinan takut gus..." kalimat Kinan tiap kali abah ibunya menawarkan taaruf dengan beberapa nama laki2, "tangismu adalah luka tak berdarah untukku Kinanti" desah hati gus Juna membiarkan sunyi malam menemani gadis kecilnya.

Waktu itu gus Juna memutuskan untuk berangkat ke Australi tiga hari sebelum Kinan melangsungkan akad, gus Juna beralibi mendapat undangan pertemuan sharing pembisnis muda seputar perkebunan disana, dan itu adalah acara yang telah jauh2 hari ditunggu, dengan terpaksa Kinan merelakan kepergian kakak tersayangnya itu, berarti membiarkan ia tanpa gus Juna dihari pernikahannya, keluarga sangat menyayangkan tapi gus Juna meyakinkan akan ikut hadir lewat via video call dari tanah kanguru itu.

Gus Juna sama sekali tidak tau jika setelah kepergiaannya ternyata pihak keluarga laki2 menolak meneruskan hubungan, dengan alasan kak Faisal akan melanjutkan s3nya di London. Sesuatu yang janggal bagi siapapun, bukankah bisa setelah menikah , dan kemungkinan2 yang lain, tapi kukuh keluarga kak Faisal membatalkan, bahkan ketika Kinan menyatakan kesanggupannya menanti hingga program s3 Kak Faisal rampung, keluarga tetap bersikeras rencana pernikahan harus bubar, dan secara resmi kedua keluarga yang nyaris dalam hitungan hari bersatu itu memutuskan hubungan yang terjalin.
Abah marah besar, sekalipun Kinan bukan anak kandung, tapi Kinan adalah bagian dari keluarga mereka, abah tidak mempermasalahkan perihal nama baik keluarga karena undangan telah tersebar, tapi beliau memikirkan hati Kinan yang dihancurkan.
Ibu juga ikut menangis pilu, tapi bukan Ibu jika tampak lemah disaat orang lain membutuhkannya, berkali - kali Kinan dipeluk diyakinkan,.

"Mpun ceepp...eman luhmu nduk, jarno, diluk neh lak angsal ijol.."  ucap Ibu menenangkan,
Ibu memeluk Kinan hari itu berkali2,
"Gusti Allah mboten sare nduk, husnudhonlah... Arep diwenehi seng paling apek"

Kinan mengangguk, tangis nya semakin pelan hingga tanpa suara,Kinan tak sadarkan diri, dehidrasi yang ia derita dengan bawaan keadaan istimewanya membuat raganya tak mampu menopang jiwanya yang terlunta, tangan calon pengantin dengan mahendi yang masih basah itu terkulai tanpa tenaga, kantong oksigen mengganti udara yang penuh aroma buhur jelang hari bahagia.

"Juna, Kinan batal menikah,tolong segera pulang" suara Kakak tertuanya melumpuhkan sebagian memorinya tiba2, cekatan langsung ia pesan tiket kepulangan dengan jam penerbangan pertama, Langit Sydney ikut mengantar mendung menyamai Surabaya yang diguyur hujan deras malam itu.
.


.


.
#kasih bintang ya...silahkan mampir dikolom komentar ^_^

El Mahabba (Kinan & Gus Juna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang