Hari ini cuacanya mendung. Devan segera berlari kearah mobil yang sudah menjemputnya. Tepat setelah pintu mobil tertutup, hujan deras segera mengguyur kota Jakarta. Devan mendesah lega. Beruntung ia segera lari ke dalam mobil.
Mobil pun melaju menuju rumah Devan. Menerobos hujan deras yang sedang mengguyur habis seisi kota. Mobil Devan terhenti karena kemacetan yang terjadi di hadapannya. "Pak, ini kenapa macet?kok tumben. Bukannya ini udah lewat jalan kecil ya?" tanya Devan bertubi-tubi. Pak Arsya hanya menggeleng tak tahu.
"Kayaknya ada kecelakaan den." jawab Pak Arsya. Devan yang semula menegakan diri kembali mengehempaskan dirinya di sofa jok mobil. Devan menyambar iPhone-nya dan mengecek notification apa saja yang masuk.
Ada beberapa line dan ask.fm. Beberapa likes di Instagram dan mention-mention di twitter yang paling-paling hanya berisi :
"Kak Follback".
Oh ya, Devan termasuk anak yang cukup populer di kalangan kakak kelas maupun adik kelas. Platinum, adalah nama geng Devan. Pemimpinnya bukan Devan melainkan Farras. Selain Devan dan Farras, ada juga Fafat, Carlos, dan Althaf.
Dan tentu saja ada geng ceweknya juga. Perfple. begitulah nama gengnya. Kepanjangan dari Perfect People. Ada Marsha,Tesa,Nadira,Indy dan Keisya.
Kembali ke Devan. Devan sedang menatap kaca mobilnya yang sudah dipenuhi oleh butir-butir air hujan. Sesaat Devan melihat seseorang yang sangat populer di sekolahnya. Cukup populer sih. Tapi Devan tidak tahu namanya. Iya hanya kenal sepintas. Gadis itu memakai seragam sekolah yang sama dengan miliknya. Rambutnya basah terkena air hujan.
Ia melindungi kepalanya dengan tangan dan berdiri di pinggir trotoar. Menunggu. Devan yakin cewek itu sedang menunggu penjemputnya. Tapi ngapain harus ke trotoar segala kalau di sekolah lebih nyaman. Sekolah Devan menyediakan sebuah ruangan untuk murid-murid yang belum dijemput atau penjemputnya telat menjemput. Sebuah ruangan yang sangat lebar dan luas.
Devan sudah 4 kali menunggu di ruang tunggu. Ruang tunggu benar-benar menyenangkan. Bahkan beberapa murid sengaja meminta dijemput lebih lama dari biasanya hanya agar bisa tetap tinggal di ruang tunggu. Di dalam ruang tunggu ada sebuah perpustakaan kecil dan pantry. Terdapat free wifi dan hotspot. Dan beberapa televisi di beberapa spot ruangan. Sofa-sofa, sofabed, meja makan(dekat pantry), kamar mandi, dan ruang ganti.
Devan pikir, kenapa dia nggak nunggu di ruang tunggu aja ya? Di ruang tunggukan nyaman banget. Jadi ia memutuskan untuk menurunkan kaca mobilnya sedikit.
Beberapa percikan air memercik dan membasahi wajah Devan sedikit. Ia mengelap wajahnya lalu menatap cewek itu.
"Hey!" panggil Devan. Cewek itu menengokan kepalanya kearah Devan.
"Ha?Gue?" tanya cewek itu bingung. "Iya lo!Masuk cepet!" seru Devan. Ia membuka pintu mobilnya sedikit dan membiarkan cewek itu masuk.
"Ini, pakai dulu jaket gue. Daripada lo mati kedinginan?" kata Devan seraya menyerahkan jaketnya. Cewek itu segera mengenakannya dan mengeratkannya di tubuh mungilnya.
Lampu merah berganti menjadi kuning, lalu hijau. Mobil Devan segera melaju kembali.
"Jadi, nama lo siapa?" tanya Devan lembut. Devan memang lembut kepada semua wanita. Walaupun terkesan dingin, tetapi ia sebetulnya adalah orang yang sangat hangat dan penyayang.
"Tesa.Tesa Audrey Sefarani. Dan lo Devankan? Devan Adi Pranawa?" jawab Tesa sambil tersenyum manis.
Seketika Devan langsung tersenyum juga melihat Tesa tersenyum. Devan mengangguk.
"Lo ngapain sendirian di trotoar? Hujan pula." tanya Devan. Tesa menghela nafas kesal. "Hari ini tante gue jemput. Tante Hana. Tante Hana itu nggak begitu suka sama gue. Gue juga nggak tau kenapa. Tapi dia selalu punya niat jahat buat gue. Dari situlah, gue juga jadi kesel sama dia yang terkesan jutek banget sama gue. Dan hari ini, dia sok-sokan mau jemput gue. Dia suruh gue nunggu di trotoar yang jauh dari sekolah dan gue nggak boleh kemana-mana sampe tante gue jemput. Tapi gue udah hampir mati kedinginan dengan badan basah kuyup jadi saat lo nyuruh gue buat masuk, gue seneng banget karena, finaly gue nggak sekedinginan tadi." jelas Tesa panjang lebar.
Devan segera mematikan AC mobilnya dan menghempaskan diri ke sofa jok lagi. Tesa menatap Devan. Menatap lurus ke arah Devan. Dia tampan, Dia baik, Dia penyayang, Dan dia menghargai wanita. Siapapun pacarnya menurut gue adalah cewek terberuntung di dunia ini. Pikir Tesa.
***
Devan mengajak Tesa kerumahnya dan meminjamkan beberapa baju adiknya. Berhubung orang tua Devan sedang tidak ada di rumah dan kakaknya juga masih kuliah, Devan di rumah hanya dengan pembantunya dan adik perempuannya.
"Nad! Temen gue pinjem baju lo yeah?" tanya Devan. Nadya mengiyakan lalu Devan mempersilahkan Tesa berganti di kamar Nadya. Tesa sempat mandi air hangat juga karena Devan menyuruhnya agar merasa lebih hangat.
Devan dan Nadya sudah menunggu di meja makan. Tesa berjalan menuruni tangga. Ia mengenakan Celana jeans hitam ketat dan sweater Toska.
"Hai kak, kakak temennya Devan kan?" tanya Nadya. Tesa mengangguk sambil tersenyum. Senyuman Tesa ceria,hangat dan manis.
"Ayo Tes, makan dulu" ajak Devan. Mereka bertigapun makan ditemani canda gurau.
Setelah selesai Tesa pamit pulang.
Dan sebelum Tesa sempat melangkahi pintu, Devan sudah mencegahnya.
"Biar dianter sama Pak Arsya aja ya? Nggak baik cewek sendirian malem-malem" Ucap Devan Perhatian. Tesa tersenyum dan mengiyakannya. Iya segera memasuki mobil Devan.
"Tesa...gue suka sama lo" lirih Devan.