[DEK, kamu nanti sampai Jogja langsung ketemu teman-teman kamu kan?]
"Iya Bu, sudah pada sampai juga."
[Nanti kalau kamu udah sampai Jogja jangan lupa—]
"Hubungi Mas Johan, anak buah Bapak. Iya kan?" Dazen harus terus mendengar ocehan ibunya di telepon. Maklum, anak terakhir yang ingin mengisi waktu liburannya dengan pergi ke Jogja dengan teman-temannya. Sayang, Ia harus menyusul dikarenakan ada tugas yang harus Ia selesaikan di Jakarta sehingga tidak dapat ikut dengan teman-temannya yang memilih keberangkatan pagi.
[Inget pesan Ibu, jangan kamu duluan yang menanyakan namanya. Tapi biar dia yang bertanya atau mengenali kamu, kan kamu belum pernah ketemu orangnya.]
"Iya Ibu sayang, udah ya aku udah mau masuk ke pesawat nih."
[Yasudah, hati-hati Dek.]
"Assalamu'alaikum."
[Wa'alaikumsalam] Pada saat itu pula telepon mati, Dazen kembali mendorong kopernya setelah mendengar panggilan melalui pengeras suara dalam bandara.
***
Ketika Dazen sudah berada di dalam pesawat, Ia mendapat sambutan hangat dari pramugari-pramugari yang bertugas dan diarahkan dimana tempat duduk Dazen berada. Dazen sempat mengucapkan terima kasih dan kembali mendorong kopernya ke tempat duduk yang tadi diarahkan oleh pramugari tersebut.
Dazen bersyukur, karena Ia mendapat tempat duduk di dekat jendela. Setidaknya, melihat awan dapat membuat pikirannya sedikit lebih tenang nantinya dan tidak takut karena ini adalah pertama kalinya Ia pergi sendiri menggunakan pesawat.
Dazen mengangkat kopernya, dan mencoba menaruh pada kabin di atasnya. Ia berjinjit namun sepertinya kabin tersebut harus digapai dengan sedikit usaha lagi atau bisa dibilang Dazen memang sedikit kurang tinggi. Ia menurunkan kopernya, dan sempat-sempatnya menertawakan dirinya. Lalu, dicobanya sekali lagi.
Ia kembali mengangkat kopernya, dan berjinjit. Ia terus menyemangati dirinya sendiri dalam hati 'ayo sekali lagi Dazen'. Tiba-tiba ada tangan lain yang ikut mengangkat kopernya, dapat dirasakan bebannya menjadi ringan dan koper tersebut berhasil masuk ke dalam kabin tersebut disusul dengan koper lain di sampingnya. 'Oh ternyata penumpang lain, kirain aku pramugari.'
Dazen segera berbalik untuk mengucapkan terima kasih, tapi yang Ia dapat adalah dada bidang dari seorang pria, ternyata orang yang membantunya memang tinggi dan mengharuskan Dazen mendongak untuk berbicara padanya.
"Mas makasih ya udah bantu." Ucap Dazen tulus.
Cowok itu menunduk, dan tersenyum. "Anytime."
Dazen terkejut bukan main, karena ternyata yang membantunya adalah seorang public figure yang bahkan Dazen ikuti di sosial media instagram. Dengan kikuk Dazen mencoba bertanya pada cowok tersebut, "Loh, Mas Ferly bukan?"
Ferly tersenyum lagi, "Kamu kenal saya?"
Pertanyaan tersebut lantas membuat Dazen tertawa, "Hahaha, masa gak kenal sih. Kemarin aja film Mas Ferly yang sama Mba Rani saya nonton." Ferly Sakti Raharja adalah seorang aktor terkenal, berumur 26 tahun. Sudah banyak membintangi layar lebar dan terakhir kembali membintangi layar lebar romansa berjudul "Love at First Hate" bersama aktris cantik Rani Daguise. Mereka berdua sering dipasangkan dibeberapa film sehingga chemistry keduanya tak usah diragukan lagi.
"Terima kasih ya sudah men support saya. By the way kamu duduk dimana?"
Dazen menunjuk tempat duduknya, "Disini, yang pojok dekat jendela."
KAMU SEDANG MEMBACA
OneShot
Teen FictionIni adalah kumpulan cerita pendek, Tentang rasa yang berakhir harus mencintai, menyudahi, merelakan, atau mau tidak mau membenci? Kutulis, agar tidak hanya bersarang di otak saja. Semoga suka ya!❤️ OneShot, 20 Juni 2019