Page 3

369 49 0
                                    

.
.
.

Sewaktu rekaman, sebuah panggilan masuk di handphone milik [Name] membuatnya harus keluar. Anggota sutopuri yang lain tidak terlalu mempedulikannya karena tau bahwa dirinya sering mendapat telephone. Lebih tepatnya juga karena tidak ingin mengganggu privasi.

Tapi berbeda dengan Root. Semenjak sang kekasih bersikap dingin padanya tadi pagi, ia menjadi amat sangat penasaran sehingga membuatnya tidak fokus. Berulang kali ia salah menyanyikan bagian lirik.

"Uh, [Name] sedang apa sih?" gumamnya berkali-kali pula yang dapat didengar oleh member yang lain.

"Daripada kau ga fokus, coba susul saja dia, deh." Satomi menyahut, menopang dagunya, menatap sosok Root yang dilanda kegelisahan.

"Eh, eh, apa tidak apa yah, keluar sebelum rekaman selesai?" tanya Root tidak enak.

Jel mengangkat bahunya enteng, membuka mulutnya agar bisa mengatakan sesuatu. "Ya iyalah, keluar aja daripada tiba-tiba pacarmu hilang."

Tanpa diperintah sekali lagi, Root segera keluar, mencari keberadaan [Name]. Rasanya seperti diancam oleh perkataannya, maklum. Irisnya melirik ke setiap sudut penglihatannya. Memastikan bahwa sosok bersurai [hair colour] tersebut tertangkap oleh tatapannya.

Dan bersyukurlah, ketika ia mendengar suara familiar yang merupakan suara [Name]. Tanpa basa-basi lagi, ia mencoba berjalan ke arahnya. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar bentakan darinya.

Sepertinya ia sedang menelpon seseorang, batin Root.

"Sudah kubilang, aku memang membenci dirinya. Hanya saja, aku tidak bisa putus dari hubungan ini!" bentakmu.

Root mengambil tempat di belakang dinding, bersembunyi agar tidak dilihat olehnya. [Name] menghela nafasnya lalu menggerutu pelan. "Dia itu, dasar―"

"―Root, udah selesai, yah?" tanya Rinu yang tiba-tiba muncul.

"E, eh. Sssh! Rinu-kun, jangan ribut! Nanti dia bisa mendengar kita, lho!"

"Hah? [Name] maksudnya? Memangnya ada apa, sih, kalian berdua? Lagi bertengkar, yah?" Rinu melontarkan pertanyaan yang bertubi-tubi, membuat pemuda yang memiliki image colour berwarna kuning cerah itu kebingungan.

Raut wajah kecewa yang tentu saja sedih itu diperlihatkan olehnya. Nafas yang berat seakan tidak memiliki harapan juga iris yang panas.

"[Name] tidak menyukaiku. Dia membenciku dan sebentar lagi kita akan putus."

Rinu membelalak. "HAH?! CHOTTO. KOK BISA, SIH?!"

"Sssh! Jangan keras-keras, Rinu-kun!"

"Ya maaf, lagian perkataanmu tidak masuk akal, sih. Buat apa dia menerimamu kalau memang dia membencimu, huh? Kau salah paham saja," ujarnya memberi penjelasan. Walaupun Rinu memberikannya penjelasan berulang kali, tetap saja dirinya tidak mampu menerima semuanya.

Ya, pacarnya membencinya, membenci hubungan ini namun ia tidak mengerti ... kenapa [Name] bisa membencinya.

Ada yang salah.

.
.
.

Hate Things [Root version] [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang