"Tesa?!" seru Devan kaget. Oh Tesa. Hei Tesa! Bodoh!
"Lo lagi ngomongin gue?" tanya Tesa dengan lagaknya super menyebalkan.
"Ha? Enggak kok" elak Devan. Ia sudah keringat dingin melihat tatapan dingin dari Tesa ditambah AC perpustakaan yang juga dingin *lah
Tesa menulusuri mata coklat Devan. Mencari kebohongan yag tersembunyi di dalamnya. Tapi ia tidak bisa fokus. Devan terlalu tampan.
(Hey gue mau muntah nulisnya)
Ia mengerjapkan mata berkali-kali. "Forget it"
Devan mencuri pandangan Tesa. "Hey, eh lo... hari minggu nggak ada acara kan?" taya Devan.
"Nggak ada. Kenapa?"
"Nggak apa-apa. Eh yaudah jam 2 siang gue jemput di rumah lo" ujar Devan kemudian berjalan ke arah Lito dan pura-pura menyibukkan diri. Tesa tersenyum malu-malu.
Ia berjalan keluar perpustakaan dengan tergesa-gesa. Ia benar-benar merasa nervous. Hey, ia sampai berjalan dengan menunduk-nunduk. Sepertinya ia sedang suka melihat lantai putih ini. Ia benar-benar memikirkan hari minggu dan segala bajunya dan -
"Tesa !"
-sepatunya. Tidak sampai seseorang memanggilnya. Tesa menaikan pandangannya dan tersenyum kecut. Keisya. Oh anak itu suka banget berteriak-teriak. Entahlah. Maksudnya, hey, itu lebay. Kau seakan berteriak hanya karena kucing tetanggamu mati dan melompat-lompat tidak jelas saat tahu ada murid pindahan baru yang sangat tampan. Dan betapa rakusnya Keisya dengan tubuh mungil yang super langsing sampai-sampai orang-orang tidak akan menyadari porsi makannya.
Lupakan Keisya. "TADI ADA KAK RICO AAAAAAA GILA GANTENG BANGET ISH. EH LO TAU GA GUE DAPET 6 MTK-NYA?! BELOM TAUKAN?!IYAKAN?!" cerocos Keisya.
"Sssssttttt" desis ms. Ghinna, penjaga perpustakaan sekolah untuk hari senin, rabu, dan jum'at. Ms. Ghinna melayangka tatapan tajamnya kearah Keisya lalu membetulkan kacamatanya dan kembali fokus pada pekerjaanya dia Komputer.
Keisya mendengus sebal. Ia memutar matanya dan kembali menghadap Tesa.
"Gue punya kabar yang lebih mengejutkan dari apapun." beritahu Tesa dengan tenang. Keisya menaikan sebelah alisnya dengan curiga.
"someonejustaskedformetodatewith"
ucap Tesa dengan kecepatan cahaya *fixauthorlebay*
Keisya melotot. Ia jelas bisa menangkap apa yang Tesa katakan dengan baik. Keisya menyeringai kegirangan. "And he is....... (? )"
"no. he's not my boyfriend. we're just, you know friends. yeah just a friends."elak Tesa.
"And soon will be....." tanya Keisya. Ia tersenyum usil dan melompat kegirangan. Persis orang kesetanan.
Tesa hanya memutar mata. Menyesal karena sudah memberitahu sebuah kabar kecil yang tidak penting kepada Keisya. Mereka berdua segera berjalan keluar perpustakaan untuk menemui Marsha.
***
"HADUH GIMANA NIH GUE GOBLOK BANGET DEMI APAPUN!" pekik Devan Histeris. "Lu ngapa dah dev?" tanya Carlos santai. "Gue ngajakin Tesa date dan gue bahkan gatau mau ngajak dia kemana! Stupid mouth!" umpat Devan.
Ia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Ia mengacak rambutnya kembali dengan gaya 'orang depresi'. Carlos terkekeh pelan. Devan menoleh kearah Carlos. Ia menatapnya seakan what-did-you-just-said-?
"Its not that easy coeg!" gerutu Devan. Carlos masih terus menanggapinya dengan santai. Devan sendiri sampai berpikir "ini orang punya temen. Giliran temennya minta tolong dia jadi gaguna banget yeh etdah".
***
SKIP>> MINGGU PUKUL 13.54 p.m.
Devan memegang setir mobilnya kuat-kuat. Ia sudah berada di depan rumah Tesa. Sebuah rumah type TownHouse minimalis yang bernuansa hitam-putih. Devan sudah 'ngeline' Tesa. Ia hanya tinggal menunggu dan oh Devan mati kebosanan btw.
Ini sudah lebih dari 30 menit. Dan Tesa belum keluar juga. Devan segera memasangkan headset dan menyalakan lagu dengan full volume. Beberapa menit kemudian seseorang mengetuk kaca mobil Devan. Tesa. Gadis itu tampak terburu-buru. Devan segera membuka kuncinya sehingga mobil tidak terkunci. Tesa lalu membuka pintu mobilnya sambil mengucapkan beberapa kata-kata permohonan maaf. Devan hanya menganggukkan kepalanya lalu menginjak pedal gas. Mobil sport Devan melaju membelah jalanan kota Jakarta yang ramai. Memasuki tol, Devan semakin merasa seperti di dalam racing arena.Ia menyalip semua mobil yang ia bisa.
Tak lama, mobil Devan terhenti di sebuah panti asuhan.
PANTI ASUHAN BUNDA KASIH