2.

19 2 0
                                    

Kuakui kaulah sang pemenang.
Apapun asal kau senang, kulakukan walau tak tenang.
-Aree, Feb'19
-----------------------------------------------------------
"Lo darimana ajasih Jov, gue cariin daritadi ngga ketemu. Ini kenapa celana lo kok basah gini?" tanya Leon kepada Jovan yang baru saja memasuki aula sekolah

"Gue dari kantin. Ini ketumpahan minuman tadi." Jawab jovan seadanya

"Kok bisa tumpah sih? Ceroboh banget lo."

"Bukan gue yang tumpahin, tapi senior ngga sengaja nabrak meja gue terus ya gitu." jelas Jovan

"Loh kok bisa? Gimana ceri-" pertanyaan Leon terhenti bersamaan dengan masuknya para panitia ospek kedalam aula

"Selamat pagi semua. Kenalin saya Ario Pradipta, ketua dari kegiatan ospek kita pada pagi hari ini. Saya akan menjelaskan apa saja kegiatan kita selama 3 hari kedepan" Ario berdehem sebentar, lalu melanjutkan kalimatnya

"Hari pertama kalian akan diperkenalkan dengan lingkungan sekolah. Sebelumnya kalian akan dibagi dalam beberapa kelompok, satu kelompok terdiri atas 10 orang, dan akan dibimbing oleh 2 orang panitia ospek"

"Pada hari kedua, kalian akan melakukan berbagai kegiatan yang mengasah daya ingat kalian tentang lingkungan sekolah yang telah kalian lakukan dihari sebelumnya. Kegiatan ini lebih seperti games. Saya jamin ini akan sangat menyenangkan" senyum Ario muncul, tapi para junior tau ada sesuatu dibalik senyuman itu

"Dihari ketiga, yaitu hari terakhir, kegiatan hanya diisi dengan kegiatan pengenalan kepada para senior dan para guru yang ada disekolah ini. Kalian diharuskan mengumpulkan sebanyak 200 tanda tangan senior kelas 11 dan 12 serta minimal 50 tanda tangan para guru beserta nama dan jabatannya. Sangat mudah kan?"

Mendengar hal itu terdengar banyak desahan dari para junior. Itulah hal yang paling tidak disukai dalam kegiatan ospek, mengumpulkan tanda tangan. Para senior tentu saja tidak dengan mudah memberikan tanda tangan kepada junior, pasti akan ada banyak syarat yang tentunya akan mempermalukan diri junior tersebut.

Jovan yang sejak tadi fokus mendengarkan apa saja kegiatan ospek yang akan dia jalani tersenyum kecil. Jika teman-temannya merasa kegiatan pada hari terakhir adalah kegiatan yang menyebalkan, itu tidak berlaku untuk Jovan. Dengan tinggi badannya yang diatas rata-rata dan senyumnya yang mampu membuat semut berdatangan tentu saja hal itu akan sangat mudah dilakukannya.

Bukannya sombong, tapi memang begitu kenyataannya. Walaupun tidak seganteng teman-temannya yang populer, tetapi Jovan memiliki daya tarik tersendiri. Jovan sangat unggul dibidang olahraga. Jika teman sebayanya lebih memilih basket atau futsal, Jovan lebih suka menjadi perenang. Entah kenapa dengan berenang ia merasa lebih nyaman dan menjadi diri sendiri. Jovan juga sering memenangkan perlombaan renang dari berbagai kejuaraan ditingkat nasional. Selain itu Jovan juga memiliki sifat yang friendly dan ramah, tidak heran walaupun baru hari pertama dia disekolah ini tetapi sudah dikenal oleh para senior dan teman yang berasal dari sekolah lain.

Setelah mendengar berbagai intruksi dan hal apa saja yang akan dilakukan pada saat ospek, akhirnya semua junior dibubarkan. Mereka diberikan waktu 15 menit untuk mempersiapkan diri sebelum pembagian kelompok dan ospek dimulai.

"Jov, temenin gue ke toilet dong, kebelet banget ini" ajak Leon sambil menarik lengan Jovan

"Apaan sih Le, lo kok jadi kayak cewek gini sih pake segala minta ditemenin ke toilet." Tolak Jovan

"Bukan gitu Jov, ntar kalau gue telat kan ada temannya gitu, hehe" kekeh Leon

"Yaudah ayok, bentaran doang tapi ya"

Pada saat sedang menunggu Leon yang berada didalam toilet, Jovan melihat Aza sedang berjalan menuju perpustakaan seorang diri. Karna penasaran, Jovan akhirnya juga ikut masuk ke perpustakaan.

Didalam perpus, ternyata Aza sedang duduk disebuah meja yang tepat berada dibawah kipas angin. Posisi meja yang berada disudut ruangan memang sangat nyaman dijadikan tempat untuk tidur. Jovan menebak Aza memasuki perpus hanya untuk menumpang tidur, dan ternyata benar. Terlihat Aza mengeluarkan sebuah headset dari sakunya kemudian mengambil sebuah buku secara acak dari lemari dan menggunakan buku itu untuk menutupi sebagian wajahnya. Tanpa menungu waktu lama, Aza terlihat sudah sepenuhnya memejamkan mata, entah sudah tertidur atau hanyut dalam lagu yang didengarnya.

Melihat Aza yang begitu tenang, entah kenapa membuat Jovan betah berdiri lama diambang pintu perpustakaan tersebut. Disaat teman-teman seangkatannya sibuk berkeliling sekolah sambil sesekali menggoda para junior, Aza lebih memilih untuk tidur diperpustakaan seorang diri. 

"Dasar aneh, tapi dia beda sih" gumam Jovan tanpa sadar.

Karna terlalu serius mengamati Aza, Jovan lupa bahwa tujuan dia adalah menemani Leon ke toilet. Setelah teringat, ia bergegas menuju toilet tapi tidak menemukan Leon didalamnya. Akhirnya ia memutuskan untuk berlari kecil ke aula tempat kegiatan ospek akan segera dilakukan.

***

Untuk Tuan Abjad KesepuluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang