10.

7 1 0
                                    

hati-hati typo bertebaran. harap di maklum karen ini belum direvisi.

selamat membaca....

*** 

Pagi yang menyebalkan bagi Raina. bukan gara-gara bangun kesingan. yang pasti jam 5 pagi dia sudah bangun itu juga dibangunin sama alarm dan juga jatuh dari tempat tidur. Raka-kakak nya Raina harus berangkat duluan tanpa memberitahu Raina. Raina juga baru mengetahui setelah dia mengetuk pintu kamar kaka nya yang tak kunjung dibuka,tahunya sang kaka sudah berangkat duluan setelah mengirimkan pesan singkat kepada nya.

"terus aku harus naik damri ? jam segini kan suka penuh penumpang nya" keluh Raina pada dirinya sendiri.

"dasar menyebalkan. Punya kakak gak ngabarin dulu kalau berangkat duluan, tsu gitu tadi gak santai santai dulu kan. Mana pantat aku sakit lagi gara-gara jatuh dari tempat tidur, dan itu semua gara-gara cowok gila itu." rutuk Raina pelan. Meskipun pelan tapi masih bisa di dengar oleh teman kostan yang kamarnya sebelahan dengan Raina.

"kenapa kamu pagi-pagi marah marah beegitu? Raka mana? Tumben sendiri disini"

Raina pun menengok ke arah sumber suara tersebut, dan melihat Lina yang baru keluar dari kamarnya.

"tau ah mbak, kesal aku sama bang Raka.pergi duluan tanpa memberitahu ku, mana tadi aku nunggu nunggu terus ketok pintu kamarnya gak dibuka. Pas di WA eh tahunya sudah berangkat coba. Keselkan. Mana jam segini kalau naik damri suka penuh lagi" cerocos Raina menumpahkan kekesalan nya kepada Lina.

"eh tapi ko tumben mbak Lina baru mau berangkat, nyantai pula?" tanya Raina kepada Lina, karena biasa nya Lina berangkat pagi-pagi sekali. Maklum lina baru bekerja selama 3 bulan ini menjadi sekretaris CEO.

"Woooaahhh keren jadi sekretaris CEO" respon Raina dulu waktu Lina baru diterima bekerja. Tapi setelah Lina bekerja selama satu bulan, itu tidak lah keren. Karena apa? Karena lina harus berangkat pagi-pagi sekali dan pulangnya pun terkadang suka malam. Apalagi kalau weekend tiba, tak jarang Lina harus menemani bos nya menemui clien yang ingin bertemu di hari libur.

"kebetulan bos embak nyuruh masuknya siang, soalnya dia juga baru mau masuk setelah makan siang" jelas Lina setelah duduk disamping Raina.

"pantesan. Biasanya aku baru mandi emba lina sudah berangkat saja" ucap Raina dengan mengangguk anggukan kepala.

"kamu mau bareng sama embak 'gak berangkatnya, kebetulan mau kedaerah sana dulu sebelum ke kantor" tawar Lina

"maulah dari pada naik Damri tapigak bisa duduk kan pegel embak kaki aku"

Raina pun akhirnya diantar Lina ke rumah sakit. Walaupun belum setahun mereka kenal tapi mereka sudah seperti adik dan kakak. Lina sendiri adalah anak tunggal karena ibunya tidak bisa untuk hamil lagi. Semenjak bertemu dengan Raina Lina merasa punya adik, karena sikap Raina yang seperti anak kecil. Tak jarang juga Lina suka menginap di kamarnya Raina.

Setelah mereka sampai di depan rumah sakit, Raina turun dan pamit kepada Lina. Namun, ketika Lina akan pergi ada suara yang memanggil namanya.

"Lina.."

Disaat Lina berbalik untuk melihat siapa yang memanggil nya. Lina mengerutkan keningnya ketika menemukan Dimas yang dia tahu adalah teman bos nya sedang mendekati dia.

"mau ngapain pak Dimas nyamperin aku" ucap Lina dalam hati.

"tuh kan benar loe Lina, sekretarisnya Dev" ucap Dimas setelah sampai didekat Lina.

"ada apa ya pak Dimas?"

"loe mau ke kantor kan? Gue nebeng sama loe ya, soalnya mobil gue lagi di pinjeng ma bokap"

"tapi saya mau ada urusan dulu dekat sini. Kenapa enggak naik taksi saja"

"itu dia masalahnya. Dompet gue ketinggalan di dalam mobil. Tapi untungnya sekarang ada loe jadi gue gak harus jalan kaki ke kantor" bohong Dimas. Padahal dompet dia masih ada di saku jasnya, untuk masalah mobil Dimas tidak berbohong.

"tapi kan...."

Ucapan Lina terpotong ketika Dimas mengambil alih motornya danlangsung memakai helm bekas Raina pake tadi.

"udah gue yang bawa motornya. Malu juga gue kalau harus dibonceng ma cewek" jelas Dimas.

Mereka pun pergi ke kantor namun Lina meminta Dimas untuk mampir duku ke toko buku yang didekat rumah sakit itu.

***

Sebenarnya Raina masih kesal sama abang nya itu, tapi ketika Raka mengajak Raina untuk makan di kantin bareng dokter Gio karena mereka sama sama mengerjakan pasien yang habis di operasi seketika kesal Raina terhadap abang nya itu menguap entah kemana. Yang pasti Raina tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk makan bareng sama dokter Gio.

"praktik kamu sampai kapan disini?" tanya dokter Gio setelah mereka duduk di meja kantin dengan makanan mereka masing-masing.

"mungkin bulan depan selesai dok." Jawab Raina singkat karena masih merasa gugup jika berada dekat dengan dokter Gio.

"hmm jadi sebentar lagi kamu bakal wisuda ya" dokter gio manggut manggut kepala.

"iya" jawab Raina singkat lagi sebelum memasukan makanan nya ke dalam mulut.

"tumben diem gini, biasanya kamu suka cerewet" ucap Raka tiba-tiba yang mampu mendapatkan pelototan dari Raina.

"yang bener Ra?" tanya dokter Gio

"iya dok, cuman saya lagi sariawan aja. Hehee" jawab Raina bohong sambil tersenyum manis yang dipaksakan.

Ddrrtt ddrrtt

Hp dokter Gio bergetar karena ada telpon masuk. Setelah melihat siapa yang menelpon nya, Dokter Gio pun pamit kepada adik kakak itu untuk pergi terlebih dahulu sembari menjawab panggilan yang tadi masuk.

"aawwww.." jerit Raka karena setelah kepergian dokter Gio Raina mencubit pinggangnya dengan keras.

"abang tuh ya suka bikin jatuh aku aja sih" kesal Raina dan menghabiskan makanan nya yang masih tersisa sedikit lagi.

"habis nya lucu aja sikap kamu tadi, seperti bukan adek abang aja" cengir Raka.

"udah ah aku mau ke tempat embak Mila. Bye" pamit Raina dengan angkuhnya kepada Raka.

Raka hanya tersenyum saja melihat kelakuan adek nya itu. bagaimana pun juga Raina adek satu satunya yang dia punya.

***

21/06/2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINY  (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang