reality

56 2 0
                                    

NADA dering khas melayu milik Januar Reynaldi  menjerit-jerit minta diangkat. Siapa yang berani-berani membuat panggilan, sedangkan di luar petir beradu bukan main, taruhan nyawa sepertinya.

Januar mengangkat panggilan tersebut, yang pada akhirnya Ia menyesal atas tindakannya, karena Ia harus menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Suara lo Ra, apa gak ada remnya?" Omel Januar.

[Sorry, yang.]

"Cih! Penjilat." Sudah sangat biasa Januar mendengar panggilan tersebut, tapi tetap saja Ia merinding.

[Temenin gue si, Jan. Di luar petir gede banget, gue takut.]

"Kemarin petir udah masuk ke kamar gue ya, asal tahu aja." Miura tertawa, kemarin mereka memang melakukan 'hal modal nekat' seperti hari ini, yang berakhir dengan Januar yang memutuskan panggilan terlebih dahulu karena takut.

[Sekali lagi, Jan. Nyokap baru dinas lagi, kali ini ke Osaka. Gue sendiri Jan.]

"Oke Ra, oke." Entah, apakah Miura adalah perayu yang handal sehingga dapat meluluhkan Januar?

Miura, adalah seorang anak tunggal yang tinggal di sebuah apartement bersama ibunya, Mayra. Ibu dan ayahnya sudah bercerai 3 tahun lalu, dan kini ayahnya sudah menikah kembali. Kehidupan itu sangat berbeda dengan kehidupan Januar yang memiliki keluarga utuh dan saudara kandung. Wajar jika Januar dapat memaklumi Miura jika Ia merengek minta ditemani, ayolah, dunianya sangat sepi.

[Eh, gimana?]

"Apa?"

[Gue anggep lo pura-pura gak tahu.]

"Lagi ngomongin Rani?"

[Tami sih namanya.]

"Yaa, apalah itu. Kemarin gue jalan sama dia, nonton, makan juga. Ya... gitulah."

[Seneng gak?]

"Biasa aja."

[Ih, kok gitu sih?] Rasanya Miura hampir frustasi mengenalkan teman ceweknya kepada sahabatnya itu. Jawaban Januar tetap sama, biasa saja lah, bukan tipenya, dan lain-lain.

"Semua kan karena kemauan lo, Ra."

[Gue kan cuma mau bantu lo aja, biar gak jomlo.]

Januar menghela napas kasar, lalu membanting tubuhnya ke kasur, "Gue bahkan gak butuh itu."

Miura gemas bukan main, Januar Reynaldi memang sekeras kepala itu. [Jan, gue juga nyariin buat lo gak sembarangan, bukan yang buruk rupa. Tami itu ketua pemandu sorak sekolah kita, primadona. Lo malah tolak mentah-mentah.]

"Tapi dia bukan lo, Ra."

Jawaban Januar membuat Miura bungkam sesaat, kenapa Januar masih bersikeras seperti ini?

[Jan...]

"Gue tahu kok, siapa tujuan lo."

[Jan, maaf. Tolong ngertiin gue.]

Januar tertawa, tawanya terdengar lirih di telinga Miura. Itu malah semakin membuat Miura merasa bersalah.

"Gue ngerti, berapa kali pun gue mengungkapkan, perasaan lo tetap buat Ganes, sahabat gue. Tapi lo juga harus ngerti, Ra. Sekeras apapun gue coba menghilangkan perasaan ini, Ia malah tumbuh lebih besar, sejak lima tahun perasaan ini mulai ada."

OneShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang