Hugo [5]

229 39 1
                                    

Aku sedang datang bulan hari pertama, tapi Hugo tidak tahu hal itu. Alhasil, sore tadi cowok itu kubuat panik saat tiba-tiba aku menangis hanya karena tidak diizinkan pergi bersama Nina untuk pergi menonton pertandingan basket sekolah.

Dengan kesal aku mengeluarkan semua uneg-unegku selama ini. Bahkan, sepertinya aku juga mengatai Hugo. Entah apa saja yang sudah kuucapkan, tetapi ocehanku yang sambil menangis itu berhasil membuat Hugo terdiam.

Sore itu aku harus mengakui jika Hugo ternyata bisa bersikap cukup manis juga. Padaku. Karena jika pada Kak Naya sih dia sudah sering berlaku seperti itu.

Saat aku menangis dan mengomel, Hugo hanya diam saja sambil sesekali mengangguk. Dia dengan setia menemaniku yang menangis menyembunyikan wajah di meja makan.

Ketika sudah berhenti menangis dan hanya menyisakan sesenggukan, aku merasakan tangannya mengusap bahuku.

Tidak menyebalkan seperti Hugo biasanya, dia mengatakan ini saat aku menatapnya.

"Biru, udah nangisnya? Gue minta maaf ya?"

Iya, Hugo minta maaf dan hanya kubalas kedipan mata saking tidak menyangkanya mendengar cowok itu justru meminta maaf.

Dengan manisnya dia memberiku 2 botol susu pisang. Bayangkan, dua! Biasanya aku mau minta seteguk saja langsung ngomel.

Hugo menusukkan sedotan, lalu memberikan susu pisang itu sambil bilang. "Ini obat paling manjur kalo gue lagi sedih."

Harusnya aku mencibir, tapi mendengar itu aku justru kembali menangis membuat Hugo langsung memelukku.

Tangannya menepuk-nepuk punggungku, lalu berbisik. "Nanti gue ajak Langit main basket di rumah deh. Biar lo bisa fotoin dia sepuasnya."

Rasanya setelah mendengar itu aku ingin sekali berteriak, "SIAPA JUGA YANG NANGISIN KAK LANGIT? AKU PENGEN NONTON BASKET KARENA GAK MAU DITINGGAL MALAM MINGGUAN SENDIRI DI RUMAH!"

Tertanda,
Blue Narendra yang perutnya masih kram.

Hugo's Journal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang