"Kenapa ya?" Entah angin darimana padahal dua menit belakangan tidak ada percakapan diantara keduanya, diantara Irena dan Mela. Irena hanya mengaduk-aduk sedotan dengan malas sedangkan Mela daritadi sibuk dengan ponsel, membalas pesan atasan yang tak kunjung berhenti.
"Apa tuh tiba-tiba?" Tanya Mela heran.
"Kenapa ya, it's easy for him to let go."
"Who? let you go gitu?"
"Hmm I mean, he just leave.. even thought previously he was nice."
"yang mana?"
"Jangan seakan-akan gue deket sama banyak cowok ya. Gue ga perkuat pusat perbanyak cabang kayak lo."
yang ditembak langsung tertawa, Mela adalah orang yang sebenarnya into nya ke satu laki-laki saja, tapi menurutnya dirasa perlu punya "cadangan" jika laki-laki yang sedang dekat dengannya ini tiba-tiba pergi. Sedangkan Irena tipe yang susah dekat dengan laki-laki, sekalinya dekat dan 'klik' akan dia kejar sampai capek, jika ternyata sudah bagaimana juga laki-lakinya pergi yasudah Irena kembali di mode pasrah sampai terlihat lagi hilal berikutnya.
"Siapa namanya? lupa." Tanya Mela.
"Anantamma."
"Oh iya." Mela mendadak meletakkan ponselnya dan tangannya berpangku dagu seperti siap mendengarkan celotehan dari mulut Irena, "—seperti apa sosok Anantamma di mata lo?"
Irena melipat kedua tangannya di depan dada dan menyenderkan tubuhnya ke sofa cafe. "Anan, panggil aja Anan. Dia.... lucu?"
Mela serasa dihancurkan ekspektasinya dengan jawaban Irena yang begitu singkat dan ambigu. Ia kira, ia akan mendapat jawaban panjang dan Irena akan menceritakan sesosok Anantamma semenarik mungkin. "Lucu gimana ya? Lucu tuh luas loh Ren, humoris kah atau gimana?"
Irena tertawa, "bukaaan, dia itu lucu. Kalo ngomong selalu senyum, kalo ketawa matanya bentuk bulan sabit. Dia lucu, kayak anak kecil. Kalo jalan jingkat-jingkat kakinya, kalooo salting keliatan banget bisa tiba-tiba temen di sebelahnya di rangkul. Dia itu makhluk langka yang gue bersyukur ditemuin sama dia saat ini Mel."
Irena, jika tertarik kepada orang bisa menjabarkan orang ini dalam satu paragraf, bahkan halaman. Tanpa sadar ia akan memperhatikan laki-laki itu dari atas sampai bawah perihal dia pakai baju apa di hari itu, warna bajunya, motifnya bagaimana, celana yang dipakai, sepatunya, bagaimana raut wajahnya ketika berbicara, bagaimana gesturenya ketika lagi salah tingkah, cara jalannya, dan lain-lain. Bukan untuk menilai, hanya untuk diingat di kepala Irena saja.
"Ini nih, tipikal Rena kalo menceritakan orang yang buat dia tertarik. Bukan dari—dia tuh tinggi terus pas ketemu gue wangi banget kayak mandi parfum, rambutnya rapih banget pake pomade. Tapi lo menceritakan yang memorable buat lo."
"Yaaa hal-hal kecil dari dia, itu buat gue tertarik Mel."
"Lanjut dong ceritanya."
"Kita ketemu dan ngobrol banyak, gue jadi tau hidup dari perspektif dia seperti apa. Orangnya terlihat cukup terarah dan kalau punya kemauan dia kejar. Enggak gampang ke distract sama restoran unyu yang lagi hype hahaha, lebih ke apa ya? Explore nya dia lebih ke ilmu sih. Dia suka bicara fakta bukan yang "katanya-katanya", suka alam keliatannya, lumayan suka olahraga. Katanya, dunia ini luas dan banyak yang bisa di explore. Makanya, sayang banget kalo gak bisa dapet experiences untuk explore dunia yang luas ini."
"Tunggu deh, tipikalnya baru gue denger sih deket sama lo. How he treats you?"
"He treats me so well, ya sebenernya mungkin kebiasaan kali ya, kayak dia selalu mendahulukan gue ketika naik eskalator saat kita mau naik transportasi umum, atau sekedar mensejajarkan langkah dia yang besar-besar dengan langkah gue. Dia turun duluan dari kereta, tapi dia gak langsung pergi, dia nunggu kereta gue jalan dulu. Dia sering bilang sesuatu kayak flirting? Tapi karena itu keluar dari mulut dia, gue tidak melihat dia adalah sesosok orang yang suka flirting. Paham kan maksud gue?"
"Ya ya ya, paham gue. perlakuan dia juga sebenernya bare minimum yang sekarang langka jadi bikin terpesona. Terus yang tadi lo bilang dia sekarang ngilang gitu aja?"
"Iya! Setelah itu kayak angin lalu aja, kayak gak kejadian apa-apa. Dia seperti hilang ditelan bumi, lucu juga."
"Masa sih?"
"Iya."
"Lo gak coba chat duluan abis ketemu itu?"
"Udah ya, tapi gak lanjut chatnya."
"Aneh deh."
"Enggak, yang aneh gue. Mungkin cuma gue, ibaratnya gue yang excited sendirian."
"Tapi ya Ren, diluar perilaku dia terhadap lo. He's the first one yang bisa meluluhkan lo padahal dia tipikal baru gak sih? secara kan tipe tuan putri ini 'very specific' ahahah"
"Hahaha tolong deh Mel, pernah baca quotes gak? Suatu saat, seseorang bisa memenangkan hatimu tanpa melakukan apa-apa. Dia jadi dirinya, lalu kamu jatuh cinta."

KAMU SEDANG MEMBACA
OneShot
Fiksi RemajaIni adalah kumpulan cerita pendek, Tentang rasa yang berakhir harus mencintai, menyudahi, merelakan, atau mau tidak mau membenci? Kutulis, agar tidak hanya bersarang di otak saja. Semoga suka ya!❤️ OneShot, 20 Juni 2019