Secret admirer | Xiumin(2)

28 8 1
                                    

"Hal yang paling penting itu, kepercayaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hal yang paling penting itu, kepercayaan."

•••

Aku langsung lemas.

Aku melihat layar dengan laptop tak percaya. Gak mungkin, padahal baru tadi siang kami bertemu?

Begini isi chat Bomi:

Bombomi<3

|Hyunso!
|Kamu harus liat ini!

Send pict:
Kim Minseok putra CEO Kim Gongmin di duga melakukan penggelapan uang.

|aku bener2 ga nyangka ㅠㅠ
|Semoga kamu baik2 aja ya.....

Aku tak menjawab pesan Bomi, memilih membuka isi artikel yang dikirim Bomi dengan hati-hati.

Jadi dia meninggalkan aku tadi gara-gara masalah ini? Ah, kepala ku sakit tak bisa berfikir jernih.

Aku membuka banyak artikel dan memang benar, bukti yang diberikan polisi pun akurat. Aku tak bisa berkutik.

Rencana nya besok aku dan Minseok akan pergi ke Kampus bersama, tapi.. ya kalian tahu sendiri. Rencana itu gagal sekarang.

Sepanjang hari aku mengikuti perkembangan berita tentang nya, berharap mungkin aku cuma mimpi.

Tapi gak mungkin, ia benar-benar memasuki ruang persidangan dan wajah nya ter-ekspos di mana-mana.

===

Selama seminggu lebih seluruh warga Kampus dibuat gempar dengan berita itu, bahkan pemilik Kampus bilang ingin mendrop-out Minseok.

Perasaan ku? Entah. Aku pasrah, hopeless. walaupun aku masih suka, ya aku menyukainya dari lama, jadi sulit untuk langsung melepas kan. Tapi gak mungkin kalo dia kembali kan?

Tok tok tok!

Loh, ada yang ketinggalan? Tadi kata ibuku dia pulang malam. Aku berjalan ke arah pintu lalu membuka nya.

Aku terkejut setengah mati setelah membuka pintu, "M-minseok?!"

Dia terlihat buru-buru, "Ayo kita pergi darisini, sebelum terlambat!"

"Hah? Pergi? Kemana? Terlambat dari apa?!" Aku bingung setengah mati. Dia memegang kedua pundak ku, menatap ku lekat-lekat.

"Aku bukan penipu, Hyunso. Mereka ngejebak aku. Ayah, paman, semua orang itu cuci tangan dan aku yang diserahin ke polisi."

Apa? Tunggu-tunggu... ini benar-benar diluar dugaan ku.

"Ayah dan paman ku kabur ke luar negeri, dan aku yang jadi tersangka utama nya. Aku juga heran kenapa bukti-bukti nya mengarah ke aku semua... Tapi aku berani sumpah itu bukan aku!"

Minseok mencengkram pundak ku sedikit kencang, tatapan nya sungguh-sungguh. Ia tidak bohong.

"Jadi, ayo kita pergi sama-sama, sejauh mungkin dari sini. Aku gak bermaksud menipu atau mainin kamu Hyunso. Aku tadinya punya rencana matang buat kedepan nya, tolong percaya..."

Minseok memeluku, bahu nya bergetar, ia menangis? Aku berusaha tetap tenang. Aku masih bingung, dia memang terlihat serius— tapi..

"M-maaf tapi, ini... terlalu buru-buru. Aku gak bisa ninggalin keluarga ku begini." Aku melepas pelukan nya perlahan.

Tolong... jangan menatap ku seperti itu.

"Aku tau kamu serius, tau banget. Tapi, aku masih punya keluarga disini. Kamu... ngerti kan?"

Ia mengadahkan kepala nya dan mengelap sisa-sisa air di pipi nya, lalu tersenyum ke arah ku.

"Oke kalau gitu, aku gak akan maksa kamu. Aku pergi ya, salamin ke Bomi aku bakal baik-baik aja." Minseok mengelus rambut ku lalu berjalan pergi.

Hati ku mencelos, aku sebenernya gak tega dan ingin memilih untuk ikut saja. Tapi apa jadi nya kalau orang tua ku tau aku kabur bersama pria yang baru aku kenal?

Aku masih waras.

Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Minseok, semoga keadilan berpidak padanya.

===

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun sudah kulewatkan.

Ya, aku sekarang sudah lulus. Aku kira aku akan bernafas lega setelah wisuda, tapi ternyata sekarang aku lebih penat.

Lamaran kerja ku ditolak, aku hampir frustasi karena sudah banyak aku mencoba, tapi tetap gagal.

Kalau kata ayah ku sih, S1 udah kaya kacang goreng. Banyak banget. Jadi persaingan dunia kerja semakin ketat.

Huft, udah satu tahun sejak kelulusan aku selalu di rumah. Untungnya Ayahku kadang membutuhkan aku mengurus administrasi di kantornya, jadi aku tak terlihat seperti pengangguran tak punya semangat kan?

"Hei, jadi ikut ibu ke mall gak?" Ibuku membuyarkan lamunan ku.

"Engga deh, aku semalem abis begadang bantuin kerjaan Ayah. Capek.."

Ibuku mengendikan bahu nya, "Ok then, i gotta go. Bye sweetie~"

"Bye mooomm~" aku meledek nya dengan memutar mata malas. Akhir-akhir ini ia jadi sok inggris, katanya sih bulan depan mau diajak ke luar negeri sama temen-temen nya.

tau deh.

Aku beranjak dari kasur, hendak kebawah dan menonton televisi. Namun seperti biasa aku berhenti di depan cermin sebentar untuk sekedar menata rambut atau apalah.

Aku memperhatikan wajah ku sambil berfikir, sudah lama aku menjomblo. Padahal di kampus dulu banyak yang—ekhem, gamau sombong sih, tapi banyak yang deketin hehe.

Apa jangan-jangan aku belum move on dari Minseok?! Oh no, jangan Hyunso. Dia pasti tidak akan balik, aku aja gatau dia masih hidup atau engga.

Sudah dulu deh ngaca nya, aku langsung berjalan ke bawah, ke ruang keluarga.

Mengambil cemilan di dapur sebentar lalu balik lagi dan menyetel TV. Nikmat nya hidup tuh begini, ngemil sambil menonton Suju oppa kesayangan ku.

Ting!

Aku mendapat pesan, ah paling Bomi mau curhat masalah tunangan nya yang suka keluyuran lagi.

Aku mengambil ponsel di depan ku dengan malas, membaca notif tersebut. Kan, dugaan ku benar itu Bomi.

Eh, tapi dia gak curhat tuh?

Bomi<3

| aku ga curhat kok kali ini
| ketemuan di tempat biasa yuk, aku kangen.

Ok bagus, aku bosen denger nya.|
Jam?|

|serapihnya kamu, nanti kalo udah otw kabarin aja.
|see ya~
[read]

•••
TBC


Satu part lagi abis~ hehe.

StorietteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang