Sunrise Bulan Juni
By gadis_hujan
Pagi ini begitu tenang, dengan angin pagi yang menyapa lembut, bunyi dedaunan yang saling menyentuh akibat angin, serta hangatnya sinar mentari pagi yang senada dengan rona wajahnya yang semakin berkilau akibat pantulan hingga riak danaupun ikut berkerlap-kerlip. Entah mengapa aku begitu bersemangat membersihkan diri untuk sekedar memenuhi ajakannya padahal aku sama sekali tidak tidur semalaman. Aku menduga bajunya masih sama dengan yang ia kenakan tadi malam, sementara aku sendiri memutuskan untuk mengganti baju agar terlihat lebih segar-setidaknya begitulah pendapatku-. Setelah hampir setengah jam bersih-bersih dan tidak lupa sedikit memoles wajah dengan bedak marck beserta tonymoli yang membantu mencerahkan warna bibir, akhirnya aku menemuinya yang sudah menunggu di depan penginapanku bahkan sebelum aku mulai bersih-bersih. Karena bingung mencari tempat yang tepat, kami memilih berjalan ke pinggir danau di seberang SMA-ku. Dan jadilah, tepat saat ini, ia duduk disampingku dengan tak hentinya memandang ke arahku, sementara aku sendiri yang tidak begitu mahir menatap matanya memilih memandangi kerlap-kerlip riak danau yang terlihat ceria.
"yona, jadi apa alasanmu menerima ajakanku pagi ini?" suaranya memecahkan lamunanku yang entah tentang apa.
" apa segala sesuatu harus ada alasannya ga? Hmm baiklah. Mungkin aku penasaran dengan pernyataanmu pagi ini". Kali ini hyuga memalingkan wajahnya ke danau dan melemparkan tatapan kosong.
hyuga, begitulah ia ingin aku memanggilnya padahal ia dua tingkat diatasku. Kami bertemu kembali kemarin saat gala dinner acara reuni akbar SMA-ku setelah pertemuan terakhir kami kira-kira dua tahun yang lalu, tepatnya saat aku masih menjadi siswa. Semalam, setelah acara benar-benar selesai, ia menyapaku, dan tidak kusangka sapaan itu akan membuat kami bercerita lebih panjang. Padahal selama acara berlangsung, aku bahkan merasa ia menjauhiku. Dan seakan itu semua tidak cukup untuk menjelaskan teka-teki dari hyuga, pagi-pagi sekali pesan nya muncul di ponselku yang memberitahu bahwa pertemuan kami telah membuat hatinya tidak tenang. Namun aku sendiri tidak heran dengan pernyataan nya, lalu pesan itu kubalas dengan isi yang hampir sama dengan pesannya.
"aku juga penasaran dengan balasan pesanmu". Akhirnya hyuga kembali membuka suara.
"apa kau sadar,na, saat acara berlangsung tatapanku tak bisa beralih darimu. Bahkan ketika aku bernyanyi di depan panggung."
Aku merasakannya, teman-temanku bahkan juga menyatakan hal yang sama. Mereka bilang, laki-laki yang memiliki suara emas ini tidak henti mencari posisiku dan terus memandangiku. Ternyata dugaan teman-temanku tidak salah. Hanya saja aku berusaha memungkiri, karena menurutku hyuga masih menyimpan marah padaku. Ya, terakhir kali kami memiliki cerita buruk yang sampai saat ini membuatku merasa dangkal dan bodoh.
Aku tidak pernah tahu bahwa hari itu hyuga akan menyatakan perasaannya. Bagaimana tidak, sejak SMA, aku menyukai suaranya dan bisa dibilang salah satu fans nya. Rasa senangku bertambah ketika mengetahui bahwa ia memiliki nosis(nomor siswa) yang sama denganku lalu mengajakku foto bersama saat hari perpisahannya. Hari yang kala itu membuatku galau karena merasa baru saja akan menjadi dekat namun ia sudah harus pergi meninggalkan sekolah. Kedekatan kami dimulai saat aku memberanikan diri mengirim pesan pada salah satu akun sosial medianya beberapa bulan setelah ia tamat, bermaksud meminta foto ketika hari perpisahannya. Sedikit kecewa karena ia tidak menyimpan foto tersebut. Namun kekecewaanku diobati oleh keseruan chatting bersamanya. Aku sama sekali tidak menyangka semudah itu aku dan hyuga menjadi enteng bersenda gurau walau hanya dalam chat. Setiap minggunya, aku menunggu-nunggu jam pelajaran TIK(teknologi informasi komunikasi) di labor computer agar aku dapat melanjutkan chat bersama hyuga yang kala itu sudah berada di universitas yang letaknya beda pulau denganku. Lagi-lagi aku merasa semakin dianggap, karena di sela-sela kesibukan ia masih mau membalas chat dari orang yang bukan siapa-siapa baginya. Setidaknya aku harap ia menganggapku adik, karena aku tahu ia menyukai salah seorang seniorku, dan akupun menyukai salah seorang teman sekelasku ketika itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita si gadis hujan 2
Cerita Pendekkisah-kisah tak terduga setelah kehilangan orang terkasih