Page 2

412 56 5
                                    

.
.
.

Tuh kan!

Mereka kesiangan karena Root lambat bangun. Di sampingnya ada Root yang tengah meminta maaf sedari tadi. Apa kata Nanamori nanti kala sudah tiba di sana? Pastinya akan sangat membuat hati gelisah. Mereka bergelut dalam pikiran masing-masing, mencemaskan banyak hal namun satu tujuan.

Handphone yang sedari tadi berdering di saku ia abaikan begitu saja. Ini keadaan yang mendesak. Terpaksa [Name] harus tidak meresponnya.

Mereka berdua berlari, berusaha untuk mengejar waktu. Teguran juga sapaan orang-orang di daerah sana pun ikut terabaikan.

Setelah cukup lama berlari―jangan lupa dengan kecepatan maksimal mereka berdua, akhirnya mereka tiba dengan selamat. Nafas mereka tersengal-sengal. Root mencoba mengaturnya sejenak lalu mengelurkan tangannya pada [Name].

"Ayo masuk bersama," ajaknya.

Dengan cepat, gadis itu menepisnya. Membuang muka lalu menggerutu pelan. "Tidak. Tidak usah, terimakasih. Kita harus segera masuk, Na-kun akan menegur kita kalau lebih lambat lagi."

Gadis yang menjadi kekasih Root itu segera masuk, meninggalkan pemuda itu. Wajah Root mulai terlihat kecewa, aura suram itu sontak saja memenuhi dirinya.

"Hoi―! Matte matte!" seru Colon.

Delikan sebal diberikan oleh sang gadis sedangkan tatapan bingung diberikan oleh Root. Root mengintip sebentar lalu melangkah masuk. Di sana, terlihat Colon yang menghalang [Name] untuk masuk.

Root menegak ludahnya. Sudah tau kalau gadis itu sedang kesal jangan diganggu, masih saja mencari gara-gara.

"Minggir."

bugh!

Colon terlempar ke dinding.

Mampus kan―

Eh, ralat, nah kan.

Root membatin, setengah kasian setengah menahan tawa dalam hati. Tapi, mari kesampingkan hal itu dulu. Di dalam pikirannya sekarang hanya satu yang terus berputar.

Kenapa [Name] marah padanya?

Apa karena ia terlambat bangun? Tapi walaupun ia sering begini, [Name] tidak marah. Apa mungkin saja ada sesuatu yang mengganggunya sebelum berangkat ke rumah Root?

"Kamu tidak kenapa-kenapa, kan, Colon?" tanya Root mencoba membantu. Lamunannya buyar ketika sosok yang memiliki avatar berwarna biru muda itu tengah mengaduh kesakitan.

"Iya... ga apa. Ngomong-ngomong, [Name] kenapa sih? Ketus kayak gitu. Sakit tau, terlempar di dinding."

Colon mengeluh. Root tertawa hambar. Ia menggaruk tengkuknya. "Lagi ada masalah, yah?" tanya Colon.

"Uhm, dia tiba-tiba marah tidak jelas."

"Lagi datang tamu, mungkin."

"Siapa yang lagi datang tamu, hah?"

Colon diam, menegak ludahnya ketika mendengar suara gadis yang familiar di telinganya. Lantas, dia berlari masuk, berusaha kabur. [Name] hanya menghela nafas.

Tatapannya pun berganti pada Root. "Sudah, kau juga masuk sana. Na-kun menunggu."

"I-iya," balas Root dengan kikuk lalu berjalan masuk meninggalkan kekasih tanpa menyadari bahwa gadis itu sedang bergumam.

"Aku membenci hubungan ini. Harusnya kami tidak jadian, saja. Hah...."

.
.
.

Hate Things [Root version] [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang