1. Laki-laki Bergigi Gingsul

91 4 0
                                    

Disinilah diriku saat ini yang sedang menatap keluar kelas.

Menatap pada sosok yang berada di tengah barisan Paskibra sekolahku. Sosoknya yang bertubuh tinggi tengap dengan kulit yang bersih membuatnya begitu memiliki banyak pengemar terutama senyuman yang memperlihatkan gigi gingsulnya menjadi poin penting saat pertama kali aku mulai mengaguminya.

Entah sudah berapa lama terhitung saat aku mulai mengagumi dia, yang hanya bisa aku lakukan adalah memperhatikan dibalik jendela setiap dia latihan baris berbaris. Melihatnya tertawa dan bermain bersama temanya membuat sebuah garis kecil di wajahku muncul. Sesederhana itulah bahagiaku. Aku berpikir apakah keajaiban akan datang kepadaku suatu saat nanti?

"Beta, kantin yuk!"

Aku menoleh kebelakang dan menyudahi kegiatan melihat anak-anak berlatih baris berbaris di tengah lapangan ketika namaku disebut.

"Mau ngapain?" Jawabku.

"Beli minum. Haus"

"Belum waktunya istirahat kali"

"Udah gak papa, jam kosong ini juga"

Akhirnya aku mengikut mereka ke kantin. Untuk sekedar informasi saja, kami bukan sekumpulan anak nakal yang suka membuat onar disekolah tapi terkadang kami melakukan hal-hal yang bisa dibilang sedikit melanggar aturan sekolah dan itu kami lakukan bersama-sama. Seperti yang sedang kami lakukan saat ini, kami keluar kelas untuk menuju kantin saat jam pelajaran masih berlangsung dan sebenarnya siswa tidak diperbolehkan keluar kelas saat itu tapi kami melakukannya dan itulah bentuk kenakalan remaja kami.

Aku sudah sampai didepan warung kantin yang selalu kami datangi ketika istirahat tiba untuk sekedar membeli jajanan. Tempat ini begitu sepi dan hanya ada kami, tak ada satu pun siswa selain kami disitu. Aku membuka lemari es yang disediakan oleh ibu kantin di samping tempat duduk yang biasa digunakan anak-anak untuk menghabiskan makanan mereka. Aku mngambil botol air dingin yang hanya tersisa satu.

"Ibu, Air dingin ada?"

Suara itu tak asing bagi telingaku, suara itu seperti hentakan kuat tepat mengenai jantungku.

"Cari aja di lemari es Gil, biasanya juga ambil sendiri kamu"

Aku menoleh ke sumber suara. Dugaanku tidak salah dan telingaku benar-benar mengenali suaranya. Ah andai saja aku bisa memanggil nama itu "Gil" Rigil Kentaurus nama yang indah, nama seseorang yang ku kagumi selama ini.

Saat itu juga aku menyadari apa yang sedang Rigil cari dan aku segera menggantikan yang aku pilih dengan minuman yang lain. Karena hanya yang kupegang satu-satunya yang tersisa.

Setelah aku mengambil minumanku, segera aku tutup kembali lemari es dan berjalan menuju ibu kantin untuk membayar, dan saat itu pula Rigil melewatiku. Tanpa sengaja dia menyenggol bahuku, bagaimana ini? Ini pertama kalinya kita sedekat ini. Bukan. Bukan lagi dekat tapi kita bersentuhan, dia menyentuhku. Jantungku kacau detik itu juga, aku menoleh untuk melihatnya mengambil botol air yang kupegang tadi. Untung saja dia tidak mengetahui jika aku memperhatikannya saat ini.

"Beta! Buru ayo!"

"Iya bentar"

Aku segera mengalihkan pandanganku dan langsung membayarkan ke ibu kantin. Ah mengapa temanku mengacaukanya padahal aku ingin berlama-lama disana sambil menatapnya.

Kami kembali ke kelas kami, kelas 11-2. Kami berjalan sedikit tergopoh-gopoh karena kami menyadari ada guru yang berjalan menuju kelas kami. Bagaimana ini? Matilah kita jika sampai ketahuan membawa makanan pada jam pelajaran. Dengan susah payah kami mengejar guru itu dan harus masuk sebelum guru melihat kami dan memulai pembicaraanya di kelas.

Untung saja kami tepat waktu duduk dimeja kami ketika beliau sedang sibuk merapikan meja.

"Selamat siang anak-anak!"

"Siang Bu" jawab kami serempak kepada Bu Ari, wali kelas kami.

"Ibu ingin menyampaikan hasil rapat barusan kepada kalian. Jika ujian akhir semester akan dilaksanakan Minggu depan. Jadwal ujian dimajukan karena bertubrukan dengan jadwal yang lain"

"Aaaa...!"

Seketika anak-anak bersorak tidak suka, termasuk aku.

"Kok dadakan si Bu, materi pelajaran juga belum lengkap" salah seorang temanku yang duduk di belakang menimpali tidak suka dengan keputusan yang mendadak ini.

"Semua sudah diputuskan bersama. Jika tidak suka silahkan protes kepada guru kurikulum"

Aku hanya memperhatikan dengan seksama adu argumen antara wali kelas dan murid. Seperti sudah menjadi kebiasaan dikelas kami jika ada sesuatu hal yang kami tidak senangi.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rigil Kentaurus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rigil Kentaurus

Umur 17 tahun • Kelas 11 • Anggota Paskibra Sekolah • Impiannya menjadi salah satu pengibar bendera di istana merdeka • Laki-laki dengan gigi gingsul • Tidak pernah tahu dengan existensi perempuan yang bernama Beta Meinajm.


Republis
Simpang Pulai, 6 November 2019

Pusat Gravitasi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang