Chapter 25

20.1K 369 9
                                    

Pukul dua siang, sosok yang berbalut seragam sekolah lengkap itu turun dari mobil yang baru saja terparkir rapi di garasi. Devlin melangkah masuk kedalam rumah sembari bersenandung pelan.

Di belakangnya, Justin membawa tas milik Devlin dan mengikuti kemana gadis itu melangkah. Tentu saja kalau bukan menuju kamarnya sendiri.

Sampai di kamar, Devlin melayangkan kakinya bergantian ke udara sehingga sepatu yang dipakainya terlepas dan terhempas tak karuan. Justin baru saja masuk melihat hal itu tidak bisa untuk tidak tertawa.

Ada-ada saja. Gadis itu sebenarnya punya banyak hal konyol yang bisa dilakukan, tapi hanya dirinya sajalah yang dapat melihat segala sisi yang dimiliki Devlin.

"Nona, nanti sepatumu lompat ke jendela kalau Anda membukanya seperti itu." ucap Justin sambil meletakkan tas milik gadis itu diatas meja belajar.

Devlin memangut-mangut saja. Ia melepaskan kacamatanya lalu menarik kuciran sehingga rambutnya tergerai diguncang angin. "Biarkan saja. Aku bisa beli baru lagi." sahutnya acuh.

Gadis itu melepaskan seragamnya tanpa peduli dengan keberadaan Justin. Lelaki itu mengepalkan tangannya melihat Devlin memakai baju dengan santainya.

Wow, sial! Juniornya menegang. Terlebih lagi gadis itu memakainya dalam waktu slow motion. Jika begini, Justin akan lepas kendali! Meskipun ia sudah mendapat izin menyentuh nona mudanya itu, tetap saja Justin tak bisa seenaknya menyentuh walau ia sangat menginginkannya.

Berkat penahanan diri yang teramat kuat, akhirnya Justin bisa berileksasi karena gadis itu sudah selesai memakai baju. Meskipun hanya kaus dengan bagian dada yang terlihat jelas akibat tali sialan itu. Bagian bawah sudah terganti dengan hotpants.

"Seingatku aku tidak pernah mempunyai patung tampan." Suara sindiran itu membuat Justin mengerjapkan mata lalu tersenyum.

Perlahan lelaki itu berjalan mendekatinya sehingga wangi strawberry dari tubuh Devlin menyeruak ke dalam hidung dan menghipnotisnya.

Tinggi keduanya yang berbeda membuat Devlin mendongak dan menatap wajah lelaki itu dalam senyuman.

Justin sedikit menundukkan kepala dan mulai berbisik. "Kalau saya patung, saya tidak akan tergoda dan tegang melihat nona berganti pakaian seperti tadi. Dan sebelumnya saya mengatakan kalau nona tidak boleh sembarangan membuka baju.."

Devlin tersenyum culas. Jemari lentiknya dengan nakal berjalan disekitaran dada bidang lelaki itu. Ia membuka jas hitam yang dipakai Justin lalu membuangnya sembarangan.

Tanpa diduga, gadis itu mendorong tubuhnya hingga terjatuh di tepi ranjang. Dengan tubuh kecil seperti gadis kebanyakan, tenaganya sebanding dengan tenaga pria.

Devlin duduk dipangkuan Justin. Tangannya tak henti sampai sana. Gadis itu melanjutkan lagi untuk membuka satu persatu kancing kemeja lelaki dihadapannya.

"Kau pasti tidak akan melupakan apa yang kuucapkan kemarin 'kan?" tanya Devlin seraya melepaskan kancing ke empat kemeja lelaki berambut hitam itu.

"Tentu saja saya tidak melupakannya."

"Great. Sekarang kau kubantu untuk berganti pakaian." Dengan wajah tampak antusias, Devlin berhasil melepaskan kemeja lelaki itu.

Pundak lebar dan tegap. Dada bidang yang menggoda ditambah dengan perut sixpack itu pasti membuat wanita manapun tergiur dan rela menyerahkan diri. Apalagi wajah Justin yang begitu mendukung.

Tak pernah terbayangkan oleh Devlin bagaimana jadinya jika Justin tergoda dengan wanita-wanita di luar sana yang menyerahkan diri kepada lelaki itu. Ah ya, kenapa Devlin tak pernah memikirkan hal tersebut?

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang