4. Awal Yang Tak Terduga.

21 3 0
                                    

Sudah 3 hari berlalu selama ujian ini dan kami belum pernah berbincang cukup panjang selain kata 'Terima kasih' dan 'Maaf'.

Terima kasih untuk bantuan ku mengerjakan soal fisika Rigil yang ia tak paham dan maaf untuk beberapa kali aku tak segaja menyenggolnya.

Rasanya ketika kulit kami bersentuhan sekujur tubuhku berubah panas, iya memang benar begitu adanya aku tidak bohong.

Sejak tadi aku merasakan gelagat aneh dari Rigil, dia berulang kali melihat keatas kertasku. Aku jadi curiga apa yang dia lihat. Padahal soal kami sungguh jauh berbeda.

Tanpa segan aku menoleh dan menatapnya. Rigil menggaruk tengkuk leher lantas tersenyum lebar hingga menampakan gigi gingsulnya.

"Ngapain?" Sergahku.

"Hah? Gak ada"
Dia memandang kesegala arah menghindar kontak mata denganku.

"Tadi ngapain lihat kertas jawabanku?" Tanyaku lagi tak sabar.

Hingga samar-samar aku mendengar nama Rigil terlantum dari seorang wanita disebrangku, aku lantas menoleh mencari pemilik sang suara. Dan akhirnya aku berdehem paham. Aku berbicara lagi dengan Rigil yang sekarang kembali fokus ke soalnya.

"Oh. Kamu liat jawabanku buat dia, mantan kamu?"

Demi tuhan aku menyesali perkataanku baru saja, ku lihat Rigil sekarang menoleh dan balik menatapku.

Bukan aku sok tahu segala hal tentang Rigil tapi memang satu sekolah tahu bahwa Hani mantan pacar Rigil yang digadang-gadang menjadi pasangan ideal, Rigil yang tampan si anggota paskibra sekolah dengan Hani si cantik kelasku. Huh memang menyedihkan menyadari kenyataan bahwa si cantik satu kelas denganku.

Tidak ada jawaban dari Rigil dia tetap menatapku seperti detik yang lalu.

"Maaf, bukan aku tidak mau berbagi. Tapi aku tidak suka dengan cara kamu mencuri jawaban dariku untuk dia. Meminta dariku secara langsung bisa kan? Walau kemungkinan besar aku tidak memberinya tapi dicoba dahulu tak masalah bukan. Aku tidak suka cara kalian berdua"

Setelah berbicara, aku mengemas kertas ulangan dan peralatan tulis ku lantas berdiri berjalan ke depan untuk mengumpulkan hasil kerjaku, aku keluar dari ruangan dengan wajah masam. Aku tak perduli dengan Rigil yang masih memperhatikanku dari tempat duduknya, sungguh aku kesal dibuatnya dan satu lagi aku tahu dibalik sikap dinginnya itu yaitu menyebalkan.

###

Handphone ku berdering diatas meja belajar, satu notifikasi tanpa nama muncul di layar.

Unknown
Hai, ini Beta kelas 11-3 bukan?

Me
Iya.
Siapa ya?

Unknown
Aku Rigil partner satu bangku kamu.

Hah demi apa, mataku seketika terbelalak membaca satu nama dalam pesan itu Rigil.
Seorang Rigil Kentaurus mengirim pesan padaku.

Unknown
Maaf untuk yang tadi.

Satu kali lagi handphoneku bergetar.
Aku diam menatap kata dari layar, kejadian tadi pagi masih membuatku kesal.

Me
Ah ya, tidak papa.
Aku sedang belajar.

Unknown
Oh ya maaf menganggu.
Sampai bertemu besok di sekolah ya, Beta!

Mataku menyipit membaca pesan darinya, lamat-lamat aku perhatikan setiap kata yang dia ketik hingga akhirnya aku menyadari satu hal yaitu pertama kalinya dia menyebut namaku.

Rasa senang bercampur aduk dengan wajahku yang memanas membuat fokusku teralihkan dengan membayangkan wajahnya, tidak sabar untuk hari esok. Untuk bertemu dengan Rigil lagi. Aku berharap atas kejadian yang membuat amarahku muncul tadi pagi adalah awal dari hubungan baik kami.

***

"Selamat pagi!"

Sebuah sapaan manis terlontar dari seseorang diseberang sembari tersenyum tipis. Suara Rigil bisa aku kenali dari jarak jauh sekalipun, dia tengah asik berbincang dengan kawan satu kelasnya dan sesekali tertawa cukup renyah entah apa yang mereka bicarakan. Itu urusan anak laki-laki.

Bel tanda masuk kelas berbunyi, segera aku bergegas masuk dan aku sedikit tersentak tatkala suara seorang pria menyapaku.

"Hay" katanya.

Aku berbalik dan mendapati Rigil tengah tersenyum kepadaku, untuk kesekian kalinya aku menahan napas. Lekas aku bergegas berjalan masuk, tanpa mengindahkan panggilannya.

Suasana kelas sangat riuh pagi ini, banyak yang berbincang membicarakan metode mencontek yang ampuh, karena hari ini adalah pelajaran matematika. Aku lihat Rigil juga tengah asik mengoceh dengan kawan belakang bangkunya. Sejauh ini aku tidak bereaksi apa-apa terhadap kebisingannya karena aku tahu dia memang orang yang menyenangkan dan banyak bicara.

Rigil menyentuh sisi pundaku.

"Mau gak?" Tawarnya, mengulurkan satu permen karet kepadaku.

Aku diam serambi menatap permen itu.

"Nih biar gak terlalu tegang sama soal matematika" menarik satu tanganku dan membuka telapak tangan lalu meletakan permen itu disana.

"Ohh, thank you" aku terkejut.

Rigil kembali menoleh ke belakang dengan mulut yang mulai mengunyah permen karet yang baru di bukanya. Sungguh aku dibuat bingung dengan sikapnya akhir-akhir ini, dalam benakku terbesit pertanyaan dia kenapa? Dia yang sedingin es batu itu kenapa tiba-tiba menghangat bagai sinar fajar? Ah aku tidak tahu.

Berapa saat kemudian guru sudah masuk kelas dan mulai membagikan kertas ujian dan disaat itu pula kelas menjadi lebih tenang.

***

Renjun NCT DREAM as Rigil Kentaurus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun NCT DREAM as Rigil Kentaurus

Republis
Simpang Pulai, 07 Maret 2020

Pusat Gravitasi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang