#5.1 GARA-GARA KUCING

66 6 0
                                    

"Laki lo kerja apa sih, Mit?"
"Laki gue?"
"Iya, laki lo." jawab Karina. "Kalau laki gue, ya lo taulah. Udah pernah ketemu, kan."
"Laki gue enggak kerja."
"Enggak kerja?" aku ngangguk. "Kok enggak kerja? Terus kalian makan apa sehari2? Laki lo enggak-"
"Karina, laki gue emang enggak kerja, tapi laki gue punya penghasilan."
"Penghasilan darimana? Kok bisa? Kan enggak kerja? Bukan cari uang, tapi uang yang datang ke laki lo, gitu?"
"Banyak tanya lo." kataku. "Nanya satu2 napa. Kayak 'aku sayang ibu'."

Sehabis sholat Isya, mas Seno berangkat ke masjid, meninggalkan aku dan Karina yang lagi enggak bisa beribadah untuk saat ini.

Lagi kedatangan tamu ceritanya.

April dan Farah main di ruang tamu. Kalau di dapur, bisa2 bukan kue yang masuk oven, Farah yang masuk oven. Kecil2 cabe rawit itu anak. Lasak, petantang-petenteng, mentang2 udah bisa merangkak.

Sebentar lagi belajar berdiri.

Sebagai balas budi, Karina membantuku membuat kue. Pesanan menumpuk. Baru juga open order, udah ada aja yang mesan.

"Laki gue nulis2." kataku. "Di blog nya dia promosiin barang2 punya orang."
"Endorse maksud lo?"
"Yup, betul sekaleeeh." jawabku. "Cuma laki gue di blog, bukan di IG."
"Kenapa enggak di IG aja?" tanya Karina. "Kan lebih mudah. Peminatnya banyak. Baru kali ini gue liat ada orang promosiin barang di blog."
Aku tertawa. "Biar jaman udah berkembang, IG meraja lela, game online lah, apalah, ya pokoknya selagi kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan basic kita, pasti menyenangkan." jawabku. "Lagian laki gue followersnya sedikit."
"Ya tapi kan-"
"Sssttt..." potongku. "Suamiku punyaku, suamimu, punyamu."
"Ceramah si ustadzah."

Mas Seno seorang penulis blog. Selain malas2an, dan kalau tidur suka kentut sembarangan, ia hobi menulis. Sejak SD.

Di blognya ditulisnya semua kisah2 dan kejadian nyata yang ia alami sendiri.

Sering dia membantu temannya mempromosikan cerita temannya. Sering. Ia malah tak meminta upah sedikitpun.

Tapi lama kelamaan, ia mulai menerima upah karena sanking banyaknya mereka yang minta dipromosiin ceritanya. Manjur katanya.

Mulai deh awal profesinya sebagai endorse-man. Sejak ada yang nanya dia jual pembalut perempuan apa enggak di kolom komentar.

Lumayan, seminggu bisa beli laptop baru. 2 minggu, bisa beli motor baru. Sebulan, kami beli mobil. Seken sih, tapi keluaran terbaru.

Bukan cuma cerita, tpi juga barang2. Barang2 antik khususnya. Keris, lukisan, sepeda, dll.

Sibuk? Enggak terlalu.
Sedang2 saja.

"Ada barang2 antik juga?"
"Ada." jawabku. "Laki lo suka barang2 antik?"
"Bukan laki gue. Mertua. Biasalah. Sepeda ontel."
"Eh, kucing juga ada." kataku. "Tapi kucing2nya mahal2. Paling murah ada 5jt, paling mahal 25jt."
"Itu kucing apa motor? Mahal amat." komentar Karina. "Kucing boleh dijual ya? Baru tau gue. Mahal lagi."
"Kalau yang cuma pelihara kucing, bukan pecinta kucing kayak lo mah, iya mahal. Tapi gue, hehehe... Mahal juga sih."

Di ulang tahun yang ke-22 nanti, mas Seno janji mau membelikanku kucing. Aku mintanya belang tiga jantan, tapi mas Seno enggak bisa janji bisa dapat belang tiga jantan. Pokoknya belang tiga aja, udah.

Aku jadi teringat dengan cerita mas Seno, yang pernah nangis 3 hari 3 malam hanya gara2 kucing kesayangannya mati tertabrak.

Udah kayak tahlilan, kataku waktu itu.

Kapan Nikah? (Season 1. Edisi Ramadhan.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang