Keputusan

68 4 0
                                    

Rhiggid memandangi cowok disebelahnya, setiap detail wajahnya terlihat jelas padahal malam semakin larut. Semua berkat lampu penerang jalan yang ada di taman ini, terima kasih, Rhiggid bergumam dalam hati.

Kedua tangan cowok itu dimasukkan ke dalam saku celananya, sambil berjalan ringan menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Rhiggid. Mereka berjalan perlahan dalam sunyi, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam tapi seakan-akan keduanya tak mau untuk meninggalkan. Dapat Rhiggid lihat sesekali cowok itu tersenyum, entah tersenyum karena hal apa, padahal mereka sama-sama diam dan hanya mendengar sepatunya yang bergesekkan dengan permukaan tanah.

Rhiggid suka semua hal yang ada pada cowok disebelahnya. Mata sayunya yang jika tersenyum membentuk bulan sabit, dan terlihat sempurna karena bulu matanya pun lentik. Hidungnya lancip, dan bibirnya tipis, seakan-akan Tuhan tahu definisi sempurna menurut Rhiggid. Ya, si sempurna yang harus segera Rhiggid lupakan, si pengisi tiga bulan terakhirnya, dan berakhir, cukup.

"Kenapa diam saja, Rhiggid?" Cowok itu menatap Rhiggid yang memandang lurus ke jalan. Ia juga bingung harus berkata apa lagi, dari tadi ia sudah berucap panjang lebar, dan memilih diam setelahnya karena hanya mendapatkan anggukan, gelengan dan senyuman dari Rhiggid. Rhiggid terus memandangi jalan, kali ini enggan untuk melihat wajah itu lagi, wajah milik Windura Aydan Permana.

"Rhiggid, jangan lupa makan lagi di rumah. Tadi pasta yang kamu pesan aku yang habiskan loh, hahaha." Windura benar-benar menyulitkan Rhiggid, itu malah semakin membuat Rhiggid sedih. Padahal semasa mereka bersama Windura hampir tidak pernah mengingatkan Rhiggid hal-hal kecil seperti itu. Kenapa baru sekarang?

2 minggu sebelumnya

"Iggiii! Haloooo!! Ada kita loh disini." Tanti sudah gerah melihat temannya yang bulak-balik mengecek ponselnya, padahal dapat dilihat dari tempat Tanti pun tidak ada pesan yang masuk ke ponsel milik Rhiggid.

"Hehehe, maaf. Gue cuma cek aja siapa tahu Windura ngechat." Rhiggid meletakkan ponselnya di atas meja, dan mulai fokus ke topik yang dibicarakan teman-temannya. Ini adalah hari ulang tahun Rhiggid, ini adalah harinya, dan ada teman-temannya. Sudah sepantasnya Rhiggid fokus dahulu pada teman-temannya ketimbang Windura yang belum memberi kabar.

"By the way, Windura udah ucapin lo ulang tahun kan?" Alma bertanya.

"Iya Ma, dia ngucapin paling awal malah." Senyum Rhiggid mengembang ketika mengatakannya, langsung terbayang saat Windura mengucapkan ulang tahun tepat pukul 00.00 lewat pesan. Meski hanya lewat pesan tapi sudah bisa membuat Rhiggid senang bukan main.

"Terus apa yang lo khawatirkan sih, Gi?"

"Dia belum ngabarin gue setelah ucapan ulang tahun itu."

June yang sedang memakan pizza miliknya berkata, "Bukannya udah langganan ya?" Disusul tawa dari keempat temannya. Bukan, June ataupun keempat temannya bukan jahat. Tapi mereka sudah tau tabiat seorang Windura seperti apa. Cowok yang "katanya" jarang melihat ponselnya, jika Rhiggid mengirim pesan pagi bisa dibalas sore, bahkan malam. Tapi rutin melihat snapgram milik Rhiggid. Anehnya, Rhiggid tetap sabar dan tidak mempermasalahkan hal tersebut, ia tidak pernah marah kepada Windura karena ia paham Windura seperti apa. Tapi dilain sisi Rhiggid selalu menunggu pesan dari Windura, karena ingin tahu kabar Windura, atau aktivitas apa yang dilakukan Windura.

"Gi, lo capek gak sih kayak gini?" Nurul yang dari tadi diam akhirnya membuka suara, Ia sebenarnya kasihan melihat Rhiggid yang terus seperti ini, yang terus menunggu pesan Windura, dan bahkan bertemu Windura hanya seminggu sekali. Tapi Rhiggid coba menjelaskan bahwa Ia tidak masalah dengan Windura yang lama membalas pesannya, jarang memberinya kabar dan jarang bertemu. Karena Rhiggid mengerti kesibukan Windura sebagai ketua suatu komunitas di kampusnya, dan kegiatan kuliah Windura yang lebih padat darinya.

OneShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang