#1 BUKA PUASA DI LUAR

366 16 0
                                    

"Mau buka pake apa, mas?"
"Adanya apa?"
"Idiiih, org nanya malah balik nanya. Gimana sih??!"
"Kita cari dah keluar. Kuy!!"

Maklum saja, aku dan mas Seno baru menikah 2 bulan. Kami juga enggak pakai acara yang namanya PDKT dan pacaran.

Sebelumnya aku udah kenal dan tau dengan mas Seno, tapi dia enggak tau siapa aku.

Ceritanya panjang.

Kulihat mas Seno mengambil kunci yang ada di atas meja kerjanya, yang ada gantungan Naruto.

"Naik motor?"
Ia menoleh. "Naik mobil ntar macet. Mending naik motor."
"Panas tauk."
"Ntar kalau naik mobil, yg ada kita malah buka di mobil lagi. Macet. Telat sampe rumah."
"Ya enggk papa. Panassss.. Naik mobil yaaa.." dengan nada memelas aku memohon. " ya ya ya?"

Dikabulkan.
Mas Seno akhirnya mengambil kunci yang gantungannya Spongebob.

*

Di perjalanan, benar apa yang dibilang mas Seno, macet.

Namanya juga Jakarta. Macet udah bukan hal yang asing. Apalagi banjir.

"Baru puasa hari kedua."
"Mau beli apa nih kita?"
"Mas maunya apa?"
"Orang nanya malah balik nanya. Gimana sih?!!?"

Namaku Mita. Umurku 21 tahun. Sedang umur mas Seno, suamiku, 27 tahun.

Mas Seno seorang duda. Pernikahan pertamanya dengan mantan istrinya tidak dikaruniai seorang anak.

Alasan aku menikah dengan mas Seno, agar tidak ditanya pertanyaan kapan nikah, dengan keluarga2 di hari raya nanti.

Itu alasan khusus. Alasan sebenarnya ada. Aku udah lama mengagumi ia dan semua tentangnya.

"Beli cendol dawet. Mau?"
"Boleh." jawabnya. "Tapi jangan manis kali. Gulanya sedikit aja."
"Tiga yak."
"Satu lagi siapa? Kan kita cuma berdua."
"Kali aja ntar mau nambah." jawabku. "Tiga yak?"
"Gulanya sikit aja. Diabetes ntar. Liat adek aja udah aja mas udah diabetes tiap hari."
"Yeee, sa ae, punuk unta."
"Nonjol dong."

Aku lulusan D3 disalahsatu kampus negeri di Jakarta, teknik komputer. Setelah lulus, aku melanjutkan bekerja di kantor Notaris milik teman sekolah mamaku dulu.
4 bulan bekerja di kantor Notaris, aku menikah dengan mas Seno, dan berhenti bekerja sebulan kemudian.

Ketika bekerja di kantor Notaris itulah awal pertemuanku dengan mas Seno.

"Air kelapa mau enggak, mas?"
"Enggak deng, dawet aja."
"Beli satu yak. Ya?"
"Ya udah, terserah." jawabnya. "Asal dihabisin."
"Cop enggak boleh minta."
"Iyeee..."

Perjalanan menuju rumah, macet. Jangankan mobil, motor aja enggak gerak sedikit pun.

"Tuh, kan. Enggak sampai rumah nih kita."
"Ya bagus dong."
Mas Seno melihatku. "Kok bagus?"
"Buka di luar, kan? Kemarin kita buka di luar enggak jadi."
"Ini mah namanya masih buka di dalam."
"Di luar dong. Kan ..."
"Masih di dalam mobil kan kita."
" Iya sih."

Kapan Nikah? (Season 1. Edisi Ramadhan.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang