I .·.My Princess.·.

1.7K 40 17
                                    

Happy Reading

Aku membuka mataku perlahan, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang memenuhi mataku. Aku sedikit mengeliat , merengangkan otot-otot tubuhku. Kini mataku sudah terbuka sempurna, menatap putri kecilku yang sedang tertidur pulas disampingku. Wajah malaikatnya membuat semua orang mau menyayanginya sepenuh hati.

Ia mulai menggeliat. Mata kehijauannya mengerjap beberapa kali. Bibir mungilnya menguap. Kemudian ia menatapku yang sedang tersenyum, ia membalas senyumku.

"Morning princess"

"Morning too, mom"ia mencium pipiku sekilas

"Mimpi indah?"

"Sangat, tadi malam aku bermimpi bertemu Daddy. Dia tinggi dan sangat tampan"aku hanya tersenyum dan mendengarkan ocehannya

"Mom"panggilnya

"Hmm..."aku membalasnya dengan gumaman

"Apa kita akan ke rumah mama dan papa?" Putriku ini memang memanggil kakak dan suaminya mama dan papa. Bahkan kak Dae sangat menyayanginya seperti menyanyangi putrinya sendiri.

"Apa kau mau bermain dengan Deo lagi hari ini?"

"No...no...no...aku cuma mau ngerjain dia , kemarin dia bikin rambut ku kusut"bahkan aku ingin tertawa saat ia mengatakan itu, dia benar-benar lucu . Aku mengecup ujung hidungnya sekilas

"Princess... balas dendam itu tidak baik, bahkan jika kau memiliki dendam saja itu sudah sangat buruk. Jadi jangan membalas perbuatan Deo ya?"

"Tapi Dilly kesal dengannya mom"ia mengkerucutkan bibirnya

"Princess, mom nggak mau kamu punya dendam oke! Jadi lupakan rambutmu kemarin dan bermainlah seperti biasa dengan Deo"ia membuang nafasnya kasar lalu menatapku dengan puppyeyesnya

"Nggak akan berhasil princess jadi dengarkan dan turuin mom oke!"aku menunjukan jari kelingkingku, dengan tidak ikhlasnya ia menautkan jari kelingkingnya

"Oke!"

"Baiklah, sekarang mandilah nanti mom antar ke rumah mama"aku mengedipkan sebelah mataku

"Siip mom!"ia terlihat sangat girang lalu turun dari kasur dan langsung masuk ke kamar mandi

Tawanya lah yang mampu membuatku hidup sampai sekarang, mungkin jika dulu aku pernah menyesali memilikinya , sekarang aku begitu bersyukur dan berterimakasih. Mengingat betapa sulit menjalani kehidupanku, ketika semua caci maki dan penghinaan datang hanya Kak Dae dan Kak Thea yang mau menolongku. Merekalah yang menyakinkanku jika Dilly adalah anugerah.

Aku menatap kosong kue-kue kecil yang kubuat dan sudah kumasukan kedalam kotak bekal. Jika kalian pikir Dilly tak pernah bertanya Daddynya maka kalian salah besar, hampir setiap hari dia berceloteh tentang Daddynya yang bahkan tak tahu keadaannya. Sungguh aku ingin melupakan ayah dari anaku sendiri, tapi mata hijau yang selalu memancarkan keceriaan itu selalu mengingatkanku padanya.

.·.·.·.·.·.

Aku dan Dilly berjalan beriringan sambil tertawa mendengarkan celotehan putriku ini. Ia menggenggam tanganku erat. Mataku kini tertuju pasa seorang bocah yang sedang berada di kolam renang . Ia memang masih berusia 6 tahun tapi dia sudah sangat handal berenang

"Mom, Dilly main sama Deo dulu ya!"rengeknya

"Iya sayang, mom mau ketemu mama sama papa dulu ya"

Aku berjalan kearah ruang kerja kak Thea yang selama ini sering dipakainya. Mengetuk beberapa kali sampai terdengae seruan masuk dari dalam. Kulangkahkan kakiku masuk kearah ruangan itu. Saking sibuknya dengan dokumen-dokumen yang akan kuserahkan pada Kak Thea aku tak sadar ada sesosok manusia yang sedang menatapku lekat-lekat.

"Kak, ini dokumen yang kakak minta kemarin. Sudah aku cek tapi ada beberapa hal yang ingin kutanyakan tentang dokumen yang satunya"aku meletakan dua map biru doatas meja kerja Kak Thea

"Tentu... ngomong-ngomong apa Dilly ikut?"tanyanya sambil mengecek dokumen yang kuserahkan

"Tentu saja, jika tidak aku tak akan mengganggu kakak dan Kak Dae sepagi ini hahaha..."

"Hahaha... kau benar, Dilly benar-benar mirip ayahnya"kini pandangan kak Thea berpindah kearah sofa yang berada dipojok ruangan. Pandanganku pun seakarn reflek mengikuti pandangan kak Thea, dan pada saat itulah mataku terkunci dengan mata hijau yang selalu mengisi hari-hariku. Bahkan ketika kak Dae datang dan meletakan beberapa gelas jus manggapun aku tak sadar

"De... kau tak apa"kak Dae memegang lenganku, membawaku kealam sadar

"Ak...aku...aku tak apa"

"De sepertinya kakak nggak ke kantor hari ini, hari ini kakak mau bantuin Dae nyiapin ulang tahun Deo besok. Kamu urus semua ya?"kini pandanganku kembali ke arah kak Thea

"Tentu, apa sih yang nggak buat keponakan gantengku hahaha..."aku tertawa hambar tak seceria tadi

"Hmm... kayaknya aku nggak jadi nitip Dilly deh kak, aku mau bawa dia ke kantor aja deh"

"Lho kenapa? Bukannya Dilly mau kamu anter kesini buat main sama Deo?"

"Nggak usah deh kak, aku nggak mau ganggu acara keluarga kalian"

Segera aku keluar dari ruangan itu. Bisa-bisanya kak The berkata Dilly mirip dengan laki-laki itu, Dilly cuma miliku. Aku yang akan selalu menjaga dan merawatnya bukan orang lain.

"Dilly ayo .."

"Lho kan Dilly mau disini aja mom"

"Iya mom, Dilly biar main sama Deo aja"ucap deo yang sudah ganti baju dan mandi

"Iya, tapi nanti Mom nggak bisa jemput jadi besok aja waktu ulang tahun Deo"sebenarnya ini cuma alasan agar Dilly nggak terus-terusan berada disini supaya tidak bertemu ayah kandungnya

"Kalo gitu Dilly nginep aja mom, biar nanti tidur sama Thesa"sepertinya dua bocah ini bener-bener kayak le, sama perangko, bahkan jika aku ambil satu yang satunya ngikut

"Hai Deo..."sapa seseorang dibelakangku

"Hai om"balas Deo

"Ini siapa? Cantik banget, nggak mau dikenalin sama om?"tanya orang itu, sepertinya pupus harapan dan perbuatanku menjauhi orang ini

"Oh... ini sepupu Deo om, anaknya tante Dea. Namanya Dilly"Dilly malah memperhatikan sosok yang sedang mensejajarkan dirinya dengan mata polosnya. Bahkan orang-orang akan tahu dalam sekilas jika mereka memiliki hubungan darah

"

HopeslyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang